logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 2. Kontrak Pernikahan

Bab 2. Kontrak Pernikahan
"Ya ... Suatu saat kamu akan tahu sendiri, mungkin dari teman-temanmu!" ucap Ahmad berteka-teki, yang membuat Mona tidak mengerti.
Mona memang tidak tahu bagaimana perangai Brian di luar sana, sedangkan Ahmad sempat beberapa kali bertemu dengan Brian yang sedang bersama dengan wanita lain tanpa sepengetahuan Mona.
"Apa sih? Nggak jelas!" sungut Mona memalingkan wajahnya.
Mona merasa kesal kepada Ahmad, karena selalu menjelek-jelekkan Brian. Meski kini Mona sedang memikirkan bagaimana dan kemana sekarang Brian pergi meninggalkannya.
"Mona yang malang. Dia tidak tahu sifat asli Brian, dan dia termakan bujuk rayu pria itu!" batin Ahmad bermonolog.
Sesungguhnya dalam hati Ahmad, dia merasa kasihan terhadap Mona. Terlebih melihat kondisi Mona sekarang. Berbadan dua dan juga ditinggalkan orang yang tidak mau bertanggung jawab, bahkan orang itu lari di hari pernikahannya sendiri.
Sementara Mona, meski hatinya terluka. Dia masih berusaha nampak tegar menjalani semuanya, bahkan meski dia harus mendengar cibiran saudara-saudara jauhnya yang tahu akan cerita dibalik pernikahan Mona dan Ahmad pada malam hari ini.
Cukup lama mereka berdua menunggu acara selesai, dengan bosan mereka menunggu sambil memainkan handphone masing-masing. Tiada lagi percakapan diantara mereka, terkadang mereka memaksakan senyum saat bersalaman dengan tamu undangan yang sudah terlanjur hadir dalam pernikahan mewah itu, meski sang tamu terkejut dengan perubahan sang mempelai pria.
Setelah acara selesai dan tamu undangan pamit pulang, Mona bernapas lega. Segera dia menuju kamarnya, sementara Ahmad terlihat masih tengah mengobrol dengan Pak Andi.
"Lebih baik aku pergi ke kamar. Aku lelah dan ingin segera tidur!" ucap Mona bermonolog.
Sesampainya di kamar, bergegas dia melepas gaun pengantin nya serta mengambil baju tidur, lalu pergi ke kamar mandi. Mona pun merasa segar kembali setelah selesai mandi, kemudian dia keluar dari kamar mandi dan terkejut mendapati Ahmad yang kini sudah sah menjadi suaminya telah duduk di tepi ranjang tempat tidurnya.
"Kamu! Ngapain ada di kamarku hah?!" teriak Mona.
Mona merasa terkejut dengan kedatangan Ahmad yang tiba-tiba sudah ada di kamarnya. Padahal tadi Ahmad masih bersama Pak Andi, ayah Mona.
"Ayah Andi yang menyuruhku kesini," jelas Ahmad menjelaskan.
"Hah, ayah? Dari tuan, sekarang udah jadi ayah ya? Seneng ya jadi menantu Andi Permana, pengusaha kaya raya!" cibir Mona mengejek Ahmad.
Terlihat Ahmad tidak merasa senang mendengar kata-kata Mona. Karena kata-kata Mona seakan merendahkan harga diri Ahmad, tanpa memperhatikan bahwa kini Ahmad telah sah menjadi suami Mona.
"Menurutmu ini salah siapa, sampai aku terlibat dengan pernikahan ini!" tukas Ahmad menimpali dengan nada suara yang terdengar emosi.
"Sudahlah, jangan di bahas lagi!" jawab Mona dengan hati yang sedikit terluka dengan ucapan Ahmad, lagi.
Tak lama kemudian terlihat Mona yang sedang menulis sesuatu di atas kertas, lalu menempelkan materai dan menyerahkannya kepada Ahmad.
"Ini, cepat tanda tangan!" perintah Mona seraya menyerahkan kertas yang baru saja selesai ia tuliskan sesuatu.
"Apa ini?" tanya Ahmad bingung, melihat tulisan di kertas itu.
Ahmad masih belum mengerti apa yang terjadi, sebelum Mona menjelaskan semuanya.
"Itu perjanjian pernikahan kita, baca lalu cepat tanda tangan di atas materai!" tukas Mona ketus.
Ahmad yang menerima kertas itu pun merasa keheranan, bagaimana mungkin Mona terpikirkan ide untuk membuat perjanjian pernikahan. Mungkinkah wanita di depannya ini tidak menginginkan sebuah pernikahan sekali seumur hidup, seperti layaknya wanita lain yang menginginkannya.
"Apa?! Perjanjian pernikahan, untuk apa?" tanya Ahmad bingung.
"Iya, lagian kita tak saling cinta. Jadi setelah bayi yang aku kandung ini lahir, kamu akan terbebas dari hubungan ini. Jadi cepat tanda tangan!" ucap Mona lagi.
Sebuah pernyataan yang dengan spontan Mona ucapkan dalam kemarahan, karena sedari tadi Ahmad selalu menyindirnya mengenai hubungannya dengan Brian.
Meski tanpa Ahmad tahu, ada rahasia yang disimpan Mona rapat-rapat dalam lubuk hatinya yang terdalam. Dan hanya Mona dan dua sahabatnya saja yang mengetahuinya.
Tertulis di kertas itu ....
Perjanjian Pernikahan
Pihak pertama : Mona Permana
Pihak kedua : Ahmad Jaelani
1. Pihak kedua dilarang menyentuh atau dekat-dekat dengan pihak pertama, jarak satu meter. Kecuali urgent, contoh saat di depan Ayah Andi Permana. Jika pihak kedua melanggar dan pihak pertama tidak berkenan, denda sebesar seratus juta rupiah.
2. Pihak kedua harus memperlakukan pihak pertama seperti biasa, seperti supir pada majikan. Kecuali di depan ayah Andi, pihak kedua harus berakting seperti suami istri pada umumnya.
 3. Pihak kedua harus bersedia bercerai dengan pihak pertama setelah pihak pertama melahirkan.
 4. Kedua belah pihak dilarang untuk saling jatuh cinta, jika melanggar maka dikenakan denda 100 JT rupiah, begitu juga jika melanggar ketentuan maka dikenakan denda yang sama.
Demikian perjanjian pernikahan ini, dibuat secara sadar dan akan kami patuhi.
Pihak pertama : Mona Permana
Pihak kedua : Ahmad Jaelani
Di bagian bawah ada materai dan tertera nama Ahmad dan juga Mona, lalu Ahmad langsung menandatanganinya tanpa berpikir lagi.
"Perjanjian konyol! Bagaimana bisa wanita ini memikirkan hal sampai sejauh ini? Dia menganggap ku apa, binatang yang tak punya nalar?" batin Ahmad kesal.
Meski begitu Ahmad tetap menandatangani surat perjanjian itu, lagipula dia tidak menaruh hati pada wanita itu. Jadi tanpa berpikir panjang, dia pun langsung membubuhkan tanda tangannya di atas materai.
"Ini, sudah aku tanda tangani. Puas!" tukas Ahmad menyerahkan kembali kertas itu kepada Mona.
Toh dia tidak pernah cinta dengan wanita angkuh itu, tertarik pun tidak. Itulah yang saat ini Ahmad pikirkan, karena dia merasa kesal dengan Mona sejak perilakunya berubah. Saat Mona menjalin hubungan dengan Brian, sejak saat itulah rasa empati pada diri Ahmad terhadap Mona pun mengikis.
Dan lagi, sekarang. Pernikahan ini dia lakukan semata-mata karena menghormati pak Andi Permana, yang telah dia anggap seperti ayahnya sendiri. Beliau sangat berjasa bagi kehidupan Ahmad, bahkan beliau juga yang telah membuat Ahmad merasakan bangku kuliah.
Itu sebabnya dia sekarang bekerja sebagai asisten pribadi pak Andi, tapi Mona menganggap Ahmad supir pribadi ayahnya. Dia tidak tahu jika Ahmad menjaga ayahnya, yang menderita sakit jantung. Makanya Ahmad tidak bisa menolak saat pak Andi memintanya menggantikan posisi Brian. Takut pak Andi terkena serangan jantung, karena anaknya gagal menikah.
"Bagus, terimakasih!" ucap Mona menerima kertas itu dan segera menandatanganinya juga, lalu segera menyimpannya di dalam lemari serta menguncinya.
"Sudah kan? Aku mau mandi dulu!" ucap Ahmad menuju kamar mandi dan meninggalkan Mona sendirian.
"Tunggu ...."
***
Jangan lupa tinggalkan like dan komen kalian, agar saya semangat menulis. Terima kasih sudah membaca....

หนังสือแสดงความคิดเห็น (262)

  • avatar
    ArifinMuhammad Ichsan

    👍good

    1d

      0
  • avatar
    NadhifiantoRaakan

    bagus novelah

    5d

      0
  • avatar
    MUTIARESKYMUTIARESKY

    bagus sekali

    7d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด