logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Chapter 6

"Rajendra. Panggil Jendra aja,"
"Oh janda." Satrio mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Si bangsat!" Jendra menempeleng kepala Satrio.
"Sialan." Maki Satrio.
"Abang! Ih, ditungguin malah ngobrol!" Teriak Ranti dari dalam rumah dengan bagian kepalanya saja yang menyembul keluar dari dalam pintu rumah.
"Iya iya, ini juga mau masuk, mah! Eh lo! Tungguin situ bentar, gue ngasih ini dulu." Tuturnya pada Jendra.
"Ngapain?" Jendra menaikan satu alisnya.
"Main elah!"
"Sokap lo!" Jendra menautkan kedua alisnya sinis. Lalu tertawa.
"Lama! Cepetan! Gue masuk nih." Ucap Jendra lagi.
Satrio segera berlari menghampiri Ranti dan masuk ke dalam rumahnya, mengambil ponsel.
"Eh mau kemana lo?" Tanya Keisya saat melihat Satrio yang terburu-buru.
"Main."
"Emang punya temen?" Goda Keisya.
"Punya lah! Emang elo." Balas acuh Sartio.
"Dah Keisya, bye gue mau main dulu sama temen baru!" Teriak Sartio saat sudah di pintu keluar. Keisya hanya berdecak.
Mungkin tetangga baru punya bocah kecil dan di jadiin temen sama Sartio.
Pikirnya.
"Kemane nih orang, udah gue bilang tungguin malah ngilang!" Gumam Sartio saat tidak mendapati Jendra di tempat semula.
Akhirnya cowok itu memilih mendatangi rumah teman barunya. "Jandaaaa! Jandaaa! Woi! Main yok!" Sartio memukul-mukul kunci gerbang pada besi gerbang.
"Berisik!" Tiba tiba sesosok cewek yang pernah di lihat nya bersama ibu ibu beberapa waktu lalu muncul dengan wajah merah padam. Menahan marah.
"Eh cewek! Janda mana?" Tanya Satrio dengan nada menyebalkan nya.
"Janda janda! Disini nggak ada yang namanya janda! Udah sana pergi! Dasar cowok kurang kerjaan." Usir cewek itu, Syiha.
"Eh tunggu-- iya iya namanya Jendra bukan janda." Syiha berbalik menghadap kearah Satrio lagi saat mendengar nama abangnya di sebut.
"Abanggggg!" Teriak cewek itu melengking.
Tak lama datang sosok yang di nanti oleh Satrio. "Nih dia! Lo kok malah kabur sih?!" Tanya Satrio geram saat sudah di bukakan pagar oleh Jendra.
"Berisik! Kebelet berak." Jawab acuh Jendra sembari duduk di kursi depan rumahnya.
"Sini masuk!" Satrio melangkahkan kakinya menuju Jendra dan ikut duduk di bangku samping Jendra. Sedangkan Syiha pergi berlalu masuk kedalam. "Lo punya ponsel enggak?" Jendra memutar bola matanya malas mendengar pertanyaan tidak bermutu yang Satrio ajukan.
"Punya."
"Bisa main game?" Jendra berdecak sebal.
"Bisa! Ayo mabar!" Satrio mengangguki tantangan yang di ajukan Jendra. Cowok itu masuk kedalam rumahnya mengambil ponsel. Lalu keluar lagi dengan ponsel berukuran sedikit lebih besar daripada milik Satrio.
"Kalo gue menang, adik lu yang tadi, jadi pacar gue ya!" Seru Satrio bersemangat.
"APAAN! ENGGAK. ENGGAK. ENAK AJA!" Suara melengking milik Syiha terdengar dari dalam rumah. Bulu kuduk Satrio meremang seketika, lalu ia menggeleng sambil menggetok-getokan kepalan tangannya ke meja.
Jendra tertawa sebentar, "udah ayo!" Kemudian mereka bermain ponsel selama beberapa menit. Dan pemenangnya adalah, "Anjir! Sinyal gue busuk!" Jendra membanting ponselnya ke atas meja dengan kasar.
Satrio tertawa atas kemenangan nya. "Dek! Syihaaa! Kamu jadi pacarnya cowok tengik ini mau?" Teriak Jendra sembari tertawa.
Tidak ada ruginya juga ia kalah. "Eh abang! Hus! Enggak boleh begitu. Nanti teman barunya ilfeel lagi sama kamu! Dia ganteng kok, ya."
Selin keluar dari pintu rumah membawa beberapa pot kecil dan satu buah ember kecil berisi satu karung kecil pupuk yang belum di buka, tiga plastik kecil berisi bibit bunga dan alat penggaruk tanah.
Satrio lagi-lagi merasa tersanjung karena di bilang ganteng. Cowok itu menepuk-nepuk dadanya sembari tersenyum bangga. "Mau menanam, Bun?" Tanya Jendra. Selin mengangguk.
Lalu Syiha keluar dari pintu rumahnya membawa sebuah selang air yang lumayan panjang dan di letakan di samping Selin. "Mau bantu bunda enggak?" Kedua cowok itu beserta Syiha mengangguk.
Lalu mereka mulai menanam. Satrio menggaruk tanah, Jendra yang menanam bibit-bibit bunga dan Syiha yang menyiram. "Satrio anak tunggal, atau punya adik atau kakak?" Selin membuka percakapan setelah tau nama teman baru anaknya.
"Saya anak sulung, punya adik. Tapi masih bocah, umur 5 tahun,"
"Cewek atau cowok adiknya?" Nimbrung Syiha ketika mendengar Satrio mempunyai adik balita. "Cewek. Gendut, nangis mulu lagi kerjaan nya."
"Eh iya, tadi juga aku liat ada anak cewek, udah SMA. Cantik lagi, namanya Keisya. Dia sepupu kamu?" Tanya Syiha, saat ingat pada pertemuannya dengan Keisya tadi.
"Iya,"
Keisya? Udah SMA? Batin Jendra bertanya-tanya.
"Eh abang! Dia juga sekolahnya di sekolahan abang tau!" Seru Syiha lagi.
Satu sekolah sama gue? Obrolan tentang Keisya seakan menarik Jendra untuk mengetahui kehidupan cewek itu lebih dalam, namun ia mencoba menghilangkan segala asumsi itu saat ingat pada Tasya.
"Ajak kesini dong Keisya nya!" Seru Syiha lagi dengan semangat. Satrio mengangguk dan undur diri untuk memanggil Keisya bergabung dengan teman barunya.
"Keisyaa!"
"Apaan?" Dilihatnya Keisya yang sudah berganti baju dengan baju santai duduk di sofa.
"Ikutan main kuy!" Ajak Satrio.
"Main apaan? Sama siapa? Kaya punya temen aja lo!" Satrio memutar bola matanya malas. Lalu cowok itu menarik paksa tangan sepupunya agar ikut dengannya.
Keisya sudah mengumpat berkali-kali untuk Satrio, saat sampai di depan gerbang rumah tetangga baru, Keisya menyerit bingung saat melihat Syiha- cewek yang tadi mengajaknya berkenalan sedang melambai-lambai kearah nya.
"Sini Keisya masuk!" Seretan Satrio pada tangannya sudah terlepas. Satrio sudah berlari duluan masuk kedalam pagar halaman tetangga baru. Keisya berjalan pelan dengan rasa bingungnya.
"Ih beneran cantik ya! Sini sini! Gabung sama kita!"
Selin menarik tangan Keisya bergabung dengannya. Keisya tersenyum lalu mulai mencoba akrab dengan tetangga baru tantenya. Lalu tiba-tiba seorang cowok berparas tampan yang membawa senampan air keluar dari dalam rumah, masih belum Keisya menyadari karena ia sedang asyik menanam bibit-bibit bunga yang diberikan Selin.
"Nih, diminum dulu!" Ucap cowok itu membuat Keisya menyerit bingung lagi. Seperti suara--
Keisya segera berdiri dari jongkoknya dan membalikan badan ke asal suara. Ia ternganga beberapa saat, lalu mengepalkan tangannya kesal dan menunjukkan senyum manis terpaksa.
Kenapa harus dia, ya tuhan! Batin Keisya berteriak.
Syiha menarik tangan Keisya menuju tempat abangnya. "Loh, Keisya!" Keisya tersenyum canggung saat cowok itu menyebut namanya.
Benar kan tebakan gue! Keisya dia! Jendra tersenyum senang. Sejenak ia melupakan Tasya dan menyodorkan segelas sirup kepada Keisya.
"Udah saling kenal nih? Kayanya bunda doang yang ketinggalan."
Selin menunjukkan ekspresi sedih. Namun ia segera tersenyum lalu mengajak keempat remaja itu duduk di ubin teras, kalau bahasa kampungnya sih, ngedeprok.
"Btw, bener Keisya sepupu lo?" Satrio mengangguk mendengar pertanyaan Jendra.
"Iya, tapi rumah dia enggak disini. Jauh," Syiha ikut membulatkan mulutnya.
"Eh! Disini ada lapangan enggak? Yang ada ring basketnya?" Satrio tampak mengingat-ingat, lalu kemudian cowok itu mengangguk. Jendra tersenyum senang.
"Lo bisa main basket?" Tanya Jendra pada Satrio.
"Satrio mah bisanya main monopoli!" Semuanya tergelak mendengar perkataan Keisya, kecuali Satrio. Cowok itu membelakan matanya pada Keisya. Namun Keisya mengabaikannya dan kembali tertawa.
"Boleh tuh! Kita main monopoli aja! Aku juga nggak bisa main basket." Seru Syiha di angguki Keisya.
"Eh yo! Pake punya lo aja, sono ambil!" Keisya mendorong bahu Satrio. Lalu cowok itu undur diri mengambil monopoli di rumahnya.
Beberapa saat kemudian Satrio kembali lagi membawa monopoli di tangannya. Selin sudah masuk ke dalam rumah, capek katanya. Keisya juga mulai memahami situasi dan mencoba untuk cuek atas tatapan Jendra yang sedari tadi menatap kearahnya.
Ucapan Keisya beberapa waktu lalu terbukti karena Satrio memenangkan permainannya. Ketiga remaja itu tergelak bersama dan semakin gencar untuk membully Satrio.
Meski baru berkenalan beberapa jam yang lalu, suasana humoris sudah tercipta di antara keempatnya. Keisya hanya berdoa semoga dengan ini, ia bisa menganggap rasanya pada Jendra adalah kasih sayang terhadap sahabat.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (14)

  • avatar
    SallehBahirah

    Niceeeee🫡🥰

    30/06

      0
  • avatar
    NduttZidniii

    oloo

    14/06

      0
  • avatar
    GorengBakso

    bahasa yang mudah dipahami serta cocok dengan kepribadian remaja.. seperti menceritakan pengalaman yang mungkin pernah dilalui dimasa remaja

    26/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด