logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

6. Rumah Abadi

"Bunda, bismillah kita bangun rumah pertengahan tahun ini ya. Mudah-mudahan awal tahun sudah selesai."
Mata Yerin berbinar mendengar ucapan Hazan. Akhirnya, setelah menunggu 7 tahun selepas pernikahan mereka akan memiliki istana impian.
"Mas serius? Sudah cukup uangnya?” tanya Yerin.
"InsyAllah cukup. Mas nggak enak sama ibu dan bapak kalau harus numpang di sini terus. Mas juga mikirin kamu sayang. Meski pun kamu baik dan telaten merawat mereka, tapi pasti pengen punya kehidupan dan rumah sendiri kan?"
"Aku gimana baiknya Mas saja".
"Lagian kalau sudah punya rumah baru kita lebih leluasa. Nggak harus nunggu ibu sama bapak tidur dulu. Siapa tahu nanti Abyan bisa langsung punya adik,” goda Abyan.
Sontak Yerin langsung mencubit Hazan gemas. Senang sekali suaminya menggoda.
"Bukannya tabungan kita baru terkumpul sekitar 3 tahun lagi Mas? Apa ini nggak terlalu cepat?"
"Nggak, Sayang. Kita sudah punya modal lahan dari pemberian bapak. Untuk bangunannya, Mbak Zahra mau membantu kita," jawab Hazan.
"Maksudnya gimana Mas? Membantu gimana? Bukannya selama ini Mbak Zahra sudah sering bantu kita?"
"Jadi Mbak Zahra akan kasih pinjaman di awal. Budget berapa pun siap. Nanti Mas yang bayar setiap bulannya."
"Bukannya itu memberatkan, Mas?"
"Tenang aja, Sayang. Bulan depan Mas naik promosi jadi manager. Sudah pasti gajinya akan bertambah. Ini jadi sala satu jalan untuk kita memiliki rumah. Mas janji akan bayar cicilan ke Mbak Zahra tepat waktu," jawab Hazan dengan nada meyakinkan.
"Yasudah kalau memang Mas maunya seperti itu. Aku ngikut saja asalkan memang itu yang terbaik, Mas."
"Oke. Sayang. Minggu ini kamu tentukan ingin rumah seperti apa dan konsepnya seperti apa. Mudah-mudahan sesuai dengan budget ya," ujar Hazan bersemangat.
Dialog tempo hari membuat Yerin antusias. Ia mulai mencari referensi konsep rumah idaman.
Foto tersimpan di Instagram dan Facebook ia buka kembali lagi. Yerin mulai menyeleksi satu per satu.
Sebenarnya Yerin tidak terlalu pusing tentang model rumah. Hanya satu yang inginkan, yakni nuansa hijau.
Sejak remaja hingga memiliki anak, Yerin sangat menggemari warna hijau. Semua aksesoris yang ia miliki hampir seluruhnya berwarna hijau. Jadi, ketika membangun rumah pun ia akan banyak menambahkan nuansa hijau di dalamnya.
Setelah scroll beberapa akun design rumah di sosial media dan membuka hasil simpanan foto rumah akhirnya Yerin berhasil menemukan apa yang ia inginkan.
Ia langsung mengirim beberapa foto melalui pesan Whatsapp kepada Hazan. Yerin juga ingin suaminya turut ambil andil dalam pemilihan desgn rumah beserta konsepnya.
Yerin: [Bagaimana kalau dengan yang ini, Mas?]
Hazan: [Kayanya yang ini lebih bagus.]
Yerin: [Oke, Mas. Aku juga suka]
Hazan: [Iya, Sayang. Nanti akhir Minggu kita mulai belanja barang ya.]
Akhir Minggu yang ditunggu. Mereka memutuskan untuk memilih bahan dan segala macam yang berakaitan dengan rumah sendiri. Yerin dan Hazan ingin terlibat di dalamnya. Bagianya mereka, ini adalah rumah yang akan mereka tempati. Jadi, harus menemukan barang yang cocok. Untuk pembangunan baru mereka mempercayakan kepada orang yang diperkerjakan oleh Mbak Zahra.
Keramik, pintu, keran air hingga hal kecil lainnya mereka pilih bersama. Untuk urusan hal ini Yerin dan Hazan begitu kompak. Mereka tidak mengandalkan satu sama lain. Abyan pun turut diajak ketika belanja.
Tidak ketinggalan Abyan ingin juga memiliki konsep kamar impian. Tanpa ragu ia meminta kepada Yerin.
"Nanti Kaka maunya kamar pakai cat Spiderman,” rengek Abyan manja.
"Iya. Nanti kita cari cat Spiderman ya, Kakak," jawab Yerin
***
Membangun semuanya dari nol. Dari tidak memiliki apapun hingga memiliki rumah impian. Yerin menjadi istri paling bahagia.
Apalagi Hazan yang tidak pernah neko-neko dalam perkara hubungan. Jika ada pertengkaran, itu disebabkan karena salah paham saja.
Tanpa terasa rumah impian yang mereka akhirnya telah selesai dibangun di awal tahun, sesuai dengan rencana.
"Ini rumah impian aku, Mas. Terima kasih sudah mewujudkan keinginanku," ujar Yerin.
"Iya, Sayang. Doakan suamimu ini supaya rezekinya mengalir terus ya."
"Selalu Ayah Abyan yang ganteng," jawab Yerin tersenyum.
Setiap hari Yerin selalu membersihkan rumah dengan perasaan senang.
Lantai selalu kesat, jendela tidak pernah berdebu, juga bagian dapur yang ternoda dengan minyak seketika bersih jika sudah ditangani dengan Yerin. Ia merupakan perempuan paling bersih. Itulah mengapa Hazan memilihnya menjadi istri. Sebab Hazan pun memiliki karakter yang sama dengan Yerin.
***
"Apa jenazah sudah siap dimakamkan sekarang, Pak Hazan?" tanya salah seorang warga.
"Waktunya agak tanggung ya, Pak. Sebentar lagi magrib. Sebaiknya habis Isya saja,” ujar Hazan.
Keputusan telah diambil. Jenazah Yerin akan dikebumikan setelah sholat isya. Sekaligus disholatkan di masjid terdekat.
Hazan dan Abyan tidak bisa melihat wajah Yerin lagi. Ia telah rapih dibungkus oleh kafan. Dimasukkan ke keranda dan ditutup oleh kain hiaju beruliskan Innalillahi wa innailaihi rojiun.
Belum sempat Hazan memberikan kendaraan yang nyaman bagi istrinya. Sekarang ia akan menaiki kendaraan yang pasti akan dinaiki oleh semua orang.
Adzan isya sudah berkumandang. Keluarga bergegas mengantar Yerin ke tempat peristirahatan terakhir. Mereka melakukan sholat isya terlebih dahulu, kemudian sholat jenazah.
Gelap dan mencekam. Hanya ada sedikit cahaya bulan dan lampu yang disediakan oleh warga untuk proses pemakaman.
Hazan tahu jika Yerin sangat takut dengan gelap. Ia khawatir bagaimana Yerin akan menghadapi malam pertamanya di alam kubur. Hazan tidak henti-hentinya melafadzkan doa.
Abyan turut serta mengantar Bunda ke pemakaman. Sementara Omah memilih menunggu di rumah. Ia khawatir jika pada akhirnya Omah lemas kemudian pingsan. Omah tidak mau merepotkan banyak orang.
Hazan mengantarkan Yerin hingga ke liang lahat. Dikumdangakan adzan sebelum Yerin ditimbun tanah. Setelah semua selesai, Abyan yang semula mematung menyaksikan moment itu mendekat kepada Ayahnya.
"Ayah, Unda sekarang tidurnya di situ ya? Nanti Unda bangun kan Ayah?" Ujar Abyan sambil menunjuk gundukan tanah tempat Yerin dimakamkan.
Hazan memegang pundak Abyan dengan tangan yang masih penuh tanah. Tidak ada yang mampu ia katakan selain tatapan mata dan berakhir dengan pelukan.
Yerin tidak sendiri. Ia pergi bersama adik. Hazan penuh harap agar adik dan amal kebaikan Yerin bisa jadi penerang di alam kubur.
Rumah impian Yerin ditinggalkan saat ia belum sempat berlama-lama di sana. Sekarang bukan lagi rumah luas dengan nuansa hijau yang Yerin tempati. Melainkan rumah keabadian yang ia tempati hingga hari hisab nanti.

Satu per satu mulai meninggalkan makam. Disusul dengan Hazan dan Yerin.
Ketakutan itu kini bukanlah khayalan lagi. Namun di depan mata. Hazan harus siap hidup berdua bersama Abyan.
"Ayah, capek. Gendong." Abyan merengek karena kelelahan.
Hazan menggendong Abyan yang tidak kecil lagi. Ia meninggalkan rumah Yerin selangkah demi selangkah.
Husnul khatimah untukmu sayang. Surga tempat terbaik untukmu. Tunggu aku di sana.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (84)

  • avatar
    AvikaVika

    bagus banget

    20/08

      0
  • avatar
    JayaAgung

    wkwk

    19/08

      0
  • avatar
    NaufalAsep

    ok banget

    31/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด