logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 Kembali mencintaiku

*****
Rania duduk santai sambil menonton TV berukuran besar yang menempel di dinding. Rian tengah sibuk membereskan meja, sesekali Rania melirik memperhatikan. Dengan cepat Rian membereskan piring, mengelap meja dan mencuci piring. Rian seperti sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah, sosok pria perfeksionis.
"Sudah puas kamu mengagumiku?" Rian mendekat dan berdiri di hadapannya.
"Hah? Ti–tidak." Rania mengalihkan pandangan kembali melihat ke layar.
"Lalu kenapa matamu terus mengekori setiap gerakanku?" Rian pun duduk di sebelah Rania, menatap matanya.
"Hahaha … kamu terlalu percaya diri."
"Eleh, kelihatan bohongnya."
Rania mendelik. "Aku bosan, tidak ada acara yang menarik. Semua adegan sinetron berlebihan, terlalu dibuat-buat. Entertainment membahas gosip tidak penting, yang muncul di TV kebanyakan settingan. Kenapa tidak ada acara musik seperti dulu?"
"Hahaha, kamu lucu jika cemberut." Rian mencubit pipi wanita itu gemas, Rania berdecih padanya. "Kalau begitu tunggu, aku akan buatkan satu untukmu, kamu mau acara musik yang bagaimana?"
"Apa, buatkan untukku?"
"Iya, mudah saja. Kalau kamu suka akan kulakukan."
Rania memutar bola matanya. "Iya, iya … Tuan Rian yang hebat."
Rian tersenyum lalu melipat satu kakinya ke sofa dan memeluk wanita itu dari samping. Ia menumpukan dagunya di bahu sempit Rania. Wanita itu tersentak, tidak siap dengan perlakuan Rian yang tiba-tiba.
Rania memfokuskan pandangannya ke layar dan terdiam. 'Kenapa harus seperti ini, aku takut akan jatuh cinta lagi. Rian, cintamu sudah kusimpan jauh dilubuk hatiku. Aku takut untuk memulainya lagi'
"Ra … aku sangat merindukanmu."
"Rian, jangan begini, aku tidak terbiasa."
Rian melepas pelukannya, lalu pundak Rania diputar menghadap padanya. Mereka bertatapan, tapi wanita itu menghindari tatapan itu. Rian menangkupkan tangannya ke wajah wanita cantik ini, Rania tersentak.
"Ra, lihat aku, tatap mataku." Rania tak dapat lagi menghindar, netra hitam Rian menusuk ke matanya.
"Dengar, kamu ingat saat terakhir kita bertemu? Kita pergi ke taman hiburan, kita bersenang-senang, aku sangat bahagia waktu itu. Kamu menghadiahkan aku ciuman pertamamu dan itu juga pertama kali untukku. Sampai detik ini aku masih mengingat dengan jelas rasa dan aromanya. Aku semakin mencintaimu dan aku tidak berpikir bahwa itu adalah sebuah kado perpisahan. Hanya itulah kenangan yang masih aku simpan dengan rapi."
"Rian, maaf ... aku tidak punya pilihan lain. Aku terpaksa pergi, semua sudah dipersiapkan dari jauh hari." Rania menurunkan perlahan genggaman dipipinya.
"Aku mengerti, Tapi kenapa kamu pergi tanpa memberitahuku?"
"Karena kamu."
"Aku?"
"Ingat perkataan kamu yang itu 'mencoba pacaran,' aku bukan alat untuk menguji cintamu, Rian."
Rian terkejut meremas rambutnya. "Jadi? Ya Tuhan, aku tidak pernah menganggapmu sebuah alat, aku tidak berpikir jika kamu akan beranggapan seperti itu. Jadi semua karena itu?"
"Hhmm …."
"Maaf, maafkan aku … kenapa aku begitu bodoh, seharusnya aku berpikir sebelum mengatakannya." Tatapannya sayu dengan penyesalan.
"Sudahlah, semua sudah berlalu," balas Rania santai dan tersenyum, klau kembali menghadap ke layar mengotak-atik remote TV,
Rian terdiam sesaat. "Rania."
"Ya, kenapa?"
"Kamu masih mencintaiku? Masih adakah aku dihatimu?" tanyanya lirih.
"Hahaha … haruskah aku menjawabnya?" Ia melirik Rian sebentar.
"Ya, tentu saja."
"Aku tidak tahu, itu sudah bertahun-tahun yang lalu," jawabnya santai.
"Bisakah kita memulainya lagi? Bolehkah aku masuk lagi ke dalam hatimu? Aku akan membuatmu kembali mencintaiku."
Rania kemudian menatap dalam mata pria itu. Mengerutkan keningnya, melihat adakah ketulusan dari ucapan Rian barusan. Benar, mata itu tidak berbohong. Rian masih ada perasaan padanya, masih mencintainya. Terlihat dari sorotan mata pria itu yang tampak terluka. Tapi sebenarnya Rania takut untuk membuka hatinya lagi. Ia sudah menutup rapat dan tidak ingin diisi lagi. Bukan karena Rian, tapi masa lalu yang membuatnya enggan untuk mencintai lagi.
"Ra, katakan sesuatu."
"Aku … aku tidak yakin apakah itu bisa?"
"Aku akan membuat itu bisa. Aku yakin di lubuk hatimu yang terdalam masih ada aku. Aku akan berusaha membuka lagi hatimu, Ra."
Rania membuang nafas panjang. "Cobalah kalau kamu mau?"
Senyum manis terbit di bibir pria itu. Walaupun perjalanannya masih sangat jauh, ia akan berusaha sekuat tenaga. Tanpa aba-aba tubuh Rania dipeluk sangat erat. Dikecupnya puncak kepala, menghirup aroma khas yang sangat dirindukannya itu.
"Terima kasih, Rania … terima kasih, Sayang."
"Rian … jantungku mulai tidak aman. Maaf aku tidak bisa membalas cintamu, aku belum siap. Jujur, perasaan itu masih ada, entah cinta itu masih kuat atau tidak. Kita lihat saja nanti bagaimana arus nya.' Batinnya.
"Sayang? aku tidak menerimamu sebagai kekasih."
"Tak apa, aku akan menunggu kamu bisa menerimanya. Bisakah aku memanggil dengan sebutan itu?" Rian melepas pelukannya, ia mendorong pelan hingga mereka berhadapan.
"Tidak, terdengar aneh."
"Baiklah, tapi bisakah kamu memanggilku kembali seperti dulu? 'Ri' hanya RI, bisakah?"
"Emm, tentu." Ranis mengangguk pelan, Rian kembali memeluk.
Cinta itu tidak bisa dijelaskan seberapa besarnya, orang mungkin menilai cinta itu sebesar dunia, samudera, bahkan langit. Namun tidak ada seseorang pun yang bisa menakar seberapa besar cintanya dengan logika. Ketika kamu telah menemukan cinta sejati, jangan berniat untuk menemukannya lagi. Peluk dan genggamlah ia selama kamu masih memilikinya.
"Love does not begin and end the way we seem to think it does. Love is a battle, love is a war; love is a growing up." – James Baldwin
(Cinta tidak dimulai dan berakhir seperti yang kita pikirkan. Cinta adalah pertempuran, cinta adalah perang; cinta adalah tumbuh dewasa)
Seperti itulah yang Rian rasakan sekarang. Dia tidak tahu seberapa besar takaran cintanya pada Rania. Tidak bisa diukur, semakin ia memikirkannya semakin kuat rasa rindu dan cinta dalam hatinya. Rania adalah cinta sejatinya. Ketika cinta harus memilih antara tinggal dan pergi, Rian memilih tetap tinggal pada kekuatan cinta yang dimilikinya. Cintanya sekarang adalah perjuangan, pertempuran.
"Hmmm … Ri, berapa lama lagi ini kamu akan melepaskan?"
"Tunggu, sebentar lag, aku masih ingin memelukmu."
"Ini sudah menempel dari tadi, aku tidak yakin akan bertahan berapa lama, aku bisa saja menggigitmu."
"Aahh, kamu." Rian mendorong tubuh mereka sedikit kasar, wanita itu terkekeh.
"Lihatlah, bahkan kamu tidak bisa menahannya." Rania melirik ke bawah perut Rian.
"Cckk … jangan menggodaku, Ra … Hah." Rian menutupi dengan tangan.
"Hahaha … aku tidak menggodamu, kamu sendiri yang mudah tergoda."
"Ra …."
"Kamu mau lihat bagaimana caraku menggoda?" tatapannya tajam pada Rian, suaranya terdengar sensual.
Tubuh Rian didorong kasar hingga terbaring dan berada dibawahnya. Rania meraba mulai dari kening, hidung hingga leher Rian menggunakan jari telunjuk, terus menerus diulanginya. Pria itu menegang, nyaris kehabisan nafas, wajahnya merah padam.
"Ra, hentikan." Suaranya tercekat.
"Aku bilang hentikan! Rania, Arhhh …." Rian mendorong Rania hingga kembali duduk.
"Lihat, bahkan begitu saja kamu tidak tahan." Ia terkekeh.
"Aku laki-laki normal, Ra. Susah payah aku menahannya dari tadi, cckk … kamu merusak suasana!"
Rian pun bangkit saat merasakan adik kecilnya semakin menegang. Ia berlari ke kamar mandi di kamarnya. Terpaksa ia harus melepaskan di sana.
"Ri, perlu bantuan ku? Hahaha …," teriak Rania membuat Rian kesal.
"Sejak kapan kamu menjadi bar-bar begini? Dasar!" balasnya berteriak sebelum masuk ke dalam.
Rania semakin terbahak, perutnya sakit karena tertawa. Ia mengakui, tubuh Rian memang sangat menggoda. Dulu, badan pria itu tidak berisi seperti sekarang, mungkin karena hobinya berolahraga. Sekarang tubuh Rian dipenuhi otot-otot yang terlihat sexy di matanya. Wanita manapun pasti sulit menahan jika berdekatan. Apalagi wangi tubuh maskulinnya, Rania sulit untuk menolak, untung saja ia bisa menahan.
*****

หนังสือแสดงความคิดเห็น (263)

  • avatar
    Dye Issabilla

    sngt baik

    22/07

      0
  • avatar
    MoeJESSICA JESSY ANAK JISEM

    bagus

    31/10

      0
  • avatar
    SavitriNanik

    bagus sekali ceritanya🥰

    15/10

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด