logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Pernikahan

Mobil yang di tumpangi oleh Gilang dan Kara sampai di depan gerbang rumah Kara.
"Ehm m-mas makasih udah anterin Kara," ucap Kara yang masih berada dalam mobil dan akan membuka pintu mobil milik Gilang.
"Tunggu."
Kara yang sudah membuka pintu mobil dan akan turun tidak jadi dan menoleh ke arah Gilang yang duduk di kursi kemudi.
"A-ada apa?"
"Saya mau berbicara penting sama kamu."
Kara kembali duduk di kursi penumpang samping Gilang.
Gilang menatap tepat di mata Kara. Raut wajahnya penuh keseriusan untuk mengatakan sesuatu hal yang penting menyangkut hidupnya dan Kara nanti. "Saya tau kamu mau menikah dengan saya karena suatu alasan. Saya mau pernikahan ini hanya sekali dalam seumur hidup saya. Saya engga mau pernikahan ini hanya main-main meski kamu belum mencintai saya. Saya harap nanti kamu engga akan ada niatan untuk mengakhirinya," ucap Gilang tegas.
"Kara juga tau mas Gilang. Kara juga mau pernikahan Kara sekali dalam seumur hidup. Kara akan berusaha jadi istri yang baik nantinya. Kara engga bakal main-main dengan pernikahan ini bahkan berpikir untuk mengakhirinya saja tidak," balas Kara tak kalah tegas dari Gilang.
Gilang mengangguk menyahuti ucapan Kara. "Ya. Kalau gitu sana masuk udah malam."
"Iya mas kalau gitu Kara masuk duluan. Makasih sekali lagi." Kara memberikan senyuman tipisnya untuk Gilang sebelum keluar dari mobil.
"Hm." Gilang hanya berdehem.
Kara turun dari mobil Gilang dan segera memasuki rumahnya. Gilang yang sudah melihat Kara masuk melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Kara.
Keesokan paginya.
"Kara bangun sayang sudah pagi." Fina membangunkan anak gadis semata wayangnya yang masih tertidur pulas dalam balutan selimut tebal.
"Nanti ma, Kara masih ngantuk." Dengan mata terpejam Kara menyahut. Dan bukannya bangun malahan Kara merapatkan selimut dalam tubuhnya menghalau dinginya Ac.
"Kamu tuh ya anak gadis tapi susah bangunya," gerutuan muncul dari mulut Fina, "daripada susah bangunin kamu mending mama ikut ngurus dekorasi buat acara pernikahan kamu di hotel."
Fina meninggalkan kamar Kara dan pergi rumah menuju untuk menuju Greenwich Hotel tempat diadakanya acara pernikahan Kara dan Gilang. Kara memang tak sekolah orang tuanya sudah mengijinkan Kara ke sekolah tak bisa masuk dalam waktu seminggu karna ada suatu alasan. Yang pasti tidak bisa di beritahukan kepada pihak sekolah karena bersifat pribadi.
Sesaat akan menaiki mobil Fina mengurungkan niatnya karena ada kedatangan mobil yang Fina yakini adalah Gilang.
"Assalamualaikum tante," salam Gilang setelah turun dari mobil dan menyalami tangan calon ibu mertuanya.
"Waalaikumsalam nak Gilang. Pasti ingin menjemput Kara untuk fitting baju pengantin dan cari cincinkan?" ucap Fina.
"Iya tante."
"Kamu masuk aja ke dalam rumah nak Gilang tante mau pergi. Kara masih tidur tante minta kamu bangunin ya. Tadi tante udah bangunin tapi engga bangun-bangun. Oh iya kamar Kara pintu warna putih." Fina merasa tak enak hati menyuruh calon menantunya untuk membangunkan Kara tetapi kalau tidak di bangunkan nanti menunggu Kara bangun sendiri lama.
"Iya tante, kalau gitu Gilang ijin masuk."
"Iya nak Gilang."
Gilang memasuki rumah calon istrinya.
Menaiki anak tangga mencari kamar berpintu warna putih. Gilang berdiri didepan kamar pintu warna putih tanpa mengetuk ia langsung memasuki toh juga kata calon mama mertuanya Kara masih tertidur jadi buat apa mengetuk pintu.
Gilang memasuki kamar calon istrinya itu. Terlihat calon istrinya Kara masih tertidur dalam selimut tebal yang membungkus tubuh mungilnya.
Gilang berjalan mendekat dan mendudukan tubuh di pinggir ranjang menghadap calon istrinya yang masih tertidur. Diamati wajah calon istrinya, wajah polos nan cantik ketika tertidur bak seperti bidadari.
"Kara bangun," ucap Gilang menggoyangkan bahu Kara pelan.
"Bentar ma, Kara masih ngantuk." Kara mengira yang membangunkan dirinya sang mama jadi ia tak menyadari jika itu Gilang calon suaminya.
"Cepat bangun atau mau saya cium!" ancam Gilang.
Dalam hitungan detik Kara terlonjak kaget sampai bangun dari tidurnya ketika menyadari suara berat seseorang. Kara memelototkan matanya ketika ia tau bahwa ada Gilang calon suaminya berada dalam kamarnya.
"O-m eh mas ngapain di kamar Kara?" tanya Kara terkejut.
"Saya kesini mau mengajak kamu untuk fitting baju pengantin dan cari cincin. Saya tunggu di bawah." Gilang meninggalkan Kara yang masih dalam mode keterkejutanya.
Kara langsung tersadar dan berlari menuju kamar. Malu. Itulah yang di rasakan Kara. Bagaimana tidak?! Secara Mas Gilang calon suaminya melihat muka bantalnya sewaktu habis tidur tadi.
Kara mandi dengan kecepatan kilat. Berdandan senatural mungkin. Mengambil dompet, hp dan tas slempang baru keluar kamar untuk menyusul calon suaminya berada.
Di ruang tamu Gilang duduk dan bermain ponsel mengecek laporan perusahaan sambil menunggu Kara. Terdengar derap langkah kaki menuju tempat duduknya. Gilang menoleh dan melihat Kara.
"Maaf mas Gilang menunggu lama." Kara merasa bersalah telah membuat Gilang menunggu.
"Ayo jalan." Tanpa menjawab pertanyaan Kara, Gilang mengajak Kara keluar rumah dan menaiki mobil menuju butik langganan mamanya untuk memilih gaun pengantin.
Satu jam setengah Gilang dan Kara memilih gaun. Seusai memilih gaun yang sudah pas Gilang mengajak Kara membeli sepasang cincin nikah.
"Kamu pilih mana?" tanya Gilang. Mereka berada ditoko perhiasaan di mall salah satu milik Gilang.
"Ehmm Kara pilih ini mas." Tunjuk Kara pada salah satu sepasang cincin pernikahan di etalase kaca.

"Yakin?"
"Iya mas."
"Ya sudah mbak saya ambil ini," kata Gilang kepada penjual cincin sambil menunjuk cincin yang Kara tunjuk tadi.
"Berapa semuanya?"
"25 juta rupiah mas," jawab sang kasir.
Gilang mengeluarkan Black cardnya menyerahkan kepada sang kasir. Selesai membayar cincin. Gilang mengajak Kara makan terlebih dahulu di salah satu restoran baru mereka pulang.
**
Tak terasa hari pernikahan tiba seusai dilaksakannya ijab qobul sekarang acara resepsi dilaksanakan. Tamu undangan yang kebanyakan datang dari relasi bisnis keluarga Kennedy dan keluarga Ransquif. Teman sekolah Kara? Kara tak mengundangnya. Apalagi sahabat Kara. Pernikahan Kara ini saja di rahasiakan dari pihak sekolah.
Kara tampak cantik dengan balutan gaun warna gradasi biru tua dan biru muda yang nampak pas dan indah dalam tubuh mungilnya. Menampilkan bahu mulus dan putihnya yang terekspos.

Begitupun juga Gilang nampak gagah dan berwibawa menggunakan stelan jas berwarna biru tua.

Tamu undangan satu persatu sudah menyalimi pengantin pria dan wanita. Gilang berbicara dengan salah satu rekan bisnisnya hingga kedatangan sahabatnya Rian yang menjabat sekaligus sebagai sekertarisnya. Rekan bisnis tadi mengundurkan diri.
"Hai bro, happy wedding semoga lo selalu bahagia dan rumah tangga lo sampai kakek nenek," ucap Rian memeluk sekilas Gilang dan menyalimi Kara. "Jangan lupa bikinin gue keponakan yang unyu-unyu."
"Gampang. Doain aja supaya gue cepet dapat anak."
"Pasti itu mah," jawab Rian.
Kara yang mendengar pipinya seketika merona.
"Oh ya Kara, kamu kok mau sih nikah sama Gilang yang notabennya udah tua gitu?"
"Enak aja lo ngomong gue tua! Gue dewasa bukan tua! Nah lo, udah tua malahan belum nikah!" sengit Gilang tak terima dirinya di sebut tua padahal dia juga menyebut Rian tua.
"Ye dirinya sendiri dibilang tua kaga mau malah bilang gue tua. Soal gue belum nikah ya gue nunggu jodoh gue dululah. Mentang-mentang lo udah nikah terus ngatain gue gitu!" balas Rian tak kalah kesal.
Gilang mengedikan bahunya acuh.
"Sudahlah gue cabut mau nyari cewe mungkin aja ada yang nyantol di hati gue." Rian melenggang pergi dari hadapan Kara dan Gilang.
"Kara mas mau bilang sesuatu hal penting sama kamu," ucap Gilang yang sudah menyebutkan dirinya mas.
"Bicara apa mas?"
"Mas memutuskan untuk mengajak kamu tinggal di rumah mas sepulang dari resepsi ini."
"Kamu maukan?" Gilang bersuara lagi karena melihat Kara terdiam.
"Iya mas Kara mau." Lagian juga dirinya tak punya pilihan lain untuk menolak sama saja nanti dia berdosa karena tak mau berbakti kepada suaminya.
"Ya sudah nanti mas minta izin juga sama papa dan mama."
"Iya mas."
2 jam sudah acara resepsi telah usai. Gilang dan Kara dalam perjalanan pulang ke rumah Gilang. Gilang tadi juga sudah meminta ijin orang tuanya dan mertuanya untuk tinggal berdua bersama Kara di rumahnya sendiri. Rumah yang dia bangun dan ia tinggali jika tidak tinggal di rumah orang tuanya. Alasanya simpel Gilang ingin mandiri.
Dalam perjalanan ke rumah. Gilang dan Kara tak berbicara keadaan dalam mobil sunyi hingga sampai di rumah Gilang.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (780)

  • avatar
    Faraaira

    ceritanya beneran bagus , aku suka sama ceritanya bener bener kayak kehidupan

    05/09/2023

      0
  • avatar
    PutraAidul

    bleh lah

    13d

      0
  • avatar
    Syazana Rusman

    Bagus banget

    19d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด