logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 RASA PENARASAN AVRIL KEPADA JAY

Avril mengajak Putri untuk menemaninya ke Gramedia yang ada di mall pusat, selama perjalanan mereka ada saja yang dibahas untuk menuju ke tujuan Avril.
Sahabat Avril yang satu ini hanya ingin cuci mata mangkannya ikut ke mall padahal tidak ada yang ingin dibeli.
Putri adalah anak kedua dari keluarga yang bercukupan, maka Putri lebih memilih menyisahkan uang jajannya untuk keperluan lebih penting.
Putri pun tidak memakai perhiasan karena memang bukan karakternya memakai barang-barang di saat masih sekolah. Juga untuk membelinya keluarga akan lebih memilih mementingkan hal lain dahulu.
"Ril, gue angkat telepon dulu ya." Izin pamit Putri seraya menunjukkan dari panggilan disebrang sana. Senyuman malu Putri itu membentuk seraya berucap tanpa suara.
Avril berdecak, bukan pertama kali Putri begitu akan meninggalkan dirinya dan memilih asyik berteleponan dengan kekasihnya.
Avril tidak iri, ia hanya selalu heran saja kenapa bisa orang begitu bucin pada kekasihnya padahal itu menurutnya hal membosankan.
Mencari pacar, pendekatan lalu jadian. Terus jika sudah menjadi pacar akan berteleponan hingga tidak mengenal waktu. Apa yang mereka bahas selama itu bahkan setiap hari. Dari pagi menagatakan 'selamat pagi' dilanjut pertanyaa random lainnya. Tertidur ditemani vidio call atau sambungan telepon.
Kenapa bisa mereka melakukan hal sama, terus mengulangnya tidak bosan? Sungguh Avril bayangkan saja bosan.
Jika kalian bertanya kenapa Avril bisa berkata begitu? Tentu ia adalah jomblo abadi. Tidak pernah berpacaran. Avril normal menyukai lelaki tetapi ketika ada cowok yang ia sukai Avril selalu merendah.
Gadis ini selalu berpikir jika dirinya tidak cocok disanding dengan cowok yang disukainya dan yang harus dipertanyakan sebenarnya Avril. Bagaimana bisa tidak bisa move on padahal tidak pernah putus dengan seorang cowok.
Iya, hanya pernah menyukai saja kepada cowok kakak kelas semasa SMPnya. Cowok dengan berwajah ganteng, baik dan perhatian. Karakter begitulah yang membuat diri Avril susah dikontrol.
Jika kalian berpikir lelaki itu menyukainya tidak, bahkan Avril sudah memberikan note jika ia menyukainya tapi tidak pernah di notice. Sayang sekali lelaki yang disukainya menyukai gadis lain. Sehingga Avril terpuruk sangat dalam.
Dirinya belum sempat mengatakan, belum sempat berjuang. Namun, dunia terasa jahat. Setiap Avril menyukai lelaki selalu saja sudah memiliki gadis.
Entah apa permasalahan Avril, selalu di tolak sebelum mengatakan. Nasib percimtaanya selalu buruk. Tidak pernah ada yang sesuai dengan ekpetasi dirinya.
Avril pernah ingin melepaskan status jomblo hilang pada dirinya tetapi jika dipikir memang benar, siapa yang mau dengan dirinya? Gadis tidak pintar, tidak bisa bersosialisasi, tidak berprestasi dan tidak pernah membanggakan.
Avril melamun dengan tatapan ke arah buku yang sedang di cekalnya. Ia tidak sadar jika dirinya sudah sampai ke tempat di mana buku berjejer rapi dan begitu banyaknya.
"Sorry," kata Avril ketika tidak sengaja menubruk seseorang ketika dirinya akan mundur begitu saja tidak melihat sekitar yang sudah pasti orang-orang pun berkeliaran di area ini.
Avril membalikkan tubuhnya, merasa tidak sopan mengatakan maaf tidak melihat ke arah siapa yang dirinya tabrak. "M-maa ...," ucapan permintaan maaf itu terhenti menatap sang lawan yang dirinya tabrak tidak sengaja. Netralnya berkedip memastikan tidak salah lihat. "Jay?" panggil Avril memastikan.
"Hmm," balasan dengan deheman itu membuktikan Avril tidak salah lihat menemukan keberadaan Jay di sini.
Ternyata dia suka baca juga, batin Avril mengingat keberadaanya di mana. Avril tiba-tiba mengingat sesuatu, bola mata itu berbinar seperti mendapatkan hadiah tidak terduka.
"Lo suka baca buku apa?" tanya Avril To The Point, bersuara melupakan permintaan maaf yang belum benar. Ia mengagakan dengan excited. Sangat antusias mendengar jawaban Jay untuk dimintai pertolongan.
Sudut bibir yang terangkat senang itu menurun melihat begitu respons Jay, cowok berambut oppa dengan kedua alis terangkat seakan tidak mengerti pertanyaa dirinya.
Nyebelin, bahkan dia keknya gak inget kita satu sekolah malah satu bangku. Padahal seragam yang sama tidak berfungsi. Lagi-lagi Avril berdecak dalam hati. Dirinya seakan harus mengubur pendapat dari orang lain.
Ekor matanya tidak sengaja melirik tangan Jay yang memegang satu buku berjudul Kisah Percintaan Avril.
Melupakan respons yang tidak wajar, jiwa penasaran Avril masih belum padam itu melontarkan pertanyaan untuk mengurangi beban dirinya. "Menurut lo, buku itu gimana?" tanyanya antusias. Rasa excited Avril kembali hadir.
Menghilangkan rasa kesal yang datang sesaat itu, Avril menatap Jay penuh harap dengan jawaban yang akan di dengar.
"Kalau penasaran baca sendiri," Untuk pertama kalinya Avril mendapatkan perkataan sarkasme. Tatapan tidak suka juga kesal.
Avril tidak mengerti dengan situasi saat ini. Jay terlihat beda, apa ini bukan Jay tapi kembarannya? Avril menggelengkan kepalanya.
"Gue tahu semua alur bahkan karakternya karena gue yang nulis bahkan hampir gila mikirin satu alur buku, kembali Avril meruntuki dalam hati. Bisa-bisa Avril akan sakit batin memarahi dirinya sendiri.
"Sekali lagi gue tanya, menurut lo bukunya gimana?" Avril mengulang peetanyaanya dengan sabar. Menahan diri untuk tidak mengamuk kesal, ia masih membutuhkan Jay untuk evaluasi karyanya.
Avril membutuhkan itu sebelum dirinya membuat naskah baru lagi dan ia ingin mengetahui pendapat orang yang dikenalnya meskipun tidak mengetahui buku itu karyanya.
"Gue gak baca," ucap Jay. Akhirnya bersuara meskipun di dalam dirinya ada rasa kesal. Ia emosi sekali jika tahu Jay tidak me Baca ia tidak akan memaksa begitu.
Dirinya membuang waktu, haruskah Avril berkeliling mencari pegemar bukunya dan menanyakan bagaimana hasilnya? Memuaskan kah atau bagaimana?
"Gue mau minta tolong secara paksa," Avril memilih melakukan apa yang habis dirinya pikirkan barusan. "Lo baca buku ini gue tungguin buat lo beritahu gimana alur dan perasaan lo ketika membacanya," paksa Avril tidak peduli.
Avril harus segera menggarapnya agar buku yang sedang dirinya jalani bisa menemukan titik terangnya.
Jay seakan terkejut akan perkataanya, cowok itu berniat pergi melupakan keberadaan Avril yang temannya.
"Gue gak terima penolakan, nanti gue ganti deh waktu lo yang terbuang ini dan lo bebas meminta apapun," Avril mulai bernegosiasi.
Melihat pergetakan Jay yang duduk di kursi yang memang disediakan Avril tersenyum dan ikut mendudukan dirinya di samping Jay. Ia fokus membaca alur yang akan dirinya buat di karya kedua.
Meninggalkan Jay yang mulai fokus me Baca buku. Jay yang sudah lima menit dan menghabiskan membaca buku sepuluh lembar itu mengakihkan perhatiannya kepada Avril yang sedang fokus menentukan alur seraya bergumam mencari kata yang pas.
"Vril, gue keknya suka sama lo," ucap Jay memandang Avril tanpa kedip. Melihat dan berbincang begitu dekat seperti ini membuat jantungnya berdetak lebih cepat.
"Hah?" kata Avril. Meminta Jay mengulang perkataannya sebab Yadi dirinya tidak fokus. Avril sedang meriview buku miliknya sendiri yang sudah berjejer rapi juga untuk pertama kalinya berani membaca karya sendiri yang sudah menjadi novel favorit semuanya.
Merasakan getaran di saku celana biru seragam Jay mengambilnya tanpa peduli Avril menunggu jawaban atas kurang Avril perhatikan. Beberapa menit Jay membaca, cowok itu pergi berlari meninggalkan Avril dan rasa penasrannya.
"Lo udah selesai?" tanya Putri tiba-tiba setelah kepergian Jay. Berapa lama Putri menelepon sang kekasih sehingga Jay sudah pergi tanpa pamit dan ada apa dengan Jay?
Avril melangkahkan kakinya mengikuti Putri berjalan keluar dengan pikiran yang berkelana. Terdengar teriakan Putri kepada sahabat lainnya yang ternyata baru selesai juga berbelanja.
"Ga, Sat udah belom? Lama banget sih," ujar Putri dengan nada kesal.
"Eh, udah nih. Ayo," balas Mega gugup dengan keadaan linglung. Mendekat ke arah Putri dan Avril di sana lalu kembali berjalan meninggalkan Satria yang berada di belakang ke luar dari mall.
"Papah!" teriak Avril sembari berlari kecil menuju keluar mall menghampiri orang yang dia panggil papah itu. Melupakan pikiran itu melihat seseorang dikenalnya.
***
Udah sampe bab 5 nih, gimana sama ceritanya? Suka gak? Semoga suka ya<3
Tetep support bumishilen dengan dukungan kalian semua. Ouh ya? Thank you so much!

หนังสือแสดงความคิดเห็น (14)

  • avatar
    SevtiyaBnarr

    mantap

    22/03

      0
  • avatar
    Joansyah Pratama

    Penulis yang sangat pintar

    20/02

      0
  • avatar
    Chu Nheen

    wawwww cerita ini sangat bgus aku kasih bingtan 5😋

    02/04/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด