logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Chapter 5

Beberapa hari kemudian, hari ini adalah hari Kamis dan hari Jendra serta keluarga akan pindah ke rumah baru. Jendra sudah izin tidak sekolah karena akan membantu memindahkan barang barang.
Syiha dan ayahnya juga izin untuk serta membantu. Matahari masih teduh tanda belum siang siang banget. Pukul 10 pagi barang barang sudah tersusun rapi di dalam rumah barunya. Halamannya masih asri karena terletak di daerah perkampungan bukan kompleks.
Tidak bising juga karena bukan di pinggir jalan raya. Ah nyaman pokoknya. "Bun, bun, kira kira di sini ada anak seumuran abang gak ya bun?" Keempat anggota keluarga ini sudah duduk lesehan di ruang keluarga, menonton tv.
"Ya nggak tahu lah. Kalo abang mau tahu cari tahu sendiri. Main keluar rumah jangan di kamar mulu main ponsel, chatting sama si Tasya."
"Tuh bang! Aku aja main ponsel di omelin. Nggak miror." Cibir Syiha.
"Pah, belain aku dong!" Pinta Jendra yang merasa terpojok.
"Ogah!" Acuh papahnya.
"Ah nggak seru ah. Masa aku nanya gitu doang jadi panjang urusannya. Dah ah abang mau beli makanan dulu, bye Syiha!"
"DIH NGAMBEK! AKU IKUT LAH HAHAHAHA HAHAHAH HAHAHA."
"Nggak ah kamu bau asem." Ejek Jendra mengambil kunci motornya.
"PAPAH ABANG NYEBELIN!"
"Whatever." Jendra mengacungkan jari tengah nya pada Syiha. Sedangkan kedua orangtuanya hanya mendengus melihat kejahilan anak sulungnya.
•••
Di lain sisi, Keisya tengah berada di kelas. Jam pelajaran kedua yang diisi dengan pelajaran sejarah. Matanya sudah merem melek, padahal jam pelajaran baru di mulai beberapa menit lalu.
"Pak, saya izin ke toilet ya." Guru laki laki berbadan gempal itu mengangguk.
Lalu Keisya keluar kelas dan menoleh kearah Nayla sambil dadah dadah.
"Dadah Nayla daku bebas!" Ucapnya tanpa suara. Nayla membelakan matanya.
"Ish gue nggak di ajak! Pak izin juga ya, saya kebelet dadah."
"KEISYA TUNGGUIN GU-" Sebelum melanjutkan ucapannya. Keisya membekap mulut mercon milik Nayla.
"Berisik! Masih jam pelajaran nih." Nayla hanya menunjukkan cengirannya. Lalu mereka berjalan beriringan dengan tangan Nayla yang merangkul bahu Keisya.
Selepas membuang air kecil, Keisya dan Nayla membasuh wajahnya di wastafel depan cermin. "Nay.. gue mau cerita,"
"Apaan? Cerita aja si, ribet amat."
"Kan gue ngajakin ayah pindah rumah ya, di sebelah rumahnya tante, tapi ayah malah marah. Terus diemin gue. Tadi pagi aja pas gue bangun ayah udah nggak ada, dan gue cuman di titipin surat di atas meja makan." Pikiran Keisya menerawang pada kejadian beberapa jam yang lalu.
"Ayah! Yah.. ayah," Keisya yang sudah siap dengan pakaian sekolahnya menyusuri setiap ruangan di dalam rumah. Mencari ayahnya.
Namun, sudah beberapa kali di panggil, Fathan tidak juga kelihatan. Lalu Keisya menaikan bahu acuh dan berjalan kearah meja makan. Di samping sepiring nasi goreng terdapat secarik kertas kecil.
Ayah berangkat duluan.
Keisya menghembuskan nafas kasar. "Ayah masih marah sama aku kali ya?" Gumamnya. Lalu Keisya melanjutkan sarapannya.
"Naylaaa! Nayy!" Keisya menggoyangkan lengan Nayla brutal hingga membuat sang pemilik lengan menatap tajam kearahnya.
"Apaan si ah! Sakit bodoh!" Keisya nyengir. Kemudian melepaskan kedua tangannya dari lengan Nayla.
"Kasih saran dong, gue harus gimana."
"Nggak tau! Gue nggak peduli bay!" Lalu Nayla lari meninggalkan Keisya di dalam toilet.
"NAYLA ISH GUE DINGGAL! TUNGGUIN."
•••
Tet... Tet... Tetttttttt-
"Baiklah anak anak, kira akhiri pelajaran kali ini. Jangan lupa pekerjaan rumah yang saya berikan di kerjakan! Dan sudah berada di meja saya Minggu depan." Ucap guru laki laki berbadan gempal tersebut.
"Baik pak." Jawab serentak seluruh murid.
"Memberi salam!" Komando ketua kelas.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Ucap serentak seluruh murid.
"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh." Setelahnya, guru itu keluar kelas.
Hari ini Keisya akan mampir ke rumah tante nya lagi. Gadis itu berangkat menggunakan ojek online dari sekolah nya. Sampai di depan pagar hitam rumah Ranti, Keisya menoleh ke rumah sebelah. Sudah beberapa hari ia tidak main ke sini dan benar saja. Tampaknya rumah itu sudah di isi oleh orang lain.
Pintu rumah itu sedikit terbuka dan terlihat dari sini, tempat Keisya berdiri. Beberapa menit sudah, Keisya masih memandangi pintu itu, lalu.
"Hei!"
Sebuah suara memecahkan perhatiannya. Keisya menjerap- jerap kaget. Lalu menyerit bingung ketika melihat seorang gadis cantik yang kira kira seumuran dengannya dan, keluar dari rumah itu.
Apakah anak dari pemilik rumah itu?
"Hei! Iya kamu." Keisya menunjuk dirinya sendiri.
"Kenalin aku Syiha. Kamu siapa? Ini rumah kamu? Wah berarti aku punya teman dong." Syiha, gadis itu berjalan menghampiri Keisya dan keluar dari gerbang rumahnya.
"Keisya. Bukan, ini rumah tante. Rumahku jauh." Gadis di depannya manggut-manggut.
"Kamu sekolah di sejahtera ya? Berati satu sekolah sama Abang aku dong. Btw Aku panggil pake kak atau nggak usah? Aku adik kelas kamu loh." Keisya mengangguk kemudian menggeleng.
"Keisya aja. Emang kelas berapa?"
"Aku? Kelas 9."
"Eh iya aduh, maaf aku lupa kamu mau masuk kan ya? Maaf aku kesenangan hehehe." Keisya mengangguk sambil tersenyum kecil.
"Aku masuk ya? Dah! Nanti kapan kapan kita main bareng." Ucap Keisya.
"Iya dah!" Lalu Keisya meninggalkan Syiha yang sedang senyum senyum sendiri masuk kedalam rumah Ranti.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Suara bariton membuat mata Keisya terbuka lebar.
"Om Genta?! Kapan pulang ih?!" Setelah mencium tangan kepada Genta, ayahnya Satrio dan Devin, juga suami Tante Ranti.
"Udah dari lusa kali kes! Kamu aja udah jarang main kesini."
"Oh gitu. Oh iya! Nggak bawa sesuatu gitu yang habis dari Bali?" Om nya ini adalah seorang pilot. Dan baru pulang dari Bali lusa kemarin.
"Nggak ada udah masuk perut semua!" Tunggu! Yang menyahut ini bukan Genta, tapi Satrio yang baru nongol.
"Apaan sih bang-sat! Ikut ikutan aja."
"Pah! Keisya tuh ngomong kasar." Adu Satrio mengambil posisi duduk di sofa samping Keisya.
"Nama kamu kan emang Satrio bang, dia panggil kamu bang sama sat jadinya bangsat." Keisya menahan tawanya saat mendengar jawaban Genta.
"Tuh sat! Bang-sat." Gelak tawa tak tertahankan saat Keisya menempeleng kepala Satrio.
"Sialan." Rutuk Satrio.
"Udah udah! Satrio ganteng kok dibilang bangsat. Ya bang?" Genta menepuk bahu Satrio.
Satrio tersenyum bangga. "Oh jelas."
"Iyalah! Siapa dulu yang goyang!" Genta tertawa sendiri. Keisya dan Sartio menyeritkan dahi tak mengerti.
Lalu beberapa detik kemudian Sartio ikut tertawa terbahak-bahak. Sedang Keisya masih menyerit bingung. "HAHAHAHAHAHA iya ya hahahaha," Keisya memutar bola matanya saat kedua laki laki di hadapannya ini tidak berhenti tertawa juga.
"ABANG! PAPAH! BERISIK." Sekarang Keisya menahan tawanya ketika mendengar suara Ranti.
Tak lama perempuan paruh baya itu muncul. "Bang, Beliin mamah micin dong. Mau masak micin nya abis nih." Ranti menyodorkan uang 5 ribu rupiah kepada Satrio.
"Dih nggak ah. Keisya aja tuh!" Tolak Sartio.
"Dih gue?! Yang mau makan siapa? Yang di suruh siapa?! Beli sendiri."
"Malu mah, masa cowok ganteng ke warung beli mecin." Satrio sedikit meringis mendapatkan tatapan tajam dari ayahnya.
"Iya deh iya aku jalan." Cowok itu berdiri dan menyerobot uang yang di sodorkan ibunya lalu melongos pergi.
•••
"Beli! Beeellii! Beliiiii!" Satrio teriak memanggil sang pemilik warung. Tak lama seorang ibu ibu pemilik warung datang.
"Beli apa tong?"
Satrio menoleh kanan kiri. "Beli micin Bu."
"Anjir ganteng ganteng beli micin fthhh!" Gumaman seorang cowok membuat Satrio menoleh. Di dapatnya seorang cowok jangkung yang kira kira seumuran dengannya sedang menahan tawa.
"Jangan ketawa lo curut!" Kesal Satrio.
"Hoi tong! Jadi beli kaga ini?"
"Jadi bu."
Selepas membeli micin, Satrio berjalan ke rumahnya. Ketika sampai di depan gerbang rumahnya, ia melihat cowok yang tadi sempat ia temui di warung.
"Heh? Ngikutin gue ya lo! Apeng banget sih!"
"Apaan? Ini aja rumah gue." Jawab cowok itu.
"Oh, sorry. Satrio, salken." Satrio mengulurkan tangannya kepada cowok itu.
Di sambut oleh cowok itu. "R-"

หนังสือแสดงความคิดเห็น (14)

  • avatar
    SallehBahirah

    Niceeeee🫡🥰

    30/06

      0
  • avatar
    NduttZidniii

    oloo

    14/06

      0
  • avatar
    GorengBakso

    bahasa yang mudah dipahami serta cocok dengan kepribadian remaja.. seperti menceritakan pengalaman yang mungkin pernah dilalui dimasa remaja

    26/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด