logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 5 SEPERTI MELIHAT MAMA

PART 5
SEPERTI MELIHAT MAMA
“Papa!” sapa Bulan saat melihat keduanya turun dari tangga.
“Halo, Sayang! Sudah belajar belum?” tanya Ardhan.
“Sudah, tadi diajarin Mama. Iya kan, Ma?” ujar bulan.
“Iya, Sayang!” sahut Kienan.
“Tadi belajar apa sama Mama?” tanya Ardhan sambil membawa Bulan kedalam gendongannya.
Bulan tertawa riang digendong sang Papa.
“Tadi Mama ngajarin aku ngerjakan tugas matematika.”
“Bulan bisa?”
“Bisa dong! Bulan kan anak yang pintar!” sahut Bulan bangga.
“Pa, Bulan boleh tanya sesuatu gak?”
“Tanya apa?” Ardhan mengernyit heran.
“Boleh gak, sekali-kali aku menginap di rumah Tante Airin?” tanya Bulan.
“Memangnya kenapa Bulan mau menginap disana?” tanya Ardhan.
“Tante Airin yang ngajakin. Kata Tante Airin, dia kangen sama Bulan, lagipula ....” Bulan menghentikan ucapannya.
“Lagipula apa?”
“Em ... lagipula ....”
“Mau ngomong apa sih? Kok ragu gitu?” tanya Ardhan penasaran.
“Lagipula, Tante Airin wajahnya mirip sekali dengan Mama,” ujar Bulan lirih.
Ardhan menghembuskan napas panjang.
“Memangnya kenapa kalau mirip?” tanya Ardhan lagi.
“Kalau melihat Tante Airin, Bulan seperti melihat Mama,” ujarnya sambil menunduk. Ardhan membawa bulan ke dalam pelukannya.
“Bulan kangen ya, sama Mama?” tanya Ardhan. Bulan menganggukkan kepalanya.
“Kan, sudah ada Mama Kienan. Mama Kienan juga sayang banget sama Bulan.”
“Iya, Pa. Hanya saja, kalau sama Tante Airin, Bulan merasa seperti sedang bersama Mama Anita. Boleh ya, Pa?” tanya Bulan penuh harap.
Ardhan tampak berpikir sejenak. Bulan menunggu jawaban Papanya dengan harap-harap cemas.
“Bagaimana, Pa?” desak Bulan.
“Iya, Sayang! Boleh kok, tapi ada syaratnya!”
“Apa syaratnya, Pa?”
“Bulan disana tidak boleh nakal dan tidak boleh merepotkan Tante Airin,” ujar Ardhan.
“Siap, bos!” sahut Bulan ceria sambil menempelkan ujung jarinya di pelipis. Ardhan terkekeh sembari mengacak rambut putrinya itu.
“Jangan diacak-acak, Pa! Nanti rambutku kusut!” protes Bulan. Ardhan kembali terkekeh dibuatnya.
***************************
Akhir pekan ini, Airin benar-benar menjemput Bulan ke rumahnya.
“Terima kasih, ya, Mas, sudah mengizinkan Bulan menginap di rumahku!” ujar Airin sambil bergelayut manja di lengan Ardhan.
“Sama-sama!” sahut Ardhan sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Airin.
“Maaf, Mas! Abisnya, aku terlalu senang, jadinya kelepasan deh!” ujar Airin sambil melepaskan pegangan tangannya.
“Tante, ayo kita berangkat!” panggil Bulan yang sudah siap dengan barangnya.
“Tidak ada yang ketinggalan kan, sayang?” tanya Ardhan.
“Gak ada, Pa. Semuanya sudah disiapkan sama Mama,” sahut Bulan.
“Ingat pesan Papa! Jangan nakal dan jangan merepotkan Tante Airin!”
“Iya, Pa! Bulan ingat kok!”
“Ayo, sayang, kita berangkat sekarang!”
“Pa, Bulan pergi dulu! Ma, Bulan pergi dulu!” ujar Bulan sambil mencium tangan keduanya.
“Rin, titip Bulan, ya!” ujar Ardhan.
“iya, Mas, tenang saja! Bulan aman kok sama aku!” sahutnya sambil mengulas sebuah senyuman.
“Tante, kita langsung ke apartemen Tante?” tanya Bulan saat mereka sudah di dalam mobil.
“Gak, Sayang! Kita jalan-jalan dulu, ya!”
“Jalan-jalan kemana?” tanya Bulan.
“Ke game zone saja bagaiamana? Suka gak?” tanya Airin.
“Suka banget! Oke, Tante, ayo kita kesana!” ujar Bulan bersemangat. Airin tersenyum melihat Bulan tertawa bahagia.
Seharian, mereka menghabiskan waktu berkeliling mall. Selain bermain di area game zone, Airin juga mengajak Bulan berbelanja pakaian dan mainan. Setelah merasa lelah, Airin mengajak Bulan pulang ke apartemennya.
“Sayang, badannya dibersihkan dulu, ya! Habis itu baru bobok!”
“Iya, Tante!” sahut Bulan.
Airin membantu Bulan berbenah. Setelah selesai, dia membawa gadis itu ke dalam kamar.
“Tante, boleh gak aku tidur sama Tante?” tanya Bulan.
“tentu saja, sayang! Ayo, Tante temani tidur!” sahut Airin.
Dengan senang hati, Bulan tidur dalam pelukan Airin. Tak lama berselang, Bulan pun telah tertidur.
********************
Hoek ... hoek ....
Pagi ini, Kienan merasa mual saat bangun tidur. Dia segera berlari ke kamar mandi untuk mengeluarkan isi perutnya.
“Kamu kenapa, sayang?” tanya Ardhan saat melihat Kienan tampak pucat keluar dari kamar mandi.
“Kayaknya masuk angin, deh! Sudah beberapa hari ini, bawaannya mual terus!” sahut Kienan. Perlahan, dia melangkah kembali ke tempat tidurnya.
Ardhan tampak mengernyitkan dahi.
“Kamu kelihatan lemas sekali! Tiduran lagi saja!” ujar Ardhan.
“iya, Mas! Ini juga masih terasa mual!” sahut Kienan.
“Jangan-jangan kamu hamil?” tebak Ardhan.
“Masak sih? Gak lah!” sahut Kienan tak percaya.
“Coba diingat-ingat lagi. Bulan ini kamu belum datang bulan, kan?” tanya Ardhan.
Kienan tampak berpikir. Benar, dia sudah telat datang bulan dua minggu. Tapi dia masih belum merasa yakin.
“Kita periksa ke dokter saja, ya?” ajak Ardhan.
“Gak usahlah! Tolong belikan tespek saja! Aku masih belum yakin!” sahut Kienan.
“Ya sudah, nanti aku belikan! Sekarang, kamu istirsahat di kamar saja! Biar aku minta Bibi buatkan bubur buat kamu!” ujar Ardhan, lalu melangkah meninggalkan Kienan.
Tak lama berselang, Ardhan sudah kembali dengan segelas teh hangat.
“Diminum dulu tehnya! Biar enakan perutnya!” ujar Ardhan. Dengan telaten, Ardhan membantu Kienan bangun.
“Terima kasih, Mas!” ujar Kienan.
“Mas!” panggil Kienan.
“Ya, sayang! Ada apa?”
“Bagaimana kalau aku beneran hamil?” tanya Kienan lirih.
“Ya alhamdulillah, dong!” sahut Ardhan.
“Tapi, Mas ....”
“Kenapa? Apa yang membuat kamu takut?”
“Celine dan Celena kan masih kecil. Mereka masih membutuhkan kasih sayangku!” sahut Kienan lirih.
“Trus, apa hubungannya? Walaupun kamu hamil lagi, kamu masih bisa menyayangi mereka seperti sekarang ini!”
“Aku tahu, Mas! Tapi perhatianku pasti terbagi!” ujar Kienan lagi.
Ardhan menghela napas panjang.
“Sayang, dengarkan aku baik-baik! Kamu percaya kan, kalau anak itua anugerah dari Tuhan?” tanya Ardhan. Kienan menganggukkan kepalanya.
“Kalau seandainya Tuhan memberikan kita anak lagi, itu artinya Tuhan yakin kalau kita bisa menjaga mereka dengan baik. Jadi, kamu jangan berfikir yang tidak-tidak, oke?”
Kienan semakin menundukkan kepalanya. Dia larut dalam pikirannya.
“Masih ada yang membuat kamu takut?” tanya Ardhan lembut. Kienan menggelengkan kepalanya.
“Kamu benar, Sayang! Terima kasih, ya, sudah mengingatkan aku!” ujar Kienan seraya mengulas sebuah senyuman.
“Sama-sama. Sudah, kamu istirahat lagi! aku mau lihat si kembar!” pamit Ardhan, lalu mengecup kening istrinya.
Ardhan segera melangkah menuju kamar si kembar. Tampak disana, Ratna, sang babysitter baru saja selesai memandikan kedua putrinya dengan dibantu Bi Asih, asinten rumah tangga mereka.
“Maaf, Pak, saya bantu Mbak Ratna dulu! Kasihan!” ujar Bi Asih.
“Iya, Bi, gak papa! Hari ini Bibi fokus bantu Ratna saja! Maslah pekerjaan rumah, bisa diekrjakan nanti kalau sudah longgar!” sahut Ardhan.
“Iya, Pak!” sahut Bi Asih. Memang, Kienan hanya mempekerjakan seorang babysitter karena dia dia juga ingin mengurus putrinya sendiri. Alhasil, saat dia sakit seperti ini, Ratna harus bekerja seorang diri mengurus kedua putri kembarnya.
“Mereka sudah mandi semua?”
“Sudah, Pak! Ini mau sarapan!” sahut Ratna.
“Ya sudah, kamu urus mereka dulu! Saya tinggal sebentar!” ujar Ardhan.
“baik, Pak!” sahut Ratna.
Ardhan pergi tidak lama. Dia hanya ke apotik terdekat, lalu kembali lagi.
“Sayang, ini tespeknya!” ujar Ardhan.
“Aku takut, Mas!” sahut Kienan lirih.
“Kok masih takut sih? Udah, ayo sana! Mau dianterin?” tawar Ardhan.
“Gak usah, aku bisa sendiri!” sahut Kienan. Perlahan, dia melangkah menuju kamar mandi. Cukup lama Kienan duduk termangu, dia merasa ragu untuk mencobanya.
Tok tok tok ....
“Sayang, kenapa lama sekali?” tanya Ardhan dari luar.
“Sebentar, Mas!” sahut Kienan.
Setelah memantapkan hatinya, Kienan memberanikan diri untuk mencoba tespek itu. Tak lama kemudian, dia keluar dan menyerahkannya kepada Ardhan.
“Bagaiamana hasilnya?” tanya Ardhan penasaran.
“Gak tahu, kamu saja yang lihat,” sahut kienan.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (226)

  • avatar
    Bang Engky

    baik

    1d

      0
  • avatar
    NYALUTAK25NYALUTAK25

    semoga dapat

    20d

      0
  • avatar
    SangajiYamdo

    aplikasi yang bagus

    22d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด