logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 6 "So Deep in Love"

Orang bilang cinta itu membawa kebahagiaan dan kasih sayang. Mereka bilang cinta itu indah dan menyembuhkan luka. Tapi menurut ku tidak.
Cinta itu adalah ilusi terhebat yg ada di dunia ini. Cinta membuatmu buta akan segalanya. Dia membuatmu tidak bisa melihat keburukan seseorang. Dia membuatmu hanyut dalam kasih sayang sesaat lalu membuatmu menderita. Dan ketika kamu menyadarinya semua sudah terlambat. Kau sudah menjadi budak cinta.
***
*Taehyung POV*
Aku iri pada mereka yg bisa tersenyum lepas dan menceritakan betapa bahagianya keluarga mereka. Itu karena kata bahagia tidak menyukai keluarga ku. Daripada kebahagiaan mungkin Luka, air mata dan penderitaan lebih akrab terasa.
Aku iri pada mereka yg bisa mendengarkan lagu ceria tentang cinta. Karena aku hanya bisa mendengar suara gebrakan meja, suara tamparan, makian dan tangisan seperti musik wajib setiap hari. Disini, di balik dinding ini aku mendengar musik itu setiap hari.
Hari ini aku mendengar musik itu lagi. Kali ini lebih keras dan lebih menyakitkan dari biasanya. Aku hanya bisa duduk dan bersandar pada tembok yg memisahkan ku dari pertengkaran yg terjadi di balik tembok ini.
Aku hanya bisa menangis tanpa meneteskan air mata. Air mataku sudah lama kering. Aku menatap foto keluarga kami yg berdiri di atas meja tepat di samping kasur ku. Itu foto saat kami bertamasya ketika umurku 9 tahunan. Di sana kami terlihat sangat bahagia. Kami tersenyum dengan sangat ceria. Kapankah senyuman itu menghilang?
BUUKK!! Jantungku rasanya berhenti berdetak. Napas ku seakan berhenti berhembus ketika suara hantaman itu ku dengar. Aku tahu pasti kalau itu adalah suara dari tubuh Ibu ku yg menghantam meja, Ayah pasti mendorong Ibu lagi.
Samar-samar aku bisa mendengar suara rintihan dan tangisan Ibu. Cukup! Aku sudah sangat muak dengan ini. Terlihat jelas dipikiranku wajah ibu yg lebam dan berantakan. Suara tangisan Ibu yg lirih terus menyayat hatiku. Aku tidak sanggup lagi mendengarnya.
BUUKK!! Kembali suara hantaman keras terdengar saat ku terjang daun pintu kamar ku. Aku keluar dan melihat Ayah sudah mendesak Ibu di tembok dan memakinya.
Darah ku pun mendidih saat aku melihat darah dari dahi Ibu yg tergores. Kesabaran ku sudah habis. Aku yg di penuhi amarah langsung mendorong Ayah hingga dia terjatuh. Aku tidak yakin apa dia jatuh karena ku dorong atau karena keseimbangannya sudah hilang karena pengaruh alkohol.
"Sial! Anak kurang ajar!" maki Ayah seraya memukul lantai.
Ayah pun bangkit dengan amarah yg membludak. Dia pun menarik kerah baju ku hingga tubuhku tertarik ke arahnya. Dia menatap ku tajam dengan mata merahnya yg kehilangan fokus. Tapi aku tidak takut sedikit pun. Aku membalas tatapannya itu dengan tatapan yg tidak kalah tajam. Entah kenapa dia melepaskan cengkeramannya lalu pergi seraya menerjang pintu rumah dengan keras sekali.
"Anak sialan!" itu makian yg aku dengar saat dia meninggalkan rumah.
Lalu ku lirik Ibu yg sedang menangis dengan posisi duduk di lantai. Hatiku hancur melihatnya. Aku pun membungkuk dan menghapus air matanya dengan jari-jemari ku. Luka lebam yg menghiasi wajah Ibu membuat hatiku sakit menatapnya.
"Sudah, Bu. Jangan habiskan air mata mu untuk laki-laki seperti dia. Ayo kita pergi saja dari sini."
"Tidak. Dia ayahmu Taehyung."
"Dia bukan Ayahku! Sudah lama dia tidak bersikap seperti seorang Ayah. Dia hanya bisa menyakiti Ibu saja!" ucapku penuh amarah
"Ayo kita pergi saja dan meninggalkan dia, Bu. Sudah cukup dia menyakiti Ibu." lanjut ku
" Tidak, Taehyung. Kita tidak bisa meninggalkannya, Dia tetaplah Ayahmu dan dia suami Ibu. Dia hanya sedang ada banyak masalah. Nanti saat semuanya membaik..." Aku benar-benar muak mendengar Ibu mengatakan itu terus
"Sudahlah, Bu! Hari itu tidak akan pernah datang. Mau sampai kapan Ibu membodohi diri sendiri dan berharap pada pria itu?!" ujar ku menyela perkataan Ibu dengan penuh amarah.
Aku sangat marah hingga aku pergi tanpa memedulikan Ibu ku yg terus-menerus memanggilku.
***
*Author POV*
Semilir angin meniup helai demi helai rambut Taehyung. Taehyung yg saat itu mencoba untuk menenangkan diri terus menatap sungai yg ada di hadapannya. Seraya duduk di tepi sungai Han, Taehyung melarutkan kekesalannya bersama aliran air yg dia lihat.
Melihat sungai yg tenang dan merasakan angin yg meniup kulitnya membuat kekesalannya berlarut reda. Taehyung selalu seperti itu. Setiap kali dia sedih atau pun kesal sungai Han selalu menjadi penghibur dan penenang bagi dirinya.
***
BUKK!! Tiba-tiba saja seorang gadis menabrak Taehyung yg sedang duduk hingga dia jatuh di pangkuan Taehyung. Sejenak mata mereka bertemu. Gadis itu, dengan napas yg tersengal dan rambut yg sedikit menutupi wajahnya dia menatap Taehyung cukup lama.
"Disana!!" Pekik seorang laki-laki pada temannya
Gadis itu terlihat panik saat dia menoleh ke belakang dan melihat 2 laki-laki yg sedang mengejarnya. Gadis itu berdiri tapi sepertinya kakinya terkilir hingga ia kembali terjatuh di pangkuan Taehyung.
"Dapat kau!" ujar salah seorang pria menarik gadis itu
"Tidak, lepaskan aku! Tolong aku, kau! Tolong aku! Lepaskan aku!" ronta gadis itu seraya meminta tolong pada Taehyung
Taehyung hanya duduk diam seraya menatap pemandangan itu dengan tatapan datar.
"Tolong aku!" sekali lagi gadis itu meminta tolong
"Diam! Tidak ada yg akan menolong mu, jadi ikut saja dengan tenang!" bentak pria itu
"Tidak, lepaskan aku!" gadis itu kembali meronta
"Lepaskan dia!" ucap Taehyung yg tiba-tiba saja berdiri
"Apa-apaan anak ini ... urus saja urusanmu, jangan ikut campur."
"Sebenarnya aku juga tidak ingin ikut campur. Tapi saat ini aku lagi kesal, aku perlu mengeluarkan semuanya agar bisa sedikit lebih tenang. Jadi, bagaimana kalau kalian jadi samsak ku?" ucap Taehyung dengan lagak angkuhnya
"Apa? Dasar anak kurang ajar! Aku akan menghajar mu sampai kau tidak bisa berdiri lagi."
"Banyak omong.." ujar Taehyung lalu mulai menghajar 2 orang itu satu per satu.
Pukulan mau pun tendangan terus Taehyung layangkan. Meskipun dia terus menyerang, tapi 2 orang berbadan kekar bukanlah lawan yg mudah. Mereka juga melawan dengan sengit hingga beberapa kali Taehyung terkena pukulan mereka hingga sudut bibirnya pecah dan wajahnya lebam.
Namun Taehyung yg memang saat itu sedang sangat kesal. Dia melampiaskan amarahnya seperti orang yg kerasukan hingga kedua orang itu kewalahan dan akhirnya menyerah dan lari.
Nafas Taehyung tersengal karena kelelahan. Ia pun menyeka kasar darah di sudut bibirnya dengan tangannya. Lalu ia beranjak pergi seraya menepuk-nepuk bajunya yg kotor tanpa memedulikan gadis yg sudah ia selamatkan itu.
Merasa sudah di tolong gadis itu pun mengikuti Taehyung dengan canggung. Dia ingin mendekati Taehyung, tapi aura Taehyung yg sedikit dingin dan menakutkan membuatnya mempertahankan jarak. Mereka pun akhirnya tiba di depan sebuah mini market dan tiba-tiba saja Taehyung menghentikan langkahnya.
"Kenapa kau mengikuti ku terus?" tanya Taehyung dengan dingin
"Anu ... itu ..."
"Cepat katakan. Jangan membuang-buang waktu ku." ucap Taehyung dingin
"Terima kasih karena sudah menolong ku. Aku ingin mengucapkan itu..."
"Tidak perlu berterima kasih, aku tidak melakukannya untukmu tapi untuk ku." ujar Taehyung lalu hendak pergi tapi gadis itu menahan tangannya
"Kau terluka, ayo kita obati dulu." ucap gadis itu terlihat khawatir.
"Tidak perlu.." jawab Taehyung
"Jangan begitu. Izinkan aku mengobati lukamu sebentar. Anggap saja sebagai bentuk rasa terima kasih, hanya dengan begini aku bisa tenang."
Taehyung tak bisa lagi menolak mendengar gadis itu terus memaksa. Akhirnya dengan terpaksa Taehyung pun mengiyakan permintaan gadis itu.
Setelah membeli salep dan obat luka di mini market, gadis itu pun mengobati luka Taehyung di depan mini market. Tentu saja mereka duduk di salah satu kursi yg ada di depan mini market itu.
Taehyung terdiam seraya memandang wajah gadis yg sedang mengobati lukanya. Jujur saja ini pertama kalinya ada orang yg baik padanya.
"Sudah selesai..." ujar gadis itu seraya tersenyum
Begitu gadis itu menarik tangannya, Taehyung langsung bangkit dari duduknya dan beranjak pergi.
"Tunggu! Siapa nama mu?" tanya gadis itu sedikit berteriak
"Kau tidak perlu tahu, lagi pula kita tidak akan bertemu lagi..." jawab Taehyung
"Kalau begitu, nama ku Somin. Jeon Somin, jangan lupa!" ujar gadis itu membuat Taehyung tersenyum tipis
***
Sore itu Taehyung sedang mengantar barang ke sebuah toko di dekat sekolah khusus putri. Dia sedang fokus meletakkan barang-barang saat suara yg sedikit asing juga sedikit familiar memanggilnya.
"Kakak penyelamat!" Ya, begitulah suara itu memanggilnya
Taehyung pun berbalik dan melihat seorang siswi dengan tanda nama Somin melekat di baju seragamnya.
"Sudah ku duga ini kamu, kakak penyelamat." ucap Somin seraya tersenyum manis
"Maaf, siapa..." Taehyung sedikit bingung karena memang dia tidak ingat dengan Somin.
"Ini aku, Jeon Somin. Kakak menyelamatkan aku kemarin..." jelas Somin mencoba membangkitkan kembali ingatan Taehyung
"Oh yang itu..." ujar Taehyung dengan santai "tapi, kenapa kau memanggilku? Kita sudah tidak ada urusan.." sambung Taehyung
"Beritahu aku siapa namamu..." ucap Somin membuat Taehyung mengernyitkan dahi " kau bilang kita tidak akan bertemu lagi, tapi sekarang kita bertemu. Bukankah ini artinya takdir? Orang bilang sekali bertemu itu kebetulan dan kedua kalinya berarti takdir. Jadi beritahu aku siapa namamu." sambung Somin
"Kita lihat saja lain kali. Jika nanti kita bertemu untuk yg ketiga kalinya, aku akan memberitahukan siapa nama ku." ucap Taehyung
"Baiklah, sampai bertemu lagi!" ujar Somin
Mendengar itu Taehyung kembali tersenyum tipis lalu ia menyalakan mesin motornya dan pergi.
Dengan begitu hari demi hari berlalu. Somin terus menunggu tanpa ia sadari. Setiap berangkat atau pun pulang sekolah, matanya terus melirik ke arah toko dimana ia melihat Taehyung sebelumnya tapi dia tidak lagi melihatnya.
4 hari telah berlalu dan masih saja Somin melirik toko itu sepulang sekolah. Dan lagi-lagi dia tidak melihat Taehyung di sana. Somin pun menghela napas dan wajahnya menjadi muram. Sahabatnya yg melihat itu menjadi ikut sedih.
"Sudahlah, mungkin memang kalian tidak berjodoh. Jangan di tunggu lagi." ujar sahabatnya itu
"Tapi aku yakin ada sesuatu antara aku dan kakak penyelamat. Aku menyukainya, Min Young." ucap Somin
"Kalau itu benar nanti juga akan bertemu. Jadi jangan di tunggu, jika kalian memang di takdir kan untuk bertemu nanti juga akan bertemu seperti kemarin-kemarin." ucap Min Young " Ayo pulang!" lanjutnya seraya menarik Somin yg seakan tidak rela untuk pergi.
***
Jam menunjukkan pukul 8 malam. Somin yg sedang berkutat dengan buku pelajarannya selama beberapa jam mulai merasa lelah. Bukan karena soal yg ia kerjakan sulit atau pun materinya susah untuk di pahami, tapi karena dia sulit untuk berkonsentrasi. Sekeras apa pun Somin mencoba, dia tetap tidak bisa berkonsentrasi pada buku yg ia baca. Dia terus saja memikirkan Taehyung yg masih tidak bisa ia temui.
Akhirnya Somin pun memilih untuk membeli sesuatu di mini market dekat rumahnya untuk menjernihkan pikiran.
Setelah membeli sebotol minuman dan mi instan cup Somin pun duduk di depan mini market. Setelah memakan beberapa suap mi Somin kembali termenung. Dia masih merasa kecewa karena sampai sekarang tidak mengetahui nama penyelamatnya itu.
"Kapan aku akan bisa bertemu dengannya lagi? Aku ingin sekali bertemu dengannya..." celetuk Somin
Saat itulah matanya kembali terbelalak. Orang yg dia tunggu selama ini tiba-tiba saja keluar dari mini market. Tanpa membuang waktu Somin langsung berdiri dan menahan tangan Taehyung yg hendak pergi. Taehyung yg kaget langsung berbalik hingga mata mereka kembali bertemu.
"Akhirnya ketemu juga..." ucap Somin dengan senyum merekah.
Mereka pun duduk bersama dan berbincang-bincang.
"Sekarang beritahu aku siapa namamu.." pinta Somin penuh semangat
Taehyung menghela napas sejenak lalu menjawab "Kim Taehyung, itu namaku..."
"Kim Taehyung..." ulang Somin seraya tersenyum tipis, melihat itu membuat Taehyung menatapnya heran.
"Waktu itu kau sedang mengantar barang kan? Apa kau bekerja di toko itu?" tanya Somin
" Bukan di toko itu, tapi aku hanya mengantar barang ke sana. Toko itu adalah pelanggan tetap dari toko tempat aku bekerja." jawab Taehyung
"Kau sangat rajin. Kau bekerja paruh waktu sambil sekolah." puji Somin
"Aku tidak bekerja paruh waktu. Aku pekerja tetap." sela Taehyung
"Sekolah?" tanya Somin
"Aku tidak seberuntung dirimu, aku sudah lama berhenti sekolah." jawab Taehyung
"Aku ingin bertanya lagi, tapi sepertinya tidak boleh. Aku harus berhenti bertanya, kan?" ucap Somin
"Jangan terlalu banyak bertanya tentangku, hidupku bukanlah kisah yg menyenangkan. Dan juga, jangan tertarik padaku ... kau mungkin akan terluka." ucap Taehyung membuat Somin semakin penasaran.
"Selamat tinggal" ucap Taehyung seraya berdiri dan melangkah pergi
"Dari pada selamat tinggal, ucapkan saja sampai jumpa. Aku yakin kita akan bertemu lagi!" ucap Somin membuat Taehyung kembali tersenyum tipis
"Gadis itu benar-benar aneh..." gumam Taehyung seraya tersenyum lalu pergi
"Sekarang aku harus bagaimana? Aku sudah sangat tertarik padamu, Kim Taehyung." gumam Somin
***
Seperti kata Somin, sejak hari itu mereka terus bertemu. Semakin hari mereka semakin dekat. Sesekali Taehyung membawa Somin berkeliling dengan motornya. Mungkin Taehyung menyangkalnya, tapi kenyataannya dia telah jatuh cinta pada Somin. Baik Somin mau pun Taehyung sama-sama merasakan hal yg sama dan mereka tahu itu
***
Seperti bunga sakura di akhir musim semi, hari bahagia Taehyung perlahan berlalu dan berganti menjadi awan gelap.
Sore itu Taehyung pulang setelah selesai bekerja. Dia tersenyum setelah menerima telepon dari Somin, tapi senyum itu harus luntur saat dia membuka pintu.
Tepat di depan matanya ia melihat Ayahnya sendiri sedang mencengkram leher Ibunya seraya mengayunkan pisau di depan wajahnya.
"Ibu!" teriak Taehyung cemas
Taehyung pun berlari dengan cemas. Taehyung langsung memukul Ayahnya hingga akhirnya Ibunya bisa lepas dari cengkraman sang Ayah. Tapi Ayahnya yg sudah di kuasai alkohol menjadi sangat kesal. Ia bangkit dan langsung memukul Taehyung hingga ia jatuh tersungkur.
Melihat Taehyung yg sudah terjatuh, Ayahnya pun kembali memukul wanita yg selama ini menjadi sasaran pelampiasan kekesalannya.
Mendengar rintihan tangisan sang Ibu membuat darah Taehyung mendidih. Ia pun melirik pisau yg berada tak jauh dari tempatnya. Pisau yg terlepas dari tangan Ayahnya itu membuat Taehyung kehilangan akalnya.
Tanpa pikir panjang Taehyung meraih pisau itu dan menusukkannya ke perut Ayahnya. Darah pun mengucur keluar dari perut sang Ayah. Mungkin karena kehilangan darah yg cukup banyak hingga Ayahnya jatuh tersungkur tak sadarkan diri.
Taehyung masih terdiam dengan mata terbelalak. Dia sangat syok, Taehyung tidak tahu apa yg baru saja terjadi. Pikirannya menjadi tak karuan. Perasaannya campur aduk, tapi mendengar Ibunya menangis tersedu-sedu membuatnya menyadari satu hal. Dia telah melakukan kesalahan yg tidak bisa diperbaiki.
"Taehyung, cepat pergi dari sini! Pergi, cepat!" ucap Ibunya seraya mendorong Taehyung
Taehyung yg saat itu benar-benar kehilangan akal hanya bisa pergi kemana kakinya melangkah. Ia terus berjalan tanpa arah meninggalkan Ibunya yg terus menangis.
Ia terus berjalan tanpa arah hingga akhirnya ia berhenti di sebuah gang yg sepi. Taehyung duduk seraya menyandarkan tubuhnya ke tembok. Ia menangis begitu melihat tangannya yg dilumuri darah.
Dunianya seakan runtuh. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Dia hanya bisa menangis dan terus menangis di gang sepi yg gelap.
"Taehyung?" suara panggilan itu menghentikan tangisan Taehyung
Suara itu tak asing bagi Taehyung hingga ia berbalik dan seperti dugaannya pemilik suara itu adalah Somin.
"Ternyata benar kau, ada apa? Kenapa kau menangis disini?" tanya Somin
Taehyung langsung berdiri dan memeluk Somin hingga gadis itu kebingungan. Somin yg tidak tahu apa-apa hanya bisa terdiam dan membiarkan Taehyung memeluknya.
"Aku ... Aku ... sudah membunuhnya. Aku membunuh Ayahku." ucap Taehyung dengan suara parau disertai isak tangis
Mendengar itu Somin sangat kaget, tapi dia yg telah jatuh cinta lebih merasa bersimpati dan bisa merasakan kesedihan yg dirasakan Taehyung. Somin pun memeluk Taehyung dengan erat dan membiarkannya meluapkan semua kesedihannya.
***
"Masuklah, kau tenang saja orang tua ku sedang ada di luar kota. Mereka tidak akan pulang selama beberapa hari." ucap Somin mempersilahkan Taehyung untuk masuk ke rumahnya
Tapi Taehyung terlihat enggan untuk masuk, jadi Somin menariknya dan memaksanya untuk duduk di sofa.
Taehyung masih diam seribu bahasa seraya melihat tangannya yg masih berlumuran darah. Somin yg melihat itu langsung membawa air dalam bak kecil dan sebuah handuk kecil untuk mengeringkan tangan.
Somin pun langsung membersihkan tangan Taehyung tanpa meminta izin dari Taehyung.
" Kau harus membersihkannya lalu lupakan semuanya. Tidak ada yg terjadi, kau harus melupakan semuanya." ucap Somin seraya terus membersihkan tangan Taehyung.
"Kenapa kau baik sekali padaku? Aku ini ... tidak pantas diperlakukan dengan baik. Aku..." ucap Taehyung dengan suara parau
" Kau bisa tidur di kamar ku, aku akan tidur di kamar orang tua ku. Tunggu sebentar, aku akan menyiapkan kamar ku dulu..." ucap Somin seakan tidak mendengar perkataan Taehyung barusan
"Somin..."
"Hari ini menginap saja disini..." ucap Somin kembali mengabaikan Taehyung
***
Taehyung perlahan membuka matanya. Kamar itu terasa asing baginya. Taehyung pun menoleh ke samping, jam weker yg menunjukkan pukul 6 pagi di atas laci dan tepat di sampingnya foto Somin tegak berdiri. Taehyung pun kembali mengingat kejadian kemarin.
Perlahan Taehyung bangkit dari tidurnya dan berjalan ke arah jendela. Dia menatap keluar jendela, jalanan yg sudah sibuk sejak pagi menyita perhatiannya.
"Kau sudah bangun?" ucap Somin ketika ia masuk. Taehyung pun berbalik memandangnya
"Ayo keluar, aku sudah menyiapkan sarapan." lanjut Somin
Taehyung pun mengikuti Somin dan duduk di meja makan. Taehyung sedikit terharu melihat berbagai macam makanan rumah ada di atas meja makan hingga dia terdiam cukup lama.
"Kenapa? Apa kau tidak menyukainya?" tanya Somin dan Taehyung menggelengkan kepalanya.
"Ini sangat ... Aku menyukainya." ucap Taehyung lalu mulai menyantap makanannya dengan lahap dan membuat Somin yg melihatnya tersenyum.
"Aku akan menyalakan TV, kau tidak keberatan kan?" tanya Somin dan Taehyung menganggukkan kepalanya
Pada akhirnya, Somin sangat menyesali keputusannya itu. Seharusnya dia tidak pernah melakukan itu. Jika saja dia tidak menyalakan TV saat mungkin dia tidak harus kehilangan. Tapi tak ada gunanya menyesali karena roda waktu tak mungkin diputar kembali.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (220)

  • avatar
    Ubay Dilah

    sangat cocok

    12h

      0
  • avatar
    NurSuryani

    bagus

    9d

      0
  • avatar
    WawaAZWA

    Best

    21d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด