logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

bab 7

Luna yang ditanya hanya bisa diam, ia bingung harus menjawab apa. Jangan sampai satu kesalahan kecil yang terlontar dari mulutnya membuat penyakit Ibu mertuanya kambuh lagi.
"Nak, kok diam?" tanya Ibu mertuanya lagi.
"Ah, itu.. Luna..."
"Ibu, sejak kapan Ibu di sini?" tanya Arka yang menyadari kehadiran ibunya. Dia melangkahkan kakinya mendekat pada dua orang perempuan di hadapannya.
"Baru saja. Ini Luna kenapa bawa koper segala?" tanya ibunya pada Arka.
"Kita mau liburan tetapi karena Ibu di sini, kita tunda saja ya, Sayang," ucap Arka sembari merangkul pundak istrinya.
Luna sebenarnya rada risih tetapi ia tidak bisa berbuat banyak, ia tidak mau Ibu mertua mengetahui kemelut dalam rumahnya, belum saat beliau mengetahui.
"Jadi Ibu ganggu liburan kalian?" tanyanya lagi.
"Tidak. Liburan bisa kita tunda kapan saja. Ayo, Ibu masuk dulu. Sayang, kopernya bawa ke dalam ya?" ucap Arka bersikap semanis mungkin di hadapan ibunya.
Ntah itu memang sikap manis yang keluar dari hati atau karena terpaksa seperti waktu yang sudah lewat, Luna sendiri tidak tahu.
"Sayang, kok diam?" ucap Arka sembari menghampiri Luna. Ibunya yang melihat hanya bisa tersenyum senang.
Di dalam hatinya ia hanya ingin secepatnya menimang cucu tetapi masih enggan untuk mengucapkan pada anak maupun menantunya, ia tidak ingin Luna merasa tertekan oleh sebuah pertanyaannya mengenai anak.
Bukankah menjaga hati menantu itu lebih baik dari pada melontarkan kalimat yang menyakitkan.
Walaupun hati ingin menimang cucu tetapi ia tak mungkin memaksa, biarlah Arka menikmati waktu berdua dengan istrinya karena memang pernikahan mereka sebab desakan darinya.
💔💔💔
Luna harus menahan kekecewaan lebih dalam karena Ibu mertuanya akan menginap dua hari di sini, itu menandakan ia harus bersikap seperti dulu terhadap suaminya.
"Ini adalah jalan Tuhan agar kamu tidak pergi meninggalkan aku." Ucapan Arka saat mereka berada di pembaringan membuat Luna berpikir, apa ia tidak di ridhoi karena meminta berpisah?
"Aku yakin kamu tidak akan mengecewakan ibuku mengingat seperti apa beliau memperlakukanmu. Bahkan aku sebagai anak sendiri tidak pernah mendapatkan perhatian seperti beliau memperlakukanmu," ucap Arka lagi.
"Aku tidak mau terkurung dalam pernikahan tidak sehat," ucap Luna membuka suara.
"Dulu iya, sekarang tidak. Aku bisa jamin pernikahan kita akan bahagia. Ku mohon, kamu bertahanlah dalam pernikahan ini, aku janji akan menjadi suami seutuhnya buat kamu," ucap Arka sambil meraih kedua tangan Luna dan mengecup punggung tangan itu dengan mesra.
"Tidurlah. Jadwal mu besok akan sangat padat karena kehadiran Ibu di sini. Selamat malam sayang," ucap Arka mencium kening istrinya. Setelah itu ia membaringkan tubuhnya dan tak lupa ia menarik pergelangan tangan Luna untuk mengikutinya tidur.
Bimbang, saat ini hatinya diliputi rasa bimbang. Kenapa saat ia ingin sekali menyerah dalam pernikahan ini tetapi semesta tidak mendukungnya.
Luna tidak benar-benar yakin kalau Arka bisa lepas dari masa lalunya itu.
Tetapi sikap yang Arka tunjukkan membuktikan kalau dia tengah serius dengan apa yang diucapkannya.
Tetapi bukankah sikap itu ia tunjukkan karena ada Ibu. Luna meremas rambutnya pelan, ia bingung. Hati kecilnya menolak perpisahan tetapi karena egonya yang terlalu besar membuat ia ingin sekali pergi dari kehidupan lelaki di sampingnya.
Bagi Luna Arka tidak benar-benar mencintainya. Tidak, di hati lelaki itu sudah ada nama perempuan lain. Tidak mungkin secepat itu ia melupakan wanita yang sudah lama mengisi hatinya.
Keputusan sudah bulat, ketika hati terasa sakit, ketika amarah sudah menguasai diri, ketika ego tidak bisa dikendalikan, maka cara berpikirpun tidak bisa sejernih pada umumnya.
Tekat Luna sudah bulat, ia ingin mengakhiri hubungan dengan suaminya. Entah bagaimana nanti ke depannya, saat ini ia tidak bisa berpikir jernih.
💔💔💔
"Sayang, sudah subuh. Kamu masih tidur? Apa nggak sholat?" tanya Arka membelai lembut pipi Luna.
Luna tersentak kaget. Di lihat jam yang berada di dinding kamarnya, sudah pukul setengah lima lebih. Ia cepat-cepat pergi ke kamar mandi setelahnya melaksanakan sholat subuh.
"Kita berjamaah ya?" ucap Arka saat istrinya baru saja keluar dari kamar mandi.
"Bukannya kamu sudah sholat, Mas?"
"Belum. Aku ingin kita berjamaah," ucap Arka sembari menghamparkan sajadah.
Selesai sholat hal yang tidak pernah Luna duga pun terjadi. Arka meraih dirinya ke dalam dekapan, tak lupa tangan Arka menyentuh ubun-ubun Luna dan membacakan doa, ntah doa apa, Luna juga tidak tahu.
Setalah itu Arka menatap kedua mata Luna.
"Aku meminta pada Alloh agar hubungan kita di rahmati. Maaf kalau selama ini aku sudah membuatmu kecewa, membuatmu sakit hati. Tetapi aku berjanji, mulai hari ini aku akan mengobati rasa sakit mu dan memberikan sepanjang hidupmu dengan sebuah kebahagiaan."
Darah Luna berdesir ketika mendengar ucapan Arka. Tidak pernah sekalipun Arka berkata seperti ini kepadanya bahkan ketika masih pengantin baru.
"Untuk menikmati pagi yang indah ini, aku ingin secangkir kopi buatan istriku," ucap Arka sembari tersenyum kepada istrinya setelah beberapa saat hening tak ada ucapan sepatah katapun dari mereka berdua.
Luna menurut, setelah melipat mukena yang ia pakai lantas ia keluar dan membuatkan secangkir kopi untuk suaminya.
"Terimakasih, Sayang. Semoga sikap dingin mu itu cepat mencair ya? Aku rindu kamu yang dulu, yang bawel, manja dan merengek meminta perhatianku. Mulai saat ini, tanpa kamu minta aku akan memberikan semua perhatianku untuk mu."
Luna tak menjawab ucapan Arka, ia melangkah keluar dan bersiap memasak untuk sarapan mereka bertiga.
💔💔💔
Di lain tempat...
"Bagaimana ini, Ma? Aku takut kalau sampai hamil," ucap seorang perempuan sambil menangis di pelukan mamanya, siapa lagi kalau bukan Luna.
"Kenapa kamu nurut sama lelaki itu. Mama kan sudah mewanti-wanti, jauhi dia, Mama merasakan ada niat yang tidak baik dari dirinya," ucap sang Mama.
"Roni itu teman Putri, Ma. Putri percaya saja saat Roni mengajak Putri keluar, biasanya kan tidak terjadi apa-apa."
"Tapi sekarang bagaimana? Kehormatan mu sudah dia ambil, kamu harus menikah dengannya," ucap Mama.
"Putri nggak mau. Putri ingin menikah dengan Arka. Putri tidak mencintai Roni, hanya Arka yang selalu ada di hati Putri."
"Apa Arka mau menikahimu mengingat apa yang sudah orang lain lakukan kepadamu?"
"Sudah pasti. Arka sangat mencintaiku, bahkan sampai detik ini pun rasa itu belum pudar dari hatinya. Aku sangat yakin Arka mau menerima apa adanya," ucap Putri percaya diri.
Selama ini ia telah berkorban banyak, bahkan ia rela membatalkan acara perjodohan dengan teman papanya karena Arka. Sudah tentu Arka tidak akan menolak permintaan Putri saat ini.
"Kamu jangan percaya diri dulu. Ingat, Roni yang telah merenggut kehormatanmu, maka dia yang harus bertanggung jawab," ucap Mamanya dengan tegas walau sebenarnya ia ragu dengan lelaki bernama Roni. Tetapi ia tidak mau Arka menjadi korban anaknya. Kasihan pemuda itu, lagian Arka sudah beristri, ia tidak ingin anak nya menjadi duri dalam rumah tangga orang lain. Selama ini ia tidak pernah tahu kalau secara diam-diam Putri masih berhubungan dengan Arka.
"Tidak. Selamanya aku tidak mau menikah dengan Roni. Kalau Arka tidak mau menikahiku maka aku juga tidak mau menikah."
Setelah mengatakan itu Putri pergi dari hadapan mamanya. Ia memang keras kepala, tidak bisa menerima nasehat.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (642)

  • avatar
    fakotbbiibb

    cerita nya banyak plotwis nya

    1m

      0
  • avatar
    PoyoPak

    bagus banget

    20h

      0
  • avatar
    didiUjang

    aku suka

    7d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด