logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 DIA MERINDUKANKU?

“Iya, lo masih seperti anak kecil!’ ucap Lydia. Ia tanpa berpikir lama langsung mengungkapkan hal tersebut kepada Syakila.
“Ha?” Gadis itu memelototinya dari dekat.
Apa maksud dari perkataan Lydia yang spontan itu? Syakila mengernyitkan dahinya di sepanjang jalan menuju ke rumah. Ia masih belum bisa menerima perkataan Lydia yang menganggap dia seperti anak kecil. Gadis itu semakin merasa ganjil dengan dirinya sendiri. Bagian mana yang membuat dia seperti anak kecil?
Harusnya Syakila duduk terlebih dahulu ketika mendapat telepon dari Lydia tadi. Tetapi sayangnya, ia mengangkat telepon sambil berdiri tanpa melihat lokasi sekitar. Tiba-tiba ada truk yang hampir menabraknya tanpa disadari. Untung saja, Amman datang tepat waktu. Ia membantu Syakila lantas mengajaknya untuk makan malam bersama. Lydia kebetulan juga lewat di restoran tempat mereka makan sehingga ikut bergabung.
“Iya, aku hanya mencoba menjawab pertanyaan darinya? Apakah salah?” ucap Lydia. Gadis yang bersalah itu membuka kotak berisi susu cokleat yang juga menjadi kesukaan Syakila. Ia kesal karena dari tadi Amman terus saja menyalahkannya karena membela Syakila.
“Apa? Kamu berusaha menjawab dirinya? Apa yang berusaha kamu ketahui dari gadis kecil itu? Ia sudah sangat dewasa, kau tahu itu?” balas seseorang laki-laki yang sampai sekarang masih bersamanya. Siapa lagi jika bukan “Amman”. Ia sepertinya akan selalu berada di sisi Syakila.
“Oh, jadi Kak Amman lebih membela Syakila daripada jawabanku yang masuk akal tadi ya?” ucap Lydia. Ia berdiri di sebelah meja. Melakukan pembelaan karena merasa semuanya tidak adil. Apa yang salah dengan jawabannya yang mengatakan bahwa Syakila masih sering membeli susu kotak dan meminumnya bersama dirinya. Ia masih sering mendengkur. Masih sering merasa malas ketika diminta melakukan pekerjaan rumah. Apa salah jika Lydia mengatakan hal itu semua? Syakila memang belum dewasa!!”
Lydia menggedor meja dan memutuskan untuk pergi saat itu juga. Ia tidak peduli Syakila memanggilnya berkali-kali untuk memberi penjelasan.
**
Alarm yang berada di kamar Syakila tidak berhenti berdering. Sudah pukul 06.30 WIB, tetapi gadis itu masih betah berada di balik selimutnya. Ibunya entah sudah berapa ratus kali memanggil untuk bangun sebelum pergi ke kantor. Syakila masih belum mau bangun, baru ketika ia merasa lapar, gadis itu memberanikan diri untuk bangkit.
Aihh.. Apa yang tadi ia rasakan? Apakah semua tadi hanya mimpi? Ia melihat Amman berada di sampingnya dan membela Lydia. Ia bahkan mengatakan bahwa Syakila sudah tumbuh dewasa. Amman yang memarahi Lydia membuat dirinya bangkit lagi sepertinya.
Ahh.. Syakila mendengus kesal. Ia lagi – lagi menendang nendang selimut yang tidak bersalah itu. Mengapa hanya sebatas mimpi? Mengapa tidak terjadi secara nyata? Syakila menggerutu karena keadaan ini. Ia nanti akan menemui Lydia dan bertanya ulang perihal pertanyaan beberapa hari lalu. Apakah jika berada di kehidupan nyata, jawaban Lydia akan sama – bahwa ia menganggap Syakila masih anak kecil. Kita tunggu saja nanti!
“AAAAaA... Kenapa hari ini rasanya begitu berat? Untuk mandi saja rasanya seperti mengangkat batu berkilo-kilo!” teriak Syakila.
Syakila masih terpaku di atas ranjang, membayangkan mimpinya tadi benar- benar menjadi kenyataan. Pasti indah, bisa duduk bersama dengan Amman serta mengenalkan dirinya kepada orang lain yang belum tahu betapa tampannya orang yang ia cintai itu. Lagi lagi bayangan pria itu membuat Syakila menggila. Ada pertanda apa sehingga dia muncul secara tiba-tiba begini. Apakah keadaan nya baik- baik saja disana. Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan nya saat ini? Feeling Syakila mulai menggelayut kemana mana.
Syakila masih membayangkan mimpinya lagi untuk yang kesekian kalinya. Ia tertegun. Bagaimana seorang Lydia bisa mengatakan bahwa dirinya memang masih seperti anak kecil. Bagaimana definisi sesungguhnya dari anak dewasa itu? Atau jangan-jangan ia lebih tahu tentang anak dewasa daripada dirinya? Jika ada pilihan, Syakila ingin sekali banyak belajar dari orang – orang tentang apa itu dewasa. Menurutnya dewasa itu menarik. Masa dimana manusia sering mengatakan mereka sibuk karena bekerja.
**
“Jadi, apakah mimpiku semalam benar, Lyd?” tanya Syakila. Ia saat ini sedang mengikuti latihan pemanasan bersama tim lain terkait olahraga yang sedang trend di Korea ini. Nama olahraganya adalah anggar.
“Maksud lo gimana Sya?” tanya Lydia. Tentu ia tidak paham apa yang dimaksud sesuatu itu. Lydia melihat ekspresi Syakila yang sangat bersemangat ketika membahas tentang pria yang bernama Amman. Lydia tidak begitu paham tentnag Amman. Ia hanya tahu dari tatapannya, bahwa Syakila sangat senang dan menganggap pria ini penting baginya?
Gadis itu akhirnya menceritakan semuanya kepada Lydia. Membuat dirinya tertawa terpingkal pingkal selama pemanasan. Bahkan dibawa sampai ke kelas! Mimpinya sangat unik dan memang wajar jika dianggap sebagai hal nyata.
“Sayangnya disini tidak ada Amman!. Jika ada pasti ia akan menertawakanmu. Haha.”
“Heyy... Jangan seperti itu terus. Berhenti menertawakanku. Aku hanya mau klarifikasi apakah jawabanmu sama atau tidak dengan yang di mimpi? Masalah Amman biarkan saja. Nanti pasti akan lupa dengan sendirinya!” ucap Syakila. Ia terlihat membawa sebotol minum. Duduk sebentar di sebuah kursi tua untuk menenggak minuman. Suasana hari itu cukup panjang baginya. Apalagi ketika tiba tiba terpikirkan lagi dengan bayang bayang Amman di mimpinya.
Syakila terlihat cukup stress dengan mimpi itu.
“Serasa semuanya nyata. Ahhh! Aku benci ini!” ucap Syakila. Ia khawatir belum bisa melupakanya lagi. Gadis itu mengambil botol minumnya, lalu menenggak air lebih banyak. Setelah tiga tenggakan, ia berteriak keras tanpa ada yang menghalangi. Toh, disana juga hanya ada Lydia. Mereka bebas bertindak sesuka hati. Para anggota tim sepertinya sudah kembali ke GOR untuk melakukan pelatihan, namun Syakila masih enggan.
“Hey, kontrol diri lo. Jangan bersikap seperti itu!” ucap Lydia. Ia kali ini tidak membiarkan Syakila melakukan sesuatu sesukanya. Biasanya gadis itu akan membiarkan, lalu pergi meninggalkan Syakila sendiri. Namun kali ini tidak! Lydia bisa merasakan betapa kesepiannya perempuan yang ada di depannya itu.
“Hmmm.. Meski gue tidak terlalu paham siapa Amman itu, gue rasa dia merindukan lo. Makanya dia muncul di mimpi lo!” balas Lydia.
Jawaban dari Lydia membuat Syakila tertegun. Apakah benar dengan apa yang ia katakan? Bukan kah itu bagian dari mengharapkan Amman untuk datang kembali ke kehidupan Syakila? Apakah Lydia benar-benar tulus mengatakannya tanpa bermaksud hanya mengasihani dirinya.
Ahhh.. Syakila selalu membenci dirinya yang tidak bisa melupakan Amman!
“Oh ya, masalah pertanyaan lo yang tentang ... anak kecil itu? Benar nggak?” tanya Lydia. Ia masih berusaha mengingat-ingat lagi. Berbeda ketika berada di mimpi.
“Ehem..”
“Gue akui akhir- akhir ini lo tambah dewasa, bukan anak kecil lagi. Jadi jangan terlalu terjebak dengan masa dimana lo disebut anak kecil!” balas Lydia singkat. Ia segera berlalu meninggalkan Syakila sendiri, tanpa peduli bagaimana keadaan hatinya sekarang. Lydia tersenyum di sepanjang jalan. Ia lantas berlari kencang agar tidak ketinggalan mengikuti kelas.
“Aihh.. Orang itu membuatku harus berpikir keras!” Syakila segera menyiramkan sisa minumnya ke kerudung mungilnya, membuat semuanya basah kuyup. Meskipun mimpi itu tidak benar, dan Amman tidak berada di sampingnya sekarang, namun ia memiliki banyak teman yang peduli dan mengerti keluh kesahnya.
“Heyyy.. Lydia tunggu aku!!”
***
Hai para author dan readers. Kalau suka boleh dong minta subscribe, and reviewnya ya kakak-kakak. Plus hadiahnya juga boleh yah kaa. Thank you so much :) Semoga selalu diberi kesehatan ya
Finding me I Instagram: @kismun.th
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (231)

  • avatar
    OnAkunff

    halo semua

    7d

      0
  • avatar
    IMAMSYAFI'I

    ya bagus

    20d

      0
  • avatar
    Hendra Modesad

    baguss

    28d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด