logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 Pernikahan Alesha dan Rama

"Gita... Kita perlu bicara." Ucap Rama yang mendatangi rumah Gita.
"Ngapain kamu ke sini? Kita tidak perlu bicara apapun lagi." Tolak Gita.
"Gita... Aku sayang sama kamu, aku mencintai kamu. Maafkan semua kebohongan aku tentang Alesha tapi aku jujur benar-benar mencintai kamu." Ungkap Rama.
"Aku tidak tega sama Alesha Ram, kamu tahu dia wanita yang baik."
Sebenarnya Gita tak bisa berbohong bahwa dia ingin terus bersama Rama dan menghabiskan hari-harinya bersamanya nanti. Tapi ada Alesha, orang yang jelas paling tersakiti karena pengkhianatan yang Rama lakukan. Dia merasa buka wanita egois yang akan bahagia di atas penderitaan wanita lain.
"Iya aku ngerti. Tapi aku juga tidak bisa membohongi perasaanku sendiri, aku hanya mencintai kamu. Sekarang, Ada satu hal lagi yang harus aku sampaikan. Aku ingin mengatakan sesuatu hal yang penting sama kamu." Arya meraih tangan Gita. Hal penting yang harus dikatakan pada Gita walaupun sangat berat dalam hatinya mengatakannya.
"Soal apa??" Tanya Gita ketus.
"Aku akan menikah dengan Alesha Minggu ini." Jawab Rama lirih. Dia dengan terpaksa mengatakannya, dia tahu Gita pasti sangat sakit hati mendengar berita tersebut.
Mendengarnya membuat Gita sempat terdiam, hatinya seperti tertusuk duri yang tajam, mungkin lebih sakit dari itu. Tapi dia mencoba terlihat kuat di depan Rama seolah tak peduli apapun yang akan Rama lakukan.
"Lalu untuk apa kamu datang ke sini lagi?" Balas Gita yang bersikap tegar dan kuat di depan Rama seolah dia merasa biasa saja mendengar kabar tersebut padahal dalam hatinya dia sangat terluka.
"Aku hanya ingin kamu tahu bahwa aku mencintai kamu, aku hanya terpaksa harus menikah dengan Alesha demi mama. Aku mohon kamu percaya padaku, aku tidak punya perasaan apa-apa lagi dengan Alesha, aku juga tidak ingin hubungan kita berakhir." Ucap Rama serius menatap mata Gita lekat.
"Hubungan kita harus berakhir Ram, Aku tidak mau menjadi benalu dalam rumah tangga kalian nanti."
"Aku tidak akan biarkan itu terjadi."
**********
"Saya terima nikahnya, Alesha Putri Priyanto dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai." Ucap Rama dengan Lantang.
Ijab kabul terdengar indah di telinga Alesha walaupun hatinya tahu bahwa dia telah masuk dalam kehidupan yang sudah pasti tidak akan bahagia bersama orang yang dia cintai namun tidak mencintainya.
Acara berlangsung mewah dan meriah, dengan nuansa serba putih dan ada banyak bunga mawar putih menyerbak di sana. Keluarga Alesha memang merupakan keluarga terpandang, Ayah Alesha adalah seorang pengusaha sukses dan memiliki beberapa perusahaan serta hotel berbintang. Seluruh keluarga dan kerabat pun hadir memeriahkan pesta pernikahan Rama dan Alesha.
Ada raut wajah bahagia di wajah Alesha, berbeda dengan Rama yang hanya diam tanpa senyum sedikitpun. Bagaimana tidak? Dia tak menginginkan pernikahan ini terjadi, kalau bukan karena mama dan papanya yang memaksa, dia pasti akan membatalkan dan menerima semua resikonya.
Dari kejauhan terlihat seorang wanita yang Rama dan Alesha kenal, dia adalah Gita. Dia datang sebagai tamu di pesta pernikahan mereka.
Perlahan Gita masuk, dia menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya mencoba mengontrol dan mengendalikan diri dan perasaannya lalu dia berusaha membentangkan senyumannya walaupun itu adalah senyuman yang di paksakan agar rasa kecewa dan sakit hatinya tak nampak.
Gita langsung menghampiri mempelai, Rama yang kaget melihat wanita yang dia cintai datang, berbeda dengan Alesha yang menyambut Gita dengan hangat.
"Ehh Gita.. Makasih yah kamu udah mau datang ke acara kami." Ungkap Alesha.
Gita tak bicara, dia hanya membalas dengan senyuman.
"Gita.. kamu kenapa ke sini?" Tanya Rama yang meraih tangan Gita.
"Aku cuma pengen lihat kalian menikah." Jawab Gita.
Alesha yang melihat suaminya memegang tangan wanita lain di depannya merasa terpukul, namun dia berusaha berfikir dengan jernih. Dia menarik lengan Rama dan menggandengnya, Rama tak berkutik.
"Ram.... Kita duduk yuk... Gita, kamu silahkan nikmati makanannya yah." Ucap Alesha tersenyum.
Rama akhirnya menuruti perkataan Alesha, di hadapan semua keluarga dan para tamu dia tak mungkin menolak apalagi sampai marah pada Alesha. Sementara Gita lalu beranjak pergi, dia tak sanggup berada terlalu lama di acara tersebut. Gita perlahan berjalan namun air matanya perlahan ikut jatuh membasahi pipinya, berkali-kali dia menghapusnya namun berkali-kali pula air matanya terus jatuh bagai hujan yang deras.
Gita merasa tak sanggup melihat orang yang dia sangat cintai akhirnya menikah dengan wanita lain namun dia sadar bahwa dia yang telah masuk dalam kehidupan Rama hingga Rama berpaling dari Alesha.
Sakit... Begitulah perasaan Gita. Dia yang merasa mampu mengendalikan perasaannya ternyata tak bisa membohongi dirinya bahwa hatinya sangat terluka.
Gita akhirnya beranjak pergi dari pesta tersebut dengan linangan air mata, Rama yang melihatnya pergi, ingin sekali menyusulnya tapi apalah daya, dia tak mungkin meninggalkan pesta pernikahannya, dia tak ingin semua orang tahu bahwa dirinya dan Gita memiliki hubungan spesial.
Gita melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sembari terus mengingat kebersamaannya dengan Rama, air mata tak henti-hentinya mengalir di pipinya. Hingga dia tak konsentrasi saat sebuah mobil yang tiba-tiba muncul dari tikungan tak bisa dia hindari.
Brraaaakkkkk...
Sebuah tabrakan hebat terjadi, mobil Gita terbalik.
Orang-orang yang berada di sekitar tempat kejadian berlarian menghampiri Gita dan menolongnya keluar dari mobilnya.
Gita tak sadarkan diri, ada banyak darah bercucuran dari kepala dan juga badannya yang terluka. Beberapa orang dari mereka membawa korban termasuk Gita ke rumah sakit terdekat.
Sesampainya di rumah sakit, tim medis segera membawa Gita ke rumah ICU untuk mendapatkan penanganan.
Beberapa dokter memeriksa kondisi pasien di bantu oleh para perawatan. Gita mengalami benturan yang cukup keras dibagikan kepalanya.
"Sus, tolong hubungi keluarga pasien." Pinta seorang dokter.
"Baik Dok." Jawab suster tersebut.
Dua orang Suster mengambil tas Gita yang ditemukan di dalam mobilnya oleh warga yang membawa Gita ke rumah sakit. Tas yang sudah diamankan oleh pihak rumah sakit. Dia mengambil handphone milik Gita namun handphone-nya memiliki password, di dalam dompetnya hanya ada kartu identitas dan juga beberapa kartu debit.
"Dok, kami belum bisa menghubungi keluarga pasien dikarenakan di dalam tas pasien hanya ada dompet dan handphone-nya terkunci.
Tak lama kemudian handphone Gita yang di pegang oleh Suster berdering. Suster lalu mengangkat telepon tersebut.
"Halo Gita..." Terdengar suara pria dari seberang sana.
"Maaf Pak, kami dari rumah sakit ingin menyampaikan bahwa pemilik handphone ini sedang dalam kondisi kritis karena kecelakaan. Apa bapak keluarganya?" Tanya Suster
"Apa rumah sakit? Kecelakaan?"
To be continue

หนังสือแสดงความคิดเห็น (149)

  • avatar
    PujiantiFitri

    bener gita harus tegas.. laki2 seperti rama tK pantas di pertahankan 😠

    23/06/2022

      0
  • avatar
    LenTracey

    rawr

    10d

      0
  • avatar
    ComPagaden

    bagus

    11d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด