logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 Kurang Update

Sama seperti kemarin-kemarin. Ralat, sama seperti yang sudah-sudah sehabis pelajaran pertama tongkrongan yang paling banyak diminati kebanyakan murid-murid adalah kantin. Tempat ini yang paling ampuh menarik perhatian orang yang tengah kelaparan maupun yang mengantuk saat pelajaran berlangsung menjadi tidak mengantuk lagi. Lain halnya anak-anak yang rajin bawa bekal makanan mereka dari rumah, selalu ngehabisun waktunya di dalam kelas maupun di perpustakaan.
Kali ini Syifa, Elna, Amanda, ditambah Ardo sedang duduk di meja biasa dimana itu adalah meja anak-anak kampung yang bisa masuk karena dibantu beasiswa. Banyak yang tidak tahu bahwa mereka bertiga abak orang yang cukup berada, bahkan Ratu Amanda anak dari pemilik sekolah SMA Negeri 8 Jakarta ini tidak banyak yang tahu karena gaya mereka yang sederhana membuat semua orang buta akan kebalikan dari penampilan sederhana ketiha gadis remaja itu.
"Kalian bertiga biasa makan disini yah?" kelihatan dari perkataan Ardo bahwa lelaki itu tidak nyaman berada di situasi seperti ini.
Ketiga nya kompak mengangguk.
"Kenapa emang? Apa lo gak nyaman berada dikalangan orang sederhana seperti ini ya?" Syifa bertanya
"Ya bukan gitu. Tapi kan lo semua anak orang kaya. Gimana bisa kalian nyaman dengan penampilan kalian yang super sederhana gini? Ya bukannya gue nyalahin atau apa, setidaknya kan kalian bisa bergabung seperti mereka-mereka itu." Ardo berkata dengan hati-hati
"Gini ya Do. Bagi kita itu gak penting. Menurut gue pribadi menghamburkan duit orang tua itu gak baik." Syifa berkata
"Gak baik gimana? Ya itu hak lo dan kita semuakan di kasih duit untuk di hamburin. Buat apa ditahan-tahan, mendingan di beli untuk keperluan kita." tutur Ardo
"Ya ampun, otak lo dimana sih? Ya iya sih itu hak kita. Tapi setidaknya duit yang dikasih orang tua ditabungin lah. Buat apa di hamburin seperti itu? Sayang banget kan?" jelas Syifa.
Ardo kelihatannya tampak memikirkan penjelasan Syifa yang menurutnya logis dan masuk di akal.
***
Minggu pagi, langit begitu cerah tanpa ada setitik awan hitam disana, pagi ini Syifa, Elna, Amanda, dan Ardo berencana akan ketemuan di Kafe Terina.
Yang pertama sampai di kafe adalah Syifa karena jarak rumahnya dari kafe tidak terlalu jauh.
Tidak lama setelah dirinya, Ardo datang dengan rambut lepek namun masih terlihat keren bagi kaum hawa, datang dengan membawa sepeda motornya.
"Cepat banget lo nyampe nya," Ardo datang menghampiri Syifa yang saat itu sedang memainkan ponselnya
"Eh.. lo ternyata. Iya nih, kan jarak rumah gue kesini gak terlalu jauh. Jadi gue bisa cepat datangnya."
"Kalau gue jadi lo sih, mendingan gue agak lamaain datangnya. Toh jarak tidak terlalu jauh."
"Yee.. itu kan lo. Kalau gu beda kalo Do." ucap Syifa.
Ardo nyengir kuda menanggapi ucapan Syifa yang tak langsung menyindir nya secara halus.
***
Satu jam lamanya mereka menunggu kedatangan Elna juga Amanda membuat ke dua makhluk ini merasa jengah.
"Lama banget datangnya!" protes Ardo sudah tak sabaran
"Iyanih, kok lama ya? Apa karena macet kali?" ucap nya harap-harap cemas supaya kedua orang itu secepatnya datang.
Maklum saja walaupun sudah agak dekat, namun tetap saja Syifa sedikit memberi jarak terhadap orang itu. Sikap introvertnya memaksanya agar tidak terlalu dekat.
Dua puluh menit kemudian akhirnya Elna, Amanda datang juga dengan rambut yang begitu acak-acakkan.
"Sorry.. kita berdua telat!" teriak Elna dan dengan tak berdosanya dia menengguk setengah minuman Syifa.
"Hei.. minuman gue!" kesalnya tak terima melihat minumannya tinggal setengah.
Elna hanya nyengir kuda, sesekali mengatur napasnya yang belum teratur.
"Kalian kok bisa telat sih?" kini Ardo bertanya.
"Itu! Anu.. anu.." ucap Amanda, kelihatannya sama seperti Elna kehabisan napas dan sedang mengumpulkan oksigen sebanyak mungkin.
"Apa sih anu-anu! Jelas dong ngomongnya." paksa Ardo
Elna dan Amanda tak menyahut, masih mengumpulkan oksigen sebanyak mungki, sampai akhirnya.
"Itu tadi kita berdua di kejar sama anjing di dekat komplek perumahan lo Syif, kita kirain lo belum pergi jadi kita nyusul ke rumah lo aja biar berangkat kesini nya sama-sama. Ditambah kita berdua gak bawa mobil jadi tadi kita naik busway  apalagi jalanan tadi macet parah. Terus pas nyampe rumah lo kita ketemu nyokap lo. Kata nyokap, lo udah pergi sejak satu jam yang lalu. Akhirnya kita bingung mau naik apa, angkot aja jarang lewat. Terpaksa kita jalan kaki. Gak tau kalau di persimpangan tiga rumah lo itu ada yang punya anjing. Jadi kita di kejar-kejar. Untungnya anjing itu berhenti ngejarin kita sampai di depan minimarket. Ya gitu deh singkat ceritanya, makanya kita berdua datangnya telat. Sorry banget." ucap Elba menjelaskan kronologis kejadian dirinya bersama Amanda.
Syifa tertawa mendengar pernyataan sahabatnya itu.
"Hahaha. Kok sial banget sih kalian berdua," nadanya begitu mengejek.
"Apa lo! Udah tau kita lagi di timpa nasib sial lo malah puas tertawain. Gak sahabat banget tau gak!" ucap Amanda logis
"Hehe. Maafin gue"
"Kalian gak mesan?" ucap Ardo setelahnya
"Pesab lah. Lapar" cerca Elna
Ardo segera memanggil salah satu pelayan kafe.
"Ya mas mau pesan apa?" tanya pelayan itu sopan
"Silahkan lihat-lihat dulu buku menu nya." sambungnya, menyerahkan secarik buku menu
Elna dan Amanda membolak-balikkan buku itu, melihat-lihat semua yang ada di buku menu. Setelah melihat selama  beberapa menit terakhir, Amanda menyerahkan buku menu pada si pelayan.
"Kita berdua pesan pizza rasa keju satu sama minumannya jus jeruk 2. Udah itu aja mbak," ucap Amanda
"Baik kalau begitu ditunggu ya mbak." ucap si pelayan segera kembali ke dapur kafe.
***
Pesanan Elna dan Amanda sudah datang.
"Makasih mbak." ucap Amanda pada si pelayan yang tersenyum membalas perkataan Amanda
"Sama-sama. Selamat menikmati." setelah mengucapkan itu si pelayan berlalu lagi pergi untuk melayani pengunjung lainnya yang baru datang memasuki cafe tersebut.
***
Jarum jam menunjukkan pukul lima lebih lima belas menit. Langit sore tampak masih cerah, banyak orang berlalu lalang di luar sana. Pengunjung pun makin lama semakin sunyi, hanya ada beberapa meja saja yang terisi.
"Sudah sore aja nih, gue balik luan deh. Gak apa-apa kan gue tinggal?" ucap dan tanya Ardo
"Oh ya sudah. Lo hati-hati di jalan ya Do!" ucap Amanda
"Kalian juga hati-hati ya. Kalo gitu gue luan, see you guys!" Ardo beranjak dari kursinya berjalan sampai keluar meninggalkan ketiga wanita cantik itu.
"Kita gak balik nih?" tanya Syifa setelahnya
"Biar gue anterin," sambungnya lagi.
"Baiklah. Mendingan kita pulang sekarang, yuk!" Amanda bangkit dan segera nyelonong ke kasir untuk membayar bon makanan mereka berempat tadi.
Sedangkan Syifa dan Elna menunggu di dalam mobil.
***
Di dalam mobil keadaan sangat hening. Hanya alunan musik Demi Lovato yang memecah keheningan di malam hari ini.  Jalanan sangat macet. Ditambah jarak rumah Elna dan Amanda yang jauh dari rumah Syifa membuat mereka lama di perjalanan.
"Eh, ada cerita nih gue!" ucap Amanda.
"Cerita apa sih Man? Cerita aja kali," cerca Elna yang duduk di bangku tengah.
Amanda tak membalas cercaan Elna, dia melanjutkan pertanyaan nya, "Kalian kenal gak sama kak Satya? Itu anak kelas dua belas IPA 2?"
Elna dan Syifa tampak berpikir lebih serius.
"Kak Satya? Anak dua belas IPA 2? kayanya nama itu familiar banget deh di pendengaran gue," jawab Syifa
"Kenapa emang? Lo ada hubungan apa sama dia?" sambungnya lagi tak sabaran mendengar jawaban Amanda.
"Kalian kenal atau enggak sih?"tanya Amanda kembali, tak mau mengindahkan pertanyaan yang dilontarkan Syifa tadi, anggap saja angin berlalu pikirnya begitu.
"Jujur gue gak kenal tapi namanya begitu familiar benget di pendengaran gue." balas Syifa
Amanda menghembuskan napas nya kasar. Kenapa kedua sahabatnya ini bisa tidak kenal dengan orang yang bernama Satya? Padahal kan Satya sendiri itu pacar nya Amanda. Eh, gak deng! Bukan pacar tapi calon Pacar lebih tepatnya.
"Kurang update sih kalian berdua!" kesal nya.
Syifa dan Elna yang bingung akan raut wajah dan suara Amanda yang begitu tiba-tiba membuat kedua orang itu saling pandang dan mengkerutkan dahinya.
"Lo kenapa sih? Mendingan kita jujur dari pada pura-pura tahu tapi kenyataan nya gak tahu. Lo pilig mana coba," cerca Elna tidak terima.
"Bukan gitu," ucap Amanda dengan nada suara memelan.
"Terus?" tanya Syifa.
"Udah deh, lupain. Besok aja gue tunjukin orangnya sekalian gue cerita semuanya," putus Amanda.
Lagi-lagi Elna dan Syifa dibuat bingung dengan pernyataan sahabatnya ini. Ada yang tidak beres sepertinya.
"ya sudah. Terserah lo aja," Elna mengakhiri.
***
Setelah tiga jam-an lebih di perjalanan, Syifa sampai juga kerumah. Dia mendapati kedua orangtua nya sudah duduk manis di depan TV bersama dengan kakak sulungnya, Rian Adipati.
"Darimana aja lo? Anak cewek kok pulangnya malam," tanya dan sindir Rian ketika Syifa mendekat ke arah mereka.
Syifa duduk dan memilih untuk diam dari pada meladeni kakak nya ini yang ucapannya melebihi emak-emak yang kehabisan uang belanja. Luar biasa!
"Pake diam lagi, kalau orang bertanya dijawab bukan diabaikan gitu aja. Diabaikan itu sakit tau!" ucap Rian mendramatisirkan keadaan.
"Apaan sih? Lebay tau gak," balas Syifa memelas
"Ehh, lo aja kali yang lebay." ucap Rian lirih.
Roy dan Marisa saling bertopang mesra di sofa sambil tersenyum melihat tingkah kedua anaknya itu.
"Kenapa sih kalian gak pernah akur," ucap Roy
"Kak Rian luan yang cari gara-gara,"
"Makanya kalau di tanya ya di jawab, jangan diabaikan," ucap Rian tak terima.
"Sudah-sudah. Kok lama-lama kalian menjadi jadi sih," ucap Marisa sudah pusing dengan kelakuan kedua anaknya.
"Tau ahh, Syifa mau ke kamar dulu," ucapnya beranjak dari ruang TV.
"Dasar lo adik kecebong!" teriak Rian.
Syifa tak menggubris. Dia sedang malas untuk ribut saat ini.
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (31)

  • avatar
    PratiwiBunga

    bagusss bangett

    22/07

      0
  • avatar
    Muhd Zuhair

    good seronok membaca

    30/06

      0
  • avatar
    EdayantiSelvi

    sangat bagus untuk aplikasi ini bagi saya 👍👍😃

    25/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด