logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Hercules T-1312

Kesabaran si pak tua tiba-tiba saja buyar di saat dia mendengar suara letupan yang menggelegar. Pak tua ‘mbah Reihan’ itu kaget, dia langsung menolehkan wajahnya ke arah suara letupan. Pak tua itu semakin kaget lagi setelah menyaksikan ternyata beberapa botol plastik yang tersisa dari kios minyak miliknya tiba-tiba saja ludes terbakar. Api yang muncul dipicu oleh puntung rokok dari salah seorang lelaki perlente yang tadi ikut menggusur barang-barang dagangan si pak tua dan penjual buah-buahan lainnya yang ada di sana.
Api mulai menjalar, dan kini semakin membesar. “Tolong...! tolong....! kios minyak milik mbah Reihan terbakar.” Teriak salah seorang pedagang buah-buahan sembari berusaha memadamkan api yang semakin bertebaran. Beberapa orang pedagang yang ada di sekitar sana ikut membantu memadamkan kobaran. Namun gilanya..., lelaki perlente yang ada di sana berlalu begitu saja dengan melenggang tangan.
Bagai granat tangan yang meledak dalam genggaman tangan, itulah yang terasa di dalam lubuk hati paling dalam mbah Reihan ketika dia menyaksikan bagaimana kobaran api yang tiba-tiba saja telah menghanguskan kios minyak miliknya yang tak berdosa. Api yang berkobar dan perbuatan semena-mena itu telah memicu ingatan si pak tua pada kobaran api yang terjadi 48 tahun yang silam tepat di hadapannya. Mengungkit kembali kenangan dirinya bersama prajurit-prajurit infanteri marinir yang lainnya di saat satu persatu dari mereka harus rela melepaskan nyawa satu-satunya yang mereka punya.
Mata tajam menatap, namun mbah Reihan seolah-olah tak melihat. Darah merah menggelegar menyaksikan perlakuan yang semena-mena. Jantung seakan-akan meledak dengan keras... “...duaaaaar...! duuuuummm....!” ...seperti kerasnya suara ledakan peluru kanon roket kaliber 105 mm milik fretilin keparat
Ingatan si pak tua ‘mbah Reihan’ itu kemudian terlepas, pikirannya tiba-tiba kosong untuk sesaat, kemudian melayang jauh menembus jarak dan waktu secepat kilat. Ingatan yang terlepas itu kemudian terjerembab dia dalam kerimbunan semak belukar yang lebat. Sebuah pertempuran, itulah kemudian yang ada dalam ingatan mbah Reihan kini. Terbayang dengan jelas di pelupuk matanya akan peristiwa mengerikan puluhan tahun yang silam. Sebuah pengorbanan besar-besaran demi membela suatu kehormatan. Bongkahan mesiu panas yang menggelegar di hadapannya dia hadapi tanpa rasa gentar.
Masih terbayang jelas di pelupuk mata si pak tua ‘mbah Reihan’ di saat tanah di sekitar dirinya terbang berhamburan, bertebaran bak gunung api meletus. Beberapa pohon akasia yang tumbuh liar tercabut dari akarnya, patah berkeping-keping karena kedahsyatan yang luar biasa. Asap hitam dari mesiu mortir kembali menyelimuti sebagian langit di atas hutan itu, menjanjikan kematian bagi siapa saja yang berada di sana. Di sanalah dirinya ketika itu berada sedang menyabung nyawa.
.....................
“Jika senjata AK-47 itu kini mata ada di tangan, pastilah sudah aku tembakkan ke arah mereka yang ada di sana.” Gumam si pak tua dalam lamunannya.
.....................
*****
.....Dili – Proponsi Timor timur Indonesia : Desember 1975 : 48 tahun yang silam, di mana kisah pertempuran itu dimulai.....
......................................
Desember 1975, rencana perebutan kota Dili di Timor timur dari tangan pasukan frertilin dimulai dengan sebuah serangan fajar. Operasi besar-besaran akan melibatkan ratusan penerjun yang termasuk di dalamnya grup-1 kopassandha dan brigade/ linud kostrad yang sebagian besar dari batalion raiders, kemudian disusul oleh pasukan infanteri brigade-1/ pasukan pendarat marinir. Sembilan unit pesawat Hercules bertolak dari Halim Perdanakusuma untuk mendukung operasi penerjunan ratusan pasukan di Dili. Dengan tegar hati, seluruh prajurit yang terlibat bersiap-siap untuk rela mati, termasuk kemungkinan akan melakukan penerjunan di dalam dalam ladang pertempuran ‘....killing zone...’ yang sangat beresiko tinggi.
...............
.....Tanggal 7 Desember Pukul 04:00 Wita menjelang fajar.....
.....20 mil dari kota Dili – ibu kota Timor timur - Indonesia (sekarang Timor leste).....
...............
12.000 kaki di atas permukaan laut, sembilan unit pesawat Hercules bergerak senyap dalam kesunyian malam di atas lautan gelap. Desah napas prajurit mengeras. Penerjunan besar-besaran dalam serangan fajar untuk memperebutkan kota Dilli dari tangan pasukan fertilin menunggu menit-menit akan terhempas.
Pukul 04:07, pesawat Hercules T-1312 yang mengangkut pasukan infanteri rigade-1/ pasukan pendarat marinir terdeteksi mendekati awan-awan hitam yang menakutkan. Hal itu tidak sesuai dengan keterangan yang didapat dalam briefing cuaca beberapa saat sebelum keberangkatan.
Badai tropis tiba-tiba saja datang menghadang dalam kegelapan malam, hujan lebat dan angin kencang mulai menerjang. Dua buah stick swiper yang terdapat di kaca canopy si burung besi Hercules T-1312 itu mulai bergerak ‘slow’ ke kiri dan ke kanan menyapu terpaan air hujan yang datang dari arah berlawanan.
Tiga mil laut jauhnya setelah menerobos badai hujam, stick swiper yang ada di canopy kaca pesawat itu mulai di switch kan ke posisi ‘fast’ pertanda terpaan air hujan semakin lebat menghadang. Turbulansi juga mulai dirasakan, pesawat mengalami guncangan guncangan ringan. Kedua sayap pesawat bagai melambai-lambai turun naik terkena sapuan angin dan terpaan air hujan, namun pesawat angkut versi militer itu masih tetap saja perkasa menembus badai hujan.
*****
“Bang Parman, lihat di luar tuh, sangat gelap..., badai sepertinya makin menggila bang.” Kopral satu Taufik yang berada di samping prajurit satu Reihan membisiki sersan dua Parman yang duduk di depannya tepat di samping jendela pesawat. Parman langsung mengintip keluar pesawat, memang gelap terlihat. Kedua tangannya kemudian di bulatkan di depan mata bagai membentuk dua cerobong seperti teropong. Cukup lama sersan itu mengintip, semuanya tampak gelap, namun gumpalan awan-awan hitam samar-samar masih bisa dia lihat.
“Terang kok Fik..., lihat tuh, bintang sudah mulai kelihatan...., kau jangan takutlah, penerjunan nanti pasti aman.” Parman berbohong, Taufik tak percaya. Kopral itu menggeserkan pantat di lantai pesawat. Dengan beringsut-ingsut dia pindah ke depan mendekati sersan Parman. “Mana bang...., biar aku lihat.” Taufik penasaran. Kopral itu akhirnya ikut mengintip keluar melalui jendela pesawat, namun apa yang dia lihat benar-benar gelap. Sesekali dia mengusap kedua bola matanya agar dapat melihat lebih jelas lagi, namun tetap sama, tak satu pun ada cahaya yang bisa dia tangkap di luar pesawat.
Mendadak suara sambaran halilintar terdengar menggelegar. “....gelegaaaar...! duaaaar...!” Pesawat Hercules T-1312 bergetar tersambar.
Sersan Parman yang masih mengintip telak terperanjat. “Mampus deh...!” Umpatnya memelototkan mata. Kopral Taufik yang juga ikut mengintip apalagi, pantatnya seketika itu juga langsung terangkat. “Buseeeet..., matilah aku....!” Taufik berteriak latah, dia menutup kedua bola matanya takut melihat. Kedua prajurit infanteri marinir itu cepat-cepat memalingkan wajah mereka dari kaca jendela pesawat tak ingin lagi melihat. Namun tak hanya mereka berdua, seluruh prajurit yang ada dalam ruang kabin itu juga ikut terperanjat.
*****
.....Pukul 04:30 Wita : 10 menit sebelum penerjunan.....
..............................................
Tujuh mil sebelum dropping zone area, waktu penerjunan menjelang lampu hijau tinggal 10 menit lagi. Namun dengan sekonyong-konyong kembali terdengar suara ledakan di angkasa. “....gelegaaarr...! duaaarrrr.....! bummmm....!”
Mengagetkan...., yang terdengar kali ini bukanlah suara sambaran halilintar, namun suara tembakan dari senjata yang di arahkan ke angkasa oleh pasukan lawan. Sepertinya fretilin keparat mendeteksi kemunculan mereka di sana. Pesawat Hercules T-1312 itu tertembak. Sebutir peluru panas yang ditembakkan oleh pasukan musuh fretilin dari bawah menembus badan pesawat. Navigation compass dan auxiliary hydraulic pump pesawat rusak terkena tembakan. Tak hanya sekali, pesawat Hercules T-1312 itu masih terus dihujani dengan tembakan oleh pasukan lawan. Sebutir peluru kemudian berhasil menembus kaca kokpit pesawat. Seluruh prajurit yang mendengarnya kembali terperanjat.
*****

หนังสือแสดงความคิดเห็น (15)

  • avatar
    firdausmohammad

    saya sangat suka dengan komando dan itulah cita" saya

    04/06

      0
  • avatar
    RadenRido

    mksi

    26/03

      1
  • avatar
    RifkyMuhammad

    bagus

    07/12

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด