logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Curhat

Tidak terasa sudah satu jam mereka berjalan berdua menikmati indahnya dimalam hari menyaksikan banyak nya orang berlalu lalang yang tak ada habis nya.
Syifa telah sampai diantar kan Ardo kerumah nya dan Syifa pun akhirnya terbiasa dengan sikap Ardo padanya dan dia menikmati nya saja.
Senyum Syifa terus merekah tak pernah kendur malah semakin kembang kala pikirannya kembali teringat akan perkataan Ardo tadi. Timbul sebuah pernyataan yang dia tujukan pada dirinya sebagai kode kalau dia suka sama Syifa atau malah sebaliknya, hanya memodusi nya saja. Ahh Syifa tidak bisa memastikan nya saat ini. Lihat alurnya saja bagaimana.
***
Keesokan paginya Syifa mendatangi Amanda dikelasnya.
"Man, gue mau cerita sama lo," ucap Syifa setelah duduk.
"Hm," gumam Amanda.
"Man, Ardo Man," teriak Syifa membuat Amanda bingung bukan main. Sebab Syifa tidak pernah seantusias begini jika membahas seseorang apalagi yang dibahas itu seorang cowok. Perlu di abadikan nih, pikir Amanda.
"Kenapa sama Ardo," tanya Amanda mengernyitkan dahi.
"Dia suka sama gue," ucap Syifa dengan percaya diri yang tinggi.
Amanda semakin mengkerutkan dahinya, "Ardo suka lo? Tau darimana,"
"Ya, i-ya! Ardo suka sama gue percaya deh,"ucap Syifa meyakinkan. Sedangkan Amanda hanya manggut-manggut mendengar.
"Emang dia udah ngaku kalau dia suka sama lo," tanya Amanda.
Syifa diam. Memikirkan balasan atas pertanyaan Amanda. Memang sih untuk sejauh ini Ardo hanya mengatakan sayang padanya, dan apakah rasa sayang itu hanya sebatas teman sebangku, teman sekelas, teman bermain? Entahlah.
"Emang dia udah ngaku kalau dia suka sama lo," tanya Amanda dengan pertanyaan yang sama.
"Eh, y-ya iya. Ardo ngaku sama gue Man," jawab Syifa kaku. Amanda diam melirik Syifa sangat intens.
"Dia bilang apa sama lo," tanya Amanda lagi dan lagi.
"Ardo, dia. Dia kemarin malam bilang kalau dia sayang sama gue,"
"Sayang sama lo?" Syifa mengangguk mantap.
"Hm, jadi lo baper gitu sama Ardo," lanjutnya. Lagi-lagi Syifa diam tak tahu dengan isi hatinya sekarang.
Terkadang hati dan pikiran tidak pernah sejalan, yah. Sepertinya Syifa sedang menduduki posisi ini.
"Bukannya gue manas-manasi lo, gue cuma nyaranin aja sama lo jangan terlalu baper dengan ucapan Ardo, bisa aja kan dia sayang ke lo itu sebagai teman. Buktinya sampai sekarang dia biasa-biasa aja tuh sama lo. Darimana nya dia sayang sama lo coba," ucap Amanda.
Skakmat! Syifa diam tak bergeming. Ucapan Amanda menurutnya memanglah benar, dia nya saja yang sudah kalut sampai-sampai dia tak bisa berpikir jernih seperti Amanda.
"Man gue harus gimana nih," tanya Syifa dengan nada pelan.
"Lo ya harus bisa bersikap biasa aja ke dia. Jangan terlalu baper dan nanggapin nya terlalu berlebihan," ucap Amanda.
"Lo cantik plus manis, baik, pintar, rajin menabung dan tidak sombong. Banyak cowok suka sama lo dan lo harus tau itu. Jangan terlalu pikirin Ardo dia hanya teman lo dan baru kenal malah bagaimana bisa lo langsung suka sama dia. Padahal Syifa yang gue kenal paling malas tuh dekat sama cowok apalagi untuk suka." Syifa diam mendengarkan celotehan sahabat nya itu.
"Tapi gak ada salah nya juga lo ngebuktiin dulu ucapan Ardo," sambung nya kembali.
Syifa pun tersenyum, mencurahkan isi hati ke sahabat bisa membantu kita untuk berpikir jernih dan apa yang sudah tersimpan selama ini sudah tersalurkan dan membuat lega. Serasa beban di pundak hilang dalam sekejap.
"Makasih Man udah mau dengerin cerita gue dan kasih gue saran. Gue sayang sama lo," Syifa berhambur dalam pelukan Amanda.
"Apa gunanya sahabat kalau gak sebagai tempat mencurahkan seluruh isi hati, kalau lo sedih gue juga ikut sedih. Kalau lo bahagia gue juga ikit bahagia. Begitu pun sebaliknya." ucap Amanda sembari tersenyum.
Pelukan mereka berdua pun terlepas kala bel masuk sudah berbunyi. Syifa segera pamitan dan beranjak dari sana karena takut kena amukan sang guru nantinya, dengan langkah seribu Syifa sudah sampai di dalam kelas sebelum guru nya masuk. Dan sembari tersenyum pada Ardo yang melihatnya dengan kerutan pada dahi. Entah mengapa Ardo seperti itu kala dia datang.
***
Satu bulan kemudian.
Hari ini, tepatnya pada hari Rabu Ardo dan Syifa sudah siap dengan segala konsekuensi. Mereka mantap memasuki gedung perlombaan.
"Bapak percaya kalau kalian pasti bisa," ucap pak Subroto sebagai guru pembimbing mereka dalam olimpiade  fisika ini.
"Makasih pak," ucap Ardo menaikkan sudut-sudut bibirnya membentuk senyuman.
***
Terdengar suara sang MC dari panggung. "Baiklah para peserta yang akan mengikuti olimpiade ini kita akan memulai olimpiadenya 5 menit sekarang. Silahkan untuk segera mengambil posisi, dan kepada guru-guru pedamping diharapkan untuk mememperhatikan anak didiknya tanpa pernah meninggalkan mereka,"
"Baiklah, olimpiade kita MULAI!" lanjutnya.
Bahan soal sudah tersedia di hadapan para peserta siswa.
***
Perlombaan sudah usai, pak Subroto, Ardo, dan Syifa duduk dibangku koridor dengan menggenggam botol minuman.
"Bapak percaya pada kalian, apapun hasilnya kalian sudah melakukan dengan sebaik mungkin. Menang kalah itu soal biasa namun bersaing secara sehat itu baru luar biasa."
Ardo tersenyum, "terima kasih pak."
"Ya sudah kalian tunggu disini sebentar bapak mau ke toilet." pak Subroto pun beranjak dari sana menyisahkan Ardo dan Syifa.
Keadaan hening juga canggung. Tidak ada yang bersuara, hanya orang-orang yang berlalu lalang satu-satunya pemisah keheningan diantara mereka berdua.
"Syif," panggil Ardo akhirnya dan Syifa pun menoleh ke arahnya dengan kerutan di dahi.
"Lo masih dag-dig-dug gak," melanjutkan ucapannya.
Syifa menghembuskan napas nya dengan berat.
"Iya, gue takut. Takut kalah dan mengecewakan kepala sekolah, guru, dan teman-teman."
"Udah lo gausah takut. Pak Subroto saja kelihatannya tidak ada masalah sama sekali. Bahakan pak Subroto percaya sama kita." ucap Ardo yang spontan menggenggam tangan Syifa erat.
"Do, stop! Jangan pegang tangan gue, gue mohon." pekik Syifa dalam hati.
Detak jantung Syifa tidak bisa di kontrol lagi. Sekujur tubuh Syifa bergetar hebat, pipi Syifa juga merah merona. Ardo stop! Syifa mohon.
Ardo yang melihatnya Syifa sudah tidak tenang pun segera melepaskan genggamannya.
"Sorry," lirih Ardo. Syifa mengangguk pelan sembari mengatur pasokan udara disekitarnya.
Bersamaan pak Subroto kembali dan duduk bersama mereka.
"Mari kita pulang. Hari ini bapak kepsek meminta saya mengantar kalian pulang saja," ucap pak Subroto.
Ardo bingung dengan kerutan yang tergambar jelas di dahinya, "Loh kenapa gitu pak? Kenapa gak kembali ke sekolah saja, lagian ini masih jam belajar mengajar berlangsung."
"Bapak tidak tahu jadi biarkan saja saya mengantar kalian ke rumah kalian." lalu tanpa babibubebo pak Subroto berjalan duluan diikuti Ardo dan Syifa dibelakang.
***
Hii gaiss jangan lupa tinggalkan jejak yah.
Instagram @hernitapurbaa

หนังสือแสดงความคิดเห็น (31)

  • avatar
    PratiwiBunga

    bagusss bangett

    22/07

      0
  • avatar
    Muhd Zuhair

    good seronok membaca

    30/06

      0
  • avatar
    EdayantiSelvi

    sangat bagus untuk aplikasi ini bagi saya 👍👍😃

    25/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด