logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Phoenix Dan Pipit

Luo Ding Xiang berdiri di ujung tangga yang menuju pintu gerbang utama Luo manor. Keberadaannya menjadi pusat perhatian. Karena di saat bersamaan beberapa kereta kuda tiba di Luo manor juga.
Sepertinya Luo manor mengadakan sebuah acara dengan mengundang para nona dan tuan muda dari keluarga berpengaruh di ibukota. Bahkan beberapa pangeran pun turut serta di undang.
Luo Ding Xiang menyadari hal itu sedari melihat datangnya dua kereta kuda yang pertama tiba setelah kedatangan mereka di Luo manor. Luo Ding Xiang juga tahu acara ini bukan untuk menyambut kepulangannya kembali ke manor, namun untuk memberitahukan secara halus pada publik posisinya di Luo manor.
Luo Ding Xiang tersenyum tipis di balik cadarnya. Banyak hal yang telah dilakukan orang-orang di Luo manor untuk menyambutnya bahkan jauh sebelum dia tiba di ibukota. Entah siapa yang menyiapkan semua ini tapi hanya orang yang memiliki pengaruh kuat di manor yang mampu bertindak sejauh itu.
Dengan anggun, Luo Ding Xiang menapaki tangga menuju pintu gerbang utama Luo manor. Jubah putihnya yang bersulam bunga dandelion ungu di ujungnya, berkibar terbawa angin musim gugur yang cukup kencang. Seperti bunga dandelion yang telah mekar dan kelopaknya terbawa angin.
"Nona, mereka tidak mengijinkan kita untuk memasuki manor melalui pintu utama." Ibu Chin menjelaskan padanya.
"Nona, seperti yang anda tahu manor tengah kedatangan tamu, karena itu Nyonya Luo meminta kami untuk membuka pintu samping saat anda tiba di manor agar tidak terganggu." Dengan sopan namun tanpa mengurangi keangkuhannya, pelayan tadi berbicara pada Luo Ding Xiang.
Luo Ding Xiang tersenyum tipis mendengar ucapan pelayan manor. Dia kini mengerti, siapa yang telah bersusah payah menyambutnya dengan semua ini.
"Nyonya Luo? Apakah maksudmu Bibi kedua?" Senyum tipisnya kembali mengembang di balik cadar yang menutupi sebagian wajahnya.
"Benar. Nyonya Luo khawatir anda akan merasa canggung dan tidak nyaman dengan hilir mudiknya para tamu karena ini pertama kalinya anda berkunjung ke ibukota dan kembali ke Luo manor dari Jiangnan." Pelayan wanita itu tersenyum namun kesan angkuh dan meremehkannya tidak bisa disembunyikan.
Alasan yang masuk akal, namun juga meremehkan. Dengan kata lain Nyonya Luo menginginkannya terlihat canggung di depan tamu-tamu yang kebanyakan berasal dari keluarga berpengaruh. Trik yang bisa dikatakan bagus. Sayang, Nyonya Luo terlalu meremehkannya.
"Begitu? Ibu Chin, tidak masalah melalui pintu utama atau samping. Seekor phoenix tetaplah phoenix sekalipun dia terbang bebas, dan seekor pipit tidak akan menjadi phoenix sekalipun dia tinggal dalam sangkar emas." Luo Ding Xiang kembali tersenyum.
Sebuah ungkapan yang dapat dikatakan sebagai sindiran. Dia adalah putri Di dari mendiang patriak keluarga Luo, sekalipun ada orang-orang tertentu ingin mengaburkan fakta itu, namun tidak akan merubah statusnya sebagi putri Di.
"Tapi nona, anda adalah putri Di dari Tuan Luo Han Shi, mendiang patriak dari Luo manor. Tidak sepantasnya anda diperlakukan seperti seorang pelayan. Bahkan seorang putri Shu pun tetap diperlakukan dengan hormat," keluh Ibu Chin.
"Yang Mulia pangeran mahkota tiba!" Tiba-tiba terdengar suara seorang kasim bersamaan dengan berhentinya sebuah kereta kuda megah di depan manor.
Luo Ding Xiang dan Ibu Chin segera menepi sambil membungkukkan badan memberi hormat pada pangeran mahkota yang kini menaiki tangga manor.
Pangeran mahkota berjalan beriringan dengan wangfei-nya, yang berasal dari keluarga grand tutor Ming. Seperti lazimnya pernikahan di negeri ini, mereka berdua telah bertunangan semenjak masih bayi dan didekritkan kaisar saat itu.
Kaisar saat ini bisa dikatakan memiliki keberuntungan besar dengan memiliki sembilan pangeran sebagai putranya, baik dari permaisuri maupun para selir.
Sayang, beliau justru tidak dikaruniai seorang putripun. Sehingga kehadiran wangfei dari putra mahkota membuatnya menyayanginya seperti putrinya sendiri.
Selain diiringi wangfei, kali ini pangeran mahkota juga didampingi Xie Beng Kiam, putra dari mendiang Gongzhu Nanggong Yu Yao, adik perempuan kaisar saat ini. Dia salah satu pemuda yang cukup populer di kalangan para nona muda di ibukota.
Sikap seenaknya sendiri dan santai membuatnya menjadi ikon pemberontak di kalangan kaum muda. Meskipun begitu, tidak ada yang berani meremehkan dan meragukan kemampuannya di militer.
Dia telah beberapa kali memimpin pasukan ke perbatasan bersama dengan sang ayah dengan hasil yang gemilang, Jenderal Xie yang bisa dikatakan sebagai pemimpin pasukan terbesar dan terkuat di negeri ini.
Luo Ding Xiang tidak memiliki keinginan untuk memancing keributan di hadapan pangeran mahkota, namun sekilas dia melihat ujung jubah ungu yang dikenalnya. Sontak didongakkannya kepalanya sedikit untuk memastikan penglihatannya.
"Dia! Jubah ungu itu lagi," gumamnya dalam hati.
Pola yang sama yang ada pada jubah ungu yang dikenakan pria semalam. Luo Ding Xiang merasa sedikit khawatir jika pria berjubah ungu itu mengenalinya. Sekalipun saat ini dia mengenakan cadar yang menutupi sebagian wajahnya.
"Aku harus lebih hati-hati. Dia bersama dengan pangeran mahkota, bisa dipastikan dia berasal dari keluarga yang berpengaruh," gumamnya lagi bertekat dalam hati.
"Ben wang mendengar ucapanmu tadi. Sebuah ungkapan yang bagus. Apakah kau Nona muda Luo dari Jiangnan, putri mendiang Tuan Luo Han shi?" Pangeran mahkota berhenti tepat di depannya.
"Hamba memberi hormat pada Taizi dan Taizi fei! Hamba Luo Ding Xiang, putri Tuan Luo Han Shi seperti yang telah Taizi ketahui." Luo Ding Xiang segera melakukan penghormatan yang seharusnya untuk keluarga kerajaan.
"Bangunlah. Ayahmu adalah grand tutor Ben wang semasa muda. Aku turut berduka untukmu. Dan aku senang engkau kembali ke Luoyang." Pangeran mahkota tersenyum ramah padanya.
Luo Ding Xiang kembali ke posisi semula namun masih dengan tertib menundukkan kepalanya. Tidak sopan bahkan bisa menghilangkan nyawa bagi seseorang seperti dirinya untuk menatap seorang anggota keluarga kerajaan secara langsung.
"Terimakasih untuk kebaikan Taizi!" Ucapnya lagi dengan sopan.
"Pelayan bukakan pintu untuk nona mudamu!" Perintah pangeran mahkota kepada penjaga pintu gerbang dan pelayan Luo manor.
Penjaga gerbang segera membuka pintu gerbang. Dia tidak berani membantah perintah pangeran mahkota.
Pangeran mahkota dan wangfei berjalan terlebih dahulu diikuti Luo Ding Xian dan Xie Beng kiam. Di belakang mereka barulah rombongan pelayan dan juga Luo Han Guo yang digandeng pelayannya. Ibu Chin telah dengan sigap memberi isyarat pada Qin'er untuk segera mengggabungkan diri dengan mereka.
"Nona, hanya pangeran mahkota dan anda yang dapat memasuki manor melalui pintu utama. Untuk yang lain silakan mengikuti pelayan melalui pintu samping." Tiba-tiba pelayan tadi menghentikan mereka.
"Kau hanya seorang pelayan, tidakkah kau tahu saat ini berhadapan dengan siapa?" Tiba-tiba Taizi Fei menegur pelayan itu.
"Hamba tidak berani, hamba hanya menjalankan perintah dari Nyonya Luo." Pelayan itu dengan takut membungkukkan badan.
"Luo Han Guo adalah adikku, dia putra satu-satunya ayahku dan dia di bawah asuhan Nyonya Di, ibuku. Jadi dia adalah putra Di sama denganku." Luo Ding Xiang berbicara dengan tegas, nada lembutnya menghilang.
"Nona, saya hanya menjalankan perintah Nyonya." Pelayan itu masih bersikeras.
"Lu Gonggong temuilah Nyonya Luo. Sampaikan kepadanya untuk membukakan pintu utama untuk Nona dan Tuan muda dari Jiangnan!" Pangeran mahkota memerintahkan kasim istana yang mengikutinya.
Pelayan itu nampak bingung sekaligus takut. Membantah perintah Pangeran mahkota ataupun Nyonya Luo sama saja seperti menggadaikan nyawanya. Apapun pilihannya bisa mengakibatkan dirinya menerima hukuman.
"Penjaga, bukalah pintu utama seperti perintah Yang mulia Pangeran Mahkota!" Seorang pelayan berbaju putih tiba-tiba saja datang dan menghampiri mereka.
"Hamba memberi hormat pada Taizi dan Taizi Fei." Pelayan yang baru saja datang membungkukkan badan memberi hormat.
"Hamba juga memberi hormat pada Nona muda pertama." Setelah itu dia memberi hormat pada Luo Ding Xiang.
"Taizi, mohon maafkan keributan yang tidak penting ini. Selamat datang di Luo manor." Pelayan itu sekali lagi memberi hormat pada pangeran mahkota.
"Bai Jiejie, ini …." Pelayan itu masih bersikeras untuk menahan Luo Ding Xiang dan para pelayannya.
"Ini perintah dari Nyonya Tua Chen." Pelayan yang baru saja datang menjawab dengan datar.
Para pelayan dan penjaga segera membuka pintu utama dan mengantarkan rombongan pangeran mahkota dan Luo Ding Xiang setelah mendengar jawaban pelayan tadi.
Catatan kaki :
Taizi : Sapaan untuk pangeran mahkota
Taizi Fei : Sapaan untuk istri pangeran mahkota
Wangfei : Istri dari seorang pangeran
Ben wang : pangeran ini, merujuk penyebutan saat percakapan
Gongzhu : putri kekaisaran, putri dari seorang kaisar

หนังสือแสดงความคิดเห็น (209)

  • avatar
    Maleficent Yeti

    syabas author...jalan cerita yg menarik dan tidak membosankan... teruskan berkarya.

    16/06/2022

      0
  • avatar
    Spencer Quain

    seru

    4h

      0
  • avatar
    Nabbb

    bagusss bgtt

    11d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด