logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 4. Murid Baru

"Pagi Mah, Pah, Bang." Bella menyapa ketiga manusia di hadapannya, kemudian mendudukkan dirinya di samping Abangnya.
"Pagi juga, Sayang," jawab Adira dan Arga. Papa-Mamanya Bella.
"Pagi juga, Dek," jawab Arka.
Bella mengangguk menanggapi jawaban mereka bertiga kemudian mulai memasukkan satu sendok nasi goreng ke dalam mulutnya lalu mengunyahnya. Kunyahannya berhenti saat mendengar pertanyaan dari Adira, Mamanya.
"Alasan kamu pindah ke SMA Sakrala itu apa, Sayang?" tanya Adira. Karena, memang dirinya dan suaminya tidak tahu alasan putrinya pindah ke SMA Sakrala.
"Karena ... gabut, Mah." Bella menjawabnya dengan santai membuat Adira dan Arga melongo tidak percaya saat mendengar jawaban putrinya. Begitupun dengan Arka. Ia sedikit merasa kaget setelah mendengar jawaban Bella. Bella sangat bisa mencari alasannya.
"Ada-ada aja," gumam Arga pelan.
Tin ... Tin ....
Arka yang merasa acara makannya terganggu oleh kebisingan di luar pun langsung menutup kedua telinganya menggunakan kedua tangannya. Kemudian, ia melihat ke arah Bella yang sedang santai memakan makanannya.
"Dek, berisik. Suruh berentiin sana," titah Arka.
"Males ah. Udah sih, bang, biarin aja, justru mereka itu lagi berusaha membangunkan tetangga yang masih tertidur pulas." Arka mendengkus pelan mendengar jawaban Bella.
Tin ... Tin ... Tin ... Tin ....
Almeta yang biasa di panggil Meta oleh teman-temannya itu terus saja membunyikan klakson mobilnya di depan rumah Bella. Alasannya, agar Bella segera keluar dari rumahnya. Namun, Bella belum juga memunculkan batang hidungnya, membuat Meta membuang napasnya kasar.
"Kenapa berhenti, Met? Gak diterusin?" tanya Alessia, yang biasa dipanggil Ales oleh teman-temannya. Namun, terdengar seperti sindiran ditelinga Meta.
"Kalau diterusin, entar bisa-bisa lo berubah jadi singa betina, Les." Meta menjawab dengan tampang polos, membuat Ales mendelik tajam ke arahnya.
"Eh, itu Bella," ucap Eca membuat Meta langsung melihat ke arah Bella yang sedang berjalan ke arah mereka dengan santai.
"Heh, ini mobilnya mau di supirin sama Gisel atau Meta?" tanya Eca.
"Grisel not Gisel," koreksi Griselda dengan wajah datarnya.
"Gisel aja napa sih? Biar gak ribet," ujar Eca membuat Grisel menghembuskan nafasnya pasrah.
"Sama Gisel aja deh disupirinnya. Kalau sama si Meta mah, takut dibawa mampir dulu ke selokan," ucap Ales sambil tertawa.
Meta tertawa ngakak mendengar ucapan Ales, tapi ucapan Ales ada benarnya juga sih. Kalau dirinya yang mengendarai mobil ini, kemungkinan besar, sebelum sampai di SMA Sakrala, dirinya bakalan membawa mobil ini mampir dulu ke selokan.
Kemudian, Meta mendudukkan dirinya di samping kursi kemudi, sedangkan Grisel di kursi kemudi.
"Sel, jalan sekarang aja. Takut telat," ujar Bella yang dibalas anggukan kepala oleh Grisel.
Grisel mulai menyalakan mobilnya, kemudian menginjak pedal gas. Di perjalanan, hanya ada keheningan diantara mereka.
Setelah sampai di SMA Sakrala, Grisel langsung memarkirkan mobilnya di tempat parkiran khusus kendaraan beroda empat. Kemudian, mereka berlima keluar dari dalam mobil.
"Woah ... bagus banget nih sekolah. Tid--- hmpff pftt ...." Ales langsung membekap mulut Meta.
Karena, akibat mulut Meta yang terlalu heboh, mereka berhasil menjadi pusat perhatian siswa-siswi yang berlalu-lalang.
"Ayo, sekarang kita ke ruang kepala sekolah dulu." Ales berjalan terlebih dahulu sambil tangannya yang terus membekap mulut Meta. Meta menyeringai di dalam bekapannya, kemudian menggigit tangan Ales keras membuat sang empunya menjerit histeris.
"AN! Dai dipisahkan." Ales mengutuk mulutnya yang hampir saja mengatakan kata kasar. Meta tertawa ngakak saat melihat raut kesakitan di wajah Ales.
Tok! Tok! Tok!
Grisel mengetuk pintu ruangan kepala sekolah sebanyak tiga kali.
"Masuk," suruh Pak Kepala Sekolah dari dalam ruangannya. Grisel dan keempat sahabatnya langsung memasuki ruangan kepala sekolah tersebut.
"Jadi, kalian murid baru itu?" tanya Pak Kepala Sekolah. Kelima murid baru itu mengangguk serempak.
"Yang akan mengantar kalian ke kelas baru kalian adalah Bu Lilis selaku wakil kelas baru kalian," jelas Pak Doni, kepala sekolah. Mereka berlima mengangguk, lagi.
"Bu Lilis, tolong antar mereka ke kelas XI IPA 2," perintah Pak Doni.
Bu Lilis mengangguk. "Baik pak. Ayo, Nak," ajak Bu Lilis.
Bella, Grisel, Meta, Eca, dan Ales mengikuti langkah Bu Lilis dari belakang. Setelah sampai, tiba-tiba keadaan kelas XI IPA 2 langsung hening yang awalnya heboh setelah melihat lima murid baru di depan mereka.
"Assalamualaikum, Anak-anak." Bu Lilis mengucapkan salam terlebih dahulu.
"Wa'alaikumsalam, Bu." Murid-murid menjawab dengan serempak.
"Jadi, disini ibu membawa teman baru untuk kalian. Silahkan perkenalkan nama kalian masing-masing," suruh Bu Lilis sambil tersenyum ramah.
"Perkenalkan nama gue Bellatrix Bianca Aretta. Panggil Bella aja biar gak ribet." Bella memperkenalkan dirinya dengan senyum tipisnya.
"Griselda Anandari. Call me Grisel not Gisel." Grisel memperkenalkan dirinya tanpa ekspresi. Hanya ekspresi datar yang melekat pada wajah cantiknya.
"Perkenalkan nama gue Alessia Ana Aluadra. Panggil gue Ales not Alis." Ales memperkenalkan dirinya dengan wajah judesnya. Namun, tetap terlihat cantik.
"Perkenalkan nama gue Aresya Casey Callia. Panggil gue Eca biar singkat, padat, dan jelas. Kayak balasan chat dari si doi." Eca terkekeh sendiri mendengar ucapan terakhirnya.
"Ekhem .. ekhem .. perkenalkan nama gue Almeta Agsaina, biasa di panggil Meta not Memet! Awas aja kalau ada yang berani manggil gue Memet, gue tinju lo!" Meta mengangkat tangannya yang sudah terkepal tinggi-tinggi.
"Murid barunya pada glowing-glowing, euy!"
"Udah glowing, cantik lagi!"
"Masih cantikan gue, ya!"
"Senyum Neng Bella mah bahaya, bisa bikin satu sekolahan diabetes liatnya."
"Njir, sa ae lo, Sep!"
"Pokoknya I Love You deh buat Neng Grisel si cewek dingin!"
"Neng Ales teh judes sih, tapi bisa bikin a'a gumush liatnya!"
"Dek Eca suka bucin, ya? Sini Dek, bucinnya sama Abang aja!
"Serasa pengen ngarungin Neng Meta deh, soalnya imut banget, woyyy!"
"Udah, diem! Intinya kelima cewe itu istri-istri gue!"
Hening. Satu kelas tiba-tiba hening setelah mendengar salah satu pekikan dari teman laki-laki di kelasnya. Laki-laki yang telah tersangka mengakibatkan keadaan kelas menjadi hening itu hanya menolehkan kepalanya sambil menatap teman-temannya dengan tatapan polos.
"Kenapa?" tanyanya dengan tatapan polosnya.
"Sudah-sudah! Kalian berlima boleh duduk di kursi yang kosong," suruh Bu Lilis yang di balas anggukan oleh kelima cewe itu.
"Baik anak-anak, kit----" Ucapannya terpaksa harus terpotong akibat kedatangan lima cowok badboy sekaligus Most Wanted Boy di SMA Sakrala.
"Assalamualaikum, Bu Lilis cantik," salam salah satu cowok di antara mereka sambil mengedipkan salah satu matanya ke arah Bu Lilis.
"Antaris, Arrion, Ander, Garrick, Alfio! Kenapa kalian baru datang jam segini, hah?! Apa kalian tidak mendengar suara bel berbunyi dari 10 menit yang lalu?!" tanya Bu Lilis dengan nada tinggi sambil menatap tajam satu persatu cowok didepannya.
"Oh, Bu Lilisku yang tercintah ... kenapa saat aku mendengar suaramu yang terkesan membentakku, malah membuat jantungku berdetak tak karuan? Apakah ini yang dinamakan ... cinta?" tanya Garrick seperti orang yang sedang membaca puisi dengan tangannya yang memegang dadanya dramatis.
"Garrick, ibu kasih kamu hukuman untuk mencabuti rumput-rumput yang berada di dalam wc sampai bersih!" perintah Bu Lilis sambil menatap tajam Garrick.
Garrick mengernyitkan dahinya bingung. Apa di dalam wc ada rerumputan? Karena, setahunya di dalam wc itu tidak ada rerumputan. Lantas, kenapa Bu Lilis memberikan hukuman yang terlihat ... aneh?
"Bu, bukannya di dalam wc itu tidak ada rumput, ya?" tanya Alfio dengan tampang polosnya dan seolah tahu apa yang dipikirkan oleh Garrick.
"Alfio! Kamu juga akan ibu kasih hukuman untuk berlari mengelilingi wc selama 20 kali putaran!" perintah Bu Lilis.
Alfio menganga tak percaya. Ia menyesal telah menanyakan hal yang tak bermanfaat itu dan berakhir dengan dirinya yang ikut-ikutan dikasih hukuman oleh Bu Lilis.
"Hahaha ... mampus!" ledek Ander dengan suara tawa yang terdengar menjengkelkan ditelinga Garrick dan Alfio.
"Gak papa Yo, kita bisa bolos," bisik Garrick yang masih terdengar ditelinga Bu Lilis.
"Eh, am-ampun Bu! Le-lepasin Bu, telinga saya bisa copot entar kalau ditarik-tarik terus kayak gini," rengek Garrick merasa kesakitan ketika telinganya yang tiba-tiba dijewer oleh Bu Lilis.
"Apa?! Kalian mau bolos, hah?!" tanya Bu Lilis garang.
"Garrick tuh, Bu yang mau bolos mah. Saya mah enggak." Alfio membela dirinya sendiri sambil berusaha menghindar dari jeweran maut Bu Lilis.
"Bu Lilis yang cantiknya tiada tara, saya gak bakalan bolos kok Bu, yang tadi itu cuman bercanda. Beneran deh Bu." Garrick mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya sehingga membentuk huruf V.
Bu Lilis melepaskan tangannya dari telinga Garrick dan Alfio. Membuat Garrick dan Alfio bernafas lega. Lega karena telah berhasil menyelamatkan telinganya dari jeweran maut Bu Lilis.
"Mumpung ibu lagi baik, kalian berdua gak jadi ibu hukum." Garrick dan Alfio bersorak senang dalam hati.
"Kalian berlima cepat duduk!" lanjut Bu Lilis. Kemudian, kelima cowok itu langsung duduk di bangkunya masing-masing.
"Baik anak-anak. Jadi ..."
Seluruh murid kelas XI IPA 2 langsung memfokuskan dirinya masing-masing untuk mendengarkan penjelasan Bu Lilis di depan sana. Sedangkan, Bu Lilis di depan sana sibuk menerangkan beberapa mata pelajaran IPA dengan baik dan perlahan. Membuat seluruh murid bisa langsung paham.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (136)

  • avatar
    LovelyGraziella

    bagus bangett ceritanya cepetan update bab terbaru kak!!ga sabar bangett apalagi dibuat jadi novel beuh pasti laris

    25/08/2022

      0
  • avatar
    SilvaManoel

    e daora

    1d

      0
  • avatar
    SyahFirman

    udah

    21d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด