logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 3

Matahari bersinar terik. Meskipun ini sudah sore, panasnya tidak berkurang sama sekali. Emma jadi menyesal tidak menggunakan motor adiknya. Ia tidak perlu berjalan kaki selama 10 menit, yang mana terasa seperti 20 menit karena ia sedang malas. Mood-nya sangat tidak baik saat ini, sebab terus mengingat apa yang Dean lakukan padanya.
Ia berbelok ke trotoar ketika seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya. Sebelum Emma menoleh, suaranya sudah memasuki rungu. “Kenapa wajahmu jutek begitu?”
Ah, Sofia. Emma menggeleng. “Tidak apa-apa.”
Gadis itu mensejajarkan langkah kakinya dengan Emma sebelum bertanya lagi, “Dean mengganggumu lagi, ya?”
Tepat sekali. “Hm,” jawab Emma singkat. Terlalu malas untuk sekadar berbicara.
“Kenapa kau tidak terima permintaannya saja?”
“Hah?” Kali ini Emma menoleh. Ia menatap sahabatnya itu dengan tatapan ‘apa kau sudah gila?’. Untuk apa ia menerima ajakan berandal gila itu untuk berkencan, tidak ada gunanya.
“Terima saja ajakannya, apa susahnya, sih? Dia sudah lama menunggu. Apa kau tidak tertarik sedikit pun?” Tanya Sofia gemas. Ia menyenggol lengan Emma yang merotasikan bola matanya malas.
“Tidak, terima kasih.”
“Aku tidak mengerti kenapa kau tidak menyukai Dean.”
Emma menghela napas. Ia tidak habis pikir kenapa Sofia selalu mendukung Dean dalam hal ini. Sudah tidak terhitung lagi, berapa kali gadis itu mendorongnya untuk menerima ajakan Dean. Apa Emma terlihat seperti gadis kesepian tanpa kekasih?
“Maksudku, Dean itu pintar, tampan, keren pula,” lanjut Sofia.
“Ya—tapi percuma kalau berengsek.”
“Dean bukannya berengsek, tapi dia tipe laki-laki yang dominan, posesif dan liar.”
Emma tertawa hambar. “Memangnya dia binatang buas?” gumamnya mengejek, tetapi Sofia malah terkekeh dan menggeleng. Sepertinya ia menganggap apa yang Emma katakan hanya candaan, padahal ia serius.
Tetapi memang sih, pikiran Dean agak liar. Sudah berulang kali pemuda itu mengatakan sesuatu yang terbilang vulgar padanya. Dan yang paling melekat di kepala Emma adalah: ukuran dadamu sangat pas, aku suka.
Tanpa sadar Emma menggeleng keras tatkala mengingat tatapan intensnya waktu itu. Ia lupa dengan kehadiran Sofia yang berjalan di sampingnya, sampai gadis itu menepuk keras tas punggungnya.
“Emma?!” Sofia memandang bingung. Namun sedetik kemudian senyum manis muncul di bibirnya melihat raut Emma. “Apa kau sedang membayangkan sesuatu yang berkaitan dengan Dean? Iya 'kan?”
Bagaimana ia bisa tahu?
Senyum Sofia melebar dan ia meraih lengan Emma dengan antusias. Mereka berjalan lebih cepat dari sebelumnya. Kendati malas, Emma tetap mengikuti Sofia karena gadis itu setengah menyeretnya. Ia kira percakapan tentang Dean telah berakhir, tetapi ternyata Sofia baru memulainya.
“Sayangku, biar kuberitahu. Dean itu jujur, dia mengatakan apa yang seharusnya dikatakan,” ujar Sofia. Emma merasa kalau Sofia tengah mendeklarasikan sesuatu yang sangat penting karena ekspresinya yang bersemangat itu.
Emma kemudian terpaksa mengangguk dan Sofia melanjutkan, “Kalau pada perempuan lain dia tidak akan bersikap seperti itu. Coba kau pikir, memangnya dia pernah menunggu seseorang begitu lama? Dia pernah memuji perempuan lain? Tidak pernah! Hanya kau!”
Emma kembali terdiam. Ia tidak terlalu berminat dengan pembahasan ini, tetapi ia tidak bisa mengabaikannya begitu saja. Apa benar Dean hanya bersikap seperti itu padanya?
Tidak mungkin. Barangkali Sofia hanya melihat dari satu sisi.
Ia berpikir cukup lama tanpa mengatakan apa pun, hingga Sofia menyenggolnya. Kepala Emma kontan memberi anggukan. Ya, angguk sajalah agar semuanya cepat selesai. Emma hanya ingin pulang ke rumah dan tidur sampai mampus.
Ia tidak bisa memikirkan apa pun, terlalu banyak hal yang Sofia katakan. Kalau soal pelajaran, ia mungkin masih bisa mencernanya. Tetapi, kalau soal ini, kerja otaknya jadi sering loading.
“Kalau kau menerima ajakan Dean, kalian akan pergi berkencan, pergi ke festival atau karnaval, menghabiskan waktu seharian dan sebelum berpisah, Dean akan menciummu dengan manis di bawah langit malam!” Kemudian mendadak Sofia jadi heboh sendiri. Emma tidak bisa melanjutkan langkahnya karena gadis itu mengguncang tubuhnya ke kanan dan ke kiri sambil memekik, “Akhhhh! Romantis sekali!”
Rasanya Emma ingin bersembunyi di salah satu pohon akasia yang berjejer. Orang-orang mulai memperhatikan mereka, menatap mereka aneh. Emma tidak tahan lagi dan menahan tubuh Sofia. “Hentikan! Ini bukan seperti drama yang kau tonton setiap hari. Berpikirlah yang realistis.”
Sofia mendengkus, kegembiraannya seketika lenyap. Ia menatap Emma dengan serius. “Aku ini realistis! Kau yang tidak. Dia itu tergila-gila padamu! Apa kau tidak bisa lihat? Kalau dia hanya mempermainkanmu apa dia akan melakukan itu semua? Kau lihat penampilannya tadi pagi? Dia hanya melakukannya untukmu!” Katanya menggebu-gebu.
Emma ingat penampilannya yang aneh tadi pagi, tetapi merasa tidak yakin kalau Dean melakukan itu untuknya. “Benarkah?” Tanyanya tidak percaya.
“Ha! Kau ini juga sangat tidak peka!”
Kenapa Sofia yang frustrasi? Bukankah seharusnya Emma yang frustrasi?
“Ck, sudahlah.” Sofia menyerah. Sejujurnya, ia sangat gemas ingin mengurung gadis itu dan memberinya pelajaran khusus tentang, ‘Bagaimana mengetahui tanda-tanda kalau seseorang benar-benar menyukaimu?’ Emma sungguh tidak peka, padahal apa yang Dean lakukan sangat kentara. Mungkin Emma masih berpikir kalau Dean hanya ingin mempermainkannya.
Mereka kembali berjalan menuju rumah, saling bergandengan, namun hanya diam. Ketika mereka tiba di depan pagar rumah Emma, Sofia melepaskan lengannya dan melambai. “Bye! Gadis tidak peka!”
Apa-apaan?
Emma hanya memutar bola matanya sebagai respon dan berjalan melewati pagar. Rumahnya sepi, mungkin ibunya pergi ke rumah neneknya yang sering sakit akhir-akhir ini. Ayahnya juga belum pulang, apalagi adiknya. Ia pasti pergi berkeliling kota bersama gadis incarannya.
Ah, adiknya saja mempunyai seseorang yang disukai, sementara Emma sampai saat ini belum pernah menyukai seseorang. Dari dulu, ia tidak pernah tertarik pada siapa pun dan sepertinya itu sudah melekat dalam dirinya. Satu-satunya orang yang sering menghantui pikirannya adalah Dean Asher. Itu pun karena tingkahnya yang menyebalkan.
Sofia pernah bilang kalau kau sering memikirkan seseorang, itu berarti ada kemungkinan kau menyukainya. Apa seperti itu konsepnya? Tetapi, ia tidak merasa menyukai Dean. Jadi?
Emma menggeleng—pusing. Ia bergegas menaiki tangga menuju kamarnya dan mandi untuk mendinginkan isi kepalanya. Setelah memakai piyama, ia berjalan ke balkon karena pemandangan langit senjanya sangat indah sore ini. Angin yang datang menyapu wajahnya juga terasa sejuk.
Ia duduk di tepi balkon dan mengayunkan kakinya dengan ringan. Irisnya terpaku pada langit, tetapi, pikirannya justru kembali pada satu pemuda yang selalu mengganggunya.
Dean Asher ... alasan apa yang membuat Emma harus menerimanya?
Meski menempati peringkat pertama, Dean tidak bisa dikategorikan sebagai murid teladan. Ia men-tato sepanjang lengan kanannya sampai ke punggung (Emma tahu sebab Dean pernah memperlihatkannya) dan memakai banyak tindik di telinga, bahkan dua di alis. Tetapi, tentu saja tidak ada yang berani memprotes. Walaupun itu termasuk pelanggaran besar. Di kota kecil ini, siapa yang berkuasa, ia yang akan dihormati.
Emma ingat saat mereka masih berada di kelas sepuluh, sikap Dean memang sangat kasar. Tidak peduli laki-laki atau perempuan, kalau ia membuat Dean kesal, ya ... ia akan tetap diberi pelajaran. Hanya saja kalau perempuan, Dean baru akan membalas kalau sikapnya benar-benar keterlaluan. Mungkin hanya ada satu-dua orang yang pernah melakukannya.
Tetapi, sikapnya pada Emma ... memang berbeda.
Dulu, ia pernah melempari Dean botol plastik karena marah, tepat mengenai dahi. Emma juga pernah menginjak kaki Dean dengan keras menggunakan heels saat pemuda itu memaksanya untuk berdansa. Ada banyak hal yang pernah Emma lakukan pada Dean, namun ia tidak pernah marah—satu kali pun.
Apa mungkin Dean benar-benar menyukainya?
Emma menangkup kedua pipinya yang terasa panas. Tidak mungkin. Apa yang Dean sukai darinya?
'Aku menyukai segala hal tentangmu.' Perkataannya waktu itu melintas tanpa diminta.
Pipi Emma semakin terasa panas dibuatnya. Tanpa bisa dicegah, bayangan saat Dean menciumnya muncul begitu saja. Bibirnya yang lembab menekan lembut bibirnya—
“TIDAK!”
Kenapa Emma mendadak jadi melankolis begini?
Ya, ampun. Emma merasa gila. Ia menutup wajahnya yang sudah pasti memerah dan menunduk, menatap kakinya sendiri. Pikirannya tentang Dean rasanya hanya semakin memburuk, karena kini ia bisa mendengar suara pemuda itu memanggil namanya!
“Emma!”
Benar, ia sudah gila.
“Emma!”
Kenapa suaranya terdengar begitu dekat dan nyata?
“Emma Cassell adalah milik Dean Asher!”
Tunggu dulu.
Emma mengangkat kepalanya dan terbelalak melihat Dean berdiri di seberang sana, di balkon milik rumah Justin. Jadi Emma tidak berhalusinasi? Kenapa pemuda itu bisa ada di sana?
Ck, iya, ya, aku lupa.
Justin 'kan satu komplotan dengan Dean dan Alex.
Keduanya bertatapan untuk beberapa saat. Yang satu dengan mimik wajah datar, sementara yang satu lagi menampilkan senyumnya yang paling menawan. Dean tidak menyeringai atau tersenyum separuh, tetapi tersenyum tulus yang membuat gadis itu tahan menatapnya cukup lama. Dean yang tenang seperti ini, rasanya agak berbeda dalam pandangan Emma. Ia nyaris terhanyut suasana, namun suara Dean memecah semuanya.
“Kau terlihat sangat seksi sore ini.”
Seksi?
Kemudian Emma sadar, ia hanya memakai piyama tipis dengan celana pendek yang tidak menutupi sedikit pun pahanya. Ia menatap Dean dengan mata melebar saat pemuda itu tersenyum nakal ke arahnya dan terkekeh.
Dasar! Emma dengan cepat berbalik, buru-buru masuk ke kamar dan menutup pintu. Tetapi, ia masih bisa mendengar ucapan Dean di luar sana bersama tawanya.
“Gadisku yang menggemaskan.”

หนังสือแสดงความคิดเห็น (23)

  • avatar
    Kamu 221Didik

    hebat

    13/07

      0
  • avatar
    Farin Farin

    Verry good story

    20/06

      0
  • avatar
    lindarosa

    Aku suka cerita ini, ringan, tipe anak remaja yang lagi nakal-nakalnya, apalagi ini latarnya western kan jadi seru aja bacanya👍🌹 semangat kaka author😘

    17/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด