logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 6 Episode keenam

Namun tiba-tiba Aira tersadar dari komanya, dan ia pun langsung memanggil ibunya.
"Ibu, dimana dirimu? aku tidak ingin di rumah sakit ini, sebab aku harus pulang ibu," ucap Aira.
Tidak lama kemudian Zain pun memasuki ruangan pemeriksaan Aira bersama ibunya dan adiknya Rafa.
"Assalamualaikum Aira, bagaimana kondisimu? apakah sudah mulai membaik?" tanya Zain memastikannya lagi.
"Aku kemari bersama adik dan ibumu Aira,"
"Zain, maafkanku, jika aku harus membencimu, sebab aku tidak ingin kamu mendekati gadis buta sepertiku Zain," Aira bergumam dalam hati.
"Zain, pergi Zain, aku ingin kamu menjauhi diriku, aku sudah menjadi anak yang tidak berguna untuk sahabat dan ibu sekaligus adikku, apakah kamu masih ingin menemani gadis buta ini?" tanya Aira.
"Tidak, aku tidak akan pernah pergi dari hidup Aira," ucap Zain lagi.
"Apa yang terjadi kepadamu anakku?" tanya ibunya Aira.
"Tante tunggu disini, aku akan memanggil dokter," jawab Zain.
"Dokter, dokter, dokter," teriak Zain.
"Apa yang terjadi?" tanya dokter Marina.
"Aku ingin dokter memeriksa kondisi temanku ini!" perintah Zain.
"Bagaimana kondisi anakku Aira? apa yang terjadi kepada dirinya dokter?" tanya ibunya Aira.
"Dengan berat hati, saya ingin menyampaikan tentang putri anda Aira Anjani mengalami kebutaan," ucap dokter Marina.
"Apa dokter Aira buta? bagaimana mungkin dia bisa buta dokter?" tanya Zain.
"Pastikan data itu tidak benar dokter," marah Zain.
"Zain, tenangkan dirimu, tante tahu kamu sangat peduli kepada Aira," ucap ibunya Aira.
"Kecelakaan itu telah membuat pasien ini kehilangan penglihatannya," ucap dokter Marina.
"Apakah ada acara untuk kesembuhan penglihatan temanku Aira?" tanya Zain.
"Sebenarnya ada cara penyembuhan untuk pasien ini," jawab dokter Marina.
"Apa itu dokter?" tanya Zain lagi.
"Disini kita sedang membutuhkan donor mata yang cocok untuk teman anda," jawab dokter Marina.
"Jika kita sudah menemukan pendonor itu, saya akan memberitahu anda, dan saya harus permisi sebentar karena masih banyak pasien yang membutuhkan diriku," ucap dokter Marina.
"Kalau begitu terima kasih dokter, dan saya akan menunggu kabar berikutnya, pokoknya aku sudah berjanji akan melindungi Aira," tambah Zain lagi yang langsung memasuki ruangan Aira bersama ibu dan adiknya Aira.
"Kumohon Zain, pergilah dari sini, jangan sampai saya membenci dirimu," teriak Aira saat bangun dari tempat pemeriksaan itu sambil meraba-raba.
"Apa kesalahanku Aira? aku serius mencintaimu, aku tidak ingin kamu jadi begini," jawab Zain.
"Yang sabar anakku Aira, setiap manusia akan di uji oleh Allah yaitu tuhan kita, dan Allah akan memberi hadiah untuk kita yang berhasil jawab ujian hidup dengan sabar, dan hadiahnya yaitu surga," ucap ibunya Aira.
"Aku tidak pernah mencintaimu Zain, aku hanya anggap dirimu sebagai teman, dan cobalah kamu mengerti Zain," ucap Aira saat mengusir Zain.
"Tante mohon Zain, kamu sebagai temannya Aira, cobalah mengerti dirinya, dan biarkan Aira menenangkan diri, sebaiknya kamu pergi dari sini Zain," tambah ibunya Aira yang mencoba mengerti isi hati anak gadisnya.
"Pokoknya tante harus mengabariku setiap informasi tentang Aira," ucap Zain yang langsung keluar dari ruangan pemeriksaan Aira.
"Untuk beberapa hari ini aku harus fokus mencari kebenaran tentang pembunuhan 20 tahun yang lalu," Zain bergumam dalam hati.
"Taksi, taksi, taksi," teriak Zain saat memanggil taksi.
Mobil taksi itu langsung berhenti di hadapan Zain, dan Zain pun langsung memasuki taksi tersebut.
"Pak, tolong antar saya ke jalan anggrek!" perintah Zain.
"Baik tuan," jawab supir taksi itu.
Mobil taksi itu pun langsung melaju dengan sangat cepat, sehingga menghilang begitu saja tanpa jejak.
"Aira, seharusnya kamu tidak boleh bersikap seperti itu kepada Zain, walau pun ibu baru bertemu Zain, namun seperti yang ibu lihat dia adalah teman yang baik," ucap ibunya Aira.
"Apakah ibu boleh bertanya kepadamu?" tanya ibunya Aira.
"Ya silahkan ibu, insya Allah Aira akan menjawabnya," ucap Aira.
"Aira, tadi ada dokter yang bilang, jika calon suamimu itu bertanggung jawab, dan dia setiap hari menjagamu di rumah sakit ini," ucap ibunya Aira.
"Hah calon suami, ya Allah ibu, Aira kenal saja tidak, sejak kapan Aira punya suami?" tanya Aira lagi.
"Yang penting ibu bahagia, kalau kamu punya pasangan, sebab dia telah bertanggung jawab dengan membawamu kemari," ucap ibunya Aira.
"Jika lelaki itu tidak bertanggung jawab, dia pasti akan meninggalkanmu di jalan tempat kecelakaan itu, dan ini buktinya dia menolong nyawamu anakku Aira, jadi ibu sarankan kepadamu untuk membuka hati kepada pemuda yang menyelamatkan dirimu, dan memaafkannya,"
"Oh iya, ibu aku ingin kita segera keluar dari rumah sakit ini, dan ucapan ibu akan kupikirkan lagi nanti," jawab Aira.
"Anakku Aira, kita harus membayar biaya rumah sakit ini, jika tidak dibayar, kita bisa bermasalah, apakah kamu ingin makan buah apel?" tanya ibunya Aira saat menawarkan sesuatu.
"Aku hanya ingin mengonsumsi apel saja ibu," tambah Aira lagi.
"Sebenarnya, apa yang dikatakan oleh ibu? kalau menurutku ada benarnya," Aira bergumam dalam hati.
"Mungkin saja aku harus mengenal pria itu," tambah Aira lagi.
Pada situasi lain mobil ambulan yang menjemput Arnold di sekolah internasional elit, kini telah tiba di rumah sakit pelita hati, dan pak supir ambulan langsung keluar dari mobil ambulan bersama rekannya itu, dan ia pun membuka pintu bagian belakang yang tadi menyimpan Arnold, Arnold secara perlahan dibawa keluar oleh pak supir sambil memanggil pihak rumah sakit untuk membawa brakar.
"Kamu," ucap pak supir saat menunjuk salah satu perawat rumah sakit itu.
"Apa ada yang bisa kubantu tuan?" tanya salah satu di rumah sakit itu.
"Saya ingin kalian bawa brakar kemari, sebab disini ada murid SMA yang terluka parah, jadi kita harus menaruk murid SMA ini di atas brakar!" perintah supir ambulan itu.
Perawat itu pun langsung berlari mencari brakar di dalam rumah sakit, ketika brakar itu ditemukan, dan mereka pun langsung menaruh Arnold di atas brakar tersebut, sementara Amira langsung keluar dari mobil ambulan saat Arnold dibawa turun oleh para penjaga mobil ambulan tersebut sambil dibantu oleh para perawat rumah sakit pelita hati.
"Cepat kalian bawa pasien ini ke ruang pemeriksaan!" perintah supir ambulan itu.
"Baik tuan," jawab salah satu perawat itu lagi.
"Tolong anda berhati-hati saat membawa temanku," ucap Amira.
"Kamu jangan khawatir nona, temanmu akan mendapati perawatan yang baik, kalau begitu kami permisi dulu nona," tambah pak supir ambulan itu lagi.
"Terima kasih pak atas pertolongannya," jawab Amira lagi.
"Teman-teman, kita harus membawa lelaki ini ke ruang pemeriksaan, dan dia butuh perawatan khusus," jawab perawat lain.
"Kamu benar, sebaiknya kita panggil dokter Marina," sambung perawat tadi.
"Dokter, dokter, dokter," teriak perawat itu.
"Kumohon dokter, tolong selamatkan nyawa temanku," ucap Amira saat memohon kepada pihak rumah sakit.
"Apa yang terjadi?" tanya dokter Marina.
"Lelaki ini mengalami terluka parah dokter," tambah perawat yang lain.
"Tolong kamu bawa dia keruangan pemeriksaan!" perintah dokter Marina lagi.
"Kumohon sekali lagi dokter, tolong selamatkan temanku itu, dan anda adalah seorang dokter yang membantu para pasien, bukan membunuhnya," ucap Amira saat berada di ruang pemeriksaan.
"Anda harap menunggu di luar nona!" perintah perawat yang tadi sambil mengunci ruang pemeriksaan.
Sementara di ruang itu ada Aira yang lagi sendirian karena ibunya sudah tidur.
"Tolong buka ruangannya dokter, aku harus memastikan kondisi temanku," teriak Amira yang berada diluar ruangan pemeriksaan.
"Ya Allah, siapa yang harus kuhubungi? apakah aku harus menelpon ibunya Arnold?" tanya Amira seorang diri.
Triririringggggg.....triririringggggg.......
"Assalamualaikum, siapa ini?" tanya ibunya Faris.
"Wa'alaikum salam, aku Amira tante, aku hanya ingin memberitahu tante, kalau anak kedua tante yaitu Arnold, sekarang berada di rumah sakit," ucap Amira.
"Apa? bagaimana mungkin Arnold bisa terluka?" tanya ibunya Faris lagi.
"Baiklah, kamu tunggu disana Amira, tante akan segera sampai di rumah sakit, dimana Arnold dirawat?" tanya ibunya Faris.
"Saat ini Arnold berada di rumah sakit pelita hati tante," tambah Amira lagi yang langsung mematikan ponselnya.
"Pak, kita langsung menuju rumah sakit pelita hati, tunggu sebentar Amira pasti mengetahui sesuatu tentang Arnold yang masuk ke rumah sakit secara tiba-tiba," ucap ibunya Faris seorang diri saat berada dalam mobil.
"Baik nyonya," ucap pak supir.
"Faris, Faris, tadi apa kamu bilang pernikahan kita harus batal, Farisku sayang itu tidak akan terjadi, dan pernikahan ini harus terjadi," ucap Kania seorang diri yang masih berada dalam perjalanan menuju hotel.
"Siapa perempuan yang sukses membuat Faris tergila-gila? dan aku harus mencari tahu tentangnya, siapa yang harus kuminta tolong?" tanya Kania seorang diri saat meraih ponsel dalam tasnya.
Triririringggggg......triririringggggg.....
"Halo, aku punya tugas untuk kalian berdua!" perintah Kania.
"Apa yang harus kulakukan?" tanya orang bayaran Kania.
"Aku mau kamu cari tahu tentang gadis yang berani merusak hubunganku!" perintah Kania lagi.
"Dan aku memberi waktu 20 hari untuk kalian, kalau kalian ingin bayaran, apakah kamu mengerti?"
"Baik boss Kania, kami paham maksud anda, tapi bisa kami minta fotonya gadis itu," sambung orang bayaran Kania itu lagi.
"Fotonya akan kukirim dalam waktu 20 hari," tambah Kania lagi.
Kania pun langsung mematikan panggilannya, sementara ibunya Faris dalam perjalanan hanya merenung.
"Ya Allah, semoga keluargaku bisa menghadapi ujian hidup yang engkau berikan dengan baik," ucap ibunya Faris sambil mengusap-usap dadanya.
"Nyonya, apakah kita harus menelpon putra sulung anda yaitu tuan Faris?" tanya supir pribadinya itu.
"Kamu benar, saya sangat berterima kasih kepadamu pak, baiklah aku akan menghubungi anakku Faris," ucap ibunya Faris lagi.
Tririririringggggg......triririringggggg.....
Bunyi ponsel Faris yang menampilkan adanya panggilan masuk dari ibunya.
"Mohon maaf tante, saya tidak akan membiarkan siapa pun menghancurkan rencanaku," jawab Kania saat berada dalam perjalanan.
"Ini sangat aneh, tidak seperti biasanya anakku menolak panggilan telpon dariku," keluh ibunya Faris seorang diri.
"Apa yang terjadi dengan anakku Faris sampai mengabaikan panggilanku?"
"Akan kucoba lagi untuk menelponnya," ucap ibunya Faris.
Tririririringgggg…..triririringgggg……….
“Masih belum ada jawaban juga,” tambah ibunya Faris yang mengkhawatirkan anak sulungnya.
“Kita berdoa saja nyonya, semoga Allah melindungi putra anda dari niat jahat,” tambah supir pribadi ibunya Faris lagi.
“Ya, semoga tuhan menjaga anak sulungku,” sambung ibunya Faris lagi.
Faris masih tidak mengangkat panggilan ibunya itu, karena dia masih belum terbangun dari pingsannya, sementara Aira yang tidak bertahan dalam ruang pemeriksaan itu pun langsung bangkit dari tempat tidur itu.
“Ibu, maafkan aku, dan aku harus pergi,” Aira bergumam dalam hati saat membuka pintu ruangan pemeriksaan.
Namun ibunya Aira yang masih tertidur pulas bersama Rafa tidak menyadari kepergian anak gadisnya, Aira mengendap-endap saat keluar dari ruangan tersebut, ketika berada di luar ruangan, Aira tanpa sengaja menabrak tamu yang ada di rumah sakit tersebut.
“Ya Allah, nona kalau berjalan hati-hati,” bentak tamu itu.
“Mohon maaf nona, saya tidak bisa menatap apa pun,” jawab Aira.
“Ya Allah, sungguh kasihan nona itu, sudah buta tapi tidak ada yang membantunya untuk berjalan, semoga tuhan mengirim sosok pendamping yang akan melindungi diri,” tambah tamu itu yang langsung pergi ke arah lain.
“Dari pada aku harus mendengar ucapan mereka, dan lebih baik aku pergi dari tempat yang menyakitkan ini,” ucap Aira saat melangkahkan kakinya keluar dari pintu utama rumah sakit itu.
“Nyonya, kita sudah tiba di rumah sakit pelita hati,” ucap supir pribadi ibunya Faris saat turun dari mobil untuk membuka pintu majikannya.
“Terima kasih sudah dibukakan pintu,” ucap ibunya Faris saat keluar dari mobil alphard.
“Kamu tunggu disini, jika aku membutuhkanmu akan kutelpon!” perintah ibunya Faris yang langsung berjalan memasuki rumah sakit itu.
"Baik nyonya," jawab supir itu lagi.
Ketika Aira menuruni tangga rumah sakit itu saat di luar, dan tanpa sengaja Aira kesandung beberapa anak tangga, namun ibunya Faris langsung memegang tubuh Aira saat hampir terjatuh.
“Apakah kamu baik-baik saja nona?” tanya ibunya Faris saat membantu Aira.
Aira hanya diam tanpa mengeluarkan bahasa apa pun.
Bersambung….

หนังสือแสดงความคิดเห็น (173)

  • avatar
    KeyKeyla

    cetita yang sangat bagus saya menyukai cerita anda!

    4d

      0
  • avatar
    AndyMuhammad

    keren sudah saya kasih tip ya

    5d

      0
  • avatar
    AntikaPipit

    bagus

    7d

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด