logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 7 Aku Tahu

Semuanya apa yang telah ku lewati untuk mencari berbagai macam kebahagiaan yang hakiki. Ternyata kebahagiaan yang hakiki adalah di saat ku memahami jika seorang hamba-nya yang sangat dekat dengan pencipta-Nya. Aku tahu sejak kemarin ku di patahkan aku enggan untuk segera mencari kebahagiaan lewat makhluknya. Bersyukur karena bisa kembali kepada cinta-Nya, aku akui kesalahan kemarin terlalu mencintai seorang hamba-Nya.
Pagi ini aku yang seperti biasanya akan berangkat kerja dan sibuk dengan persiapan ku. Ibu yang sudah bangun sejak subuh mulai terdengar sibuk di dapur. Setelah semuanya siap ternyata ibu sudah menyiapkan makanan untuk ku. Adik ku masih mandi sedangkan bapak sudah di sawah sejak aku masih mandi tadi.
Aku yang mulai menyantap sarapan pagi ku, ibu menghampiri ku sambil membawa teh hangat untuk ku.
"Ren kok kamu gak seperti biasanya, biasanya kamu suka cerita tentang si neng." Aku yang sedang menikmati sarapan ku mendadak aku terhenti seketika.
"Bu, sebenarnya aku sama dia udah gak ada hubungan apa-apa lagi bu, sekarang Rendy lebih fokus sama kerja dulu aja." Entah kenapa aku sontak menjawab pertanyaan ibu dengan begitu.
"Kok bisa nak, kamu ada masalah apa sama dia?" Ibu yang penasaran dengan akhir dari hubungan aku dengan dia membuat ku terngiang-ngiang kembali. Akumberalasan untuk menceritakan sebenarnya ke ibu nanti.
"Nanti saja bu Rendy berangkat kerja dulu." Aku yang tak ingin ibu bertanya lagi memilih untuk begegas pergi, setelah ku selesai sarapan.
“Bu Rendy berangkat dulu.” Ku raih tangannya dan ku cium.
“Assalamua’alikum bu.”
“Wa’alaikussalam.” Aku pun tersenyum dan meninggalkannya, seribu tanda tanya tergambar di wajahnya. Aku hanya bisa mengucapkan meminta maaf dalam batin ku.
“Maafkan Rendy bu.” Sambil ku melangkah keluar rumah.
Selama di perjalan menuju tempat ku berkerja, secara tidak sengaja aku bertemu lagi dengan gadis kemarin yang ku antar pulang. Karena aku searah dengan nya aku menawarkan lagi untuk pergi bersama. Sedari tadi ia melirik kanan kiri, karena ia melihat, aku pun melambatkan motorku dan berhenti di depannya.
“Teh lagi nungguin ojek yah?” Ucapku.
“Eh, aa iya aku lagi nunggu ojek.” jawabanya, aku tanpa bepikir panjang menawarkan untuk berangkat bersama, karena alasan se arah.
“Ya udah teh bareng aja sama aku, lagian kita searah ini kan?”
“Emang gak ngerepotin aa.” Wajah nya merah saat ku tatap.
“ Udahlah teh ayo nanti keburu siang.” perintah ku pada nya agar cepat naik.
Aku berpikir mungkin ia malu. Ia pu naik dan duduk, ada suatu yang berbeda dengan nya. Ah sudah lah itu tak penting.
“Pegangan teh, soalnya kita ngebut dikit biar gak kesiangan.” Aku mencoba mulai candaan dengan nya agar tidak kiku.
“ Ih, aa jangan kebut-kebutan atuh.” Kulihat di spion kiri ku ia terlihat cemberut, aku berkata hanya bercanda padanya.
“Hahaha, gak teteh bercanda aku.”
“ Ih, aa pagi-pagi udah jahil aja.” Sebelum aku melajukan motor ia mencubit lengan kiriku.
“Eh, kok galak yah teteh hehehe.” Sambil ku lajukan motor tua ku.
“Lagian sebel ih sama aa.” Wajah cemberutnya terlihat di spion kiri ku.
Setelah aku melewati beberapa perempatan, aku berhenti tepat di seberang gardu pengisian bahan bakar kemarin.
“Aa makasih yah udah nganteri teteh.” Aku menjawabnya dan tersenyum sebelum aku lajukan motor ku.
“ Iya teteh sama-sama, ya udah kalau gitu aku lanjut lagi, Assalamu’alaikum.”
“Wa’aikumsalam, iya aa hati-hati di jalan.” Seketika itu aku mendapatkan senyuman manis dai nya sebeleum aku melajukan motor ku.
Aku pun sampai di tempat dimana ku berkerja dan seperti biasanya aku bekerja di dalam gedung ini, hanya berjalan dari ujung ke ujung untuk mengecek setiap mesin beroperasi. Dan aku terduduk di kursi ujung gedung ini, aku yang sedang asyik melihat tutorial cara memperbaiki suatu mesin. Tidak lama kemudian suara wanita paruh baya memanggilku.
“Ren .. “ Suara itu terdengar tepat di depan ku.
“Eh, bu ada apa? Ada yang bisa Rendy bantu?” Aku langsung berdiri dan bertanya.
“Mesin ibu macet Ren, ibu ganggu gak istirahatnya kamu.”
“Oh nggak kok bu, mari bu aku betulin mesin nya.” Aku dan wanita paruh baya itu menuju mesin yang akan di perbaikinya.
Sesudah aku memperbaiki mesin nya
aku mencari keberadaan Bu Sumiati, seseorang yang pernah menasihati ku waktu itu, namun tidak aku temukan di tempat di mana ia berkerja.
Setelah jam istirahat tiba aku menemui seorang gadis yang bernama Ayu Dewi Tiana dia adalah teman sekaligus saudara nya bu Sumiati, aku menghampirinya di kantin ketika ia akan makan siang.
“Neng Ayu kamu lihat Bu Sumiati gak? Dari tadi aku gak lihat dia.” Tanya ku sambil menghamipri dan duduk bersama berhadapan dengan nya.
“Eh aa, gak tau aa neng juga gak tau mungkin kayaknya lagi absen emang gak masuk.” Jawabnya berhenti seketika saat ia hendak menyantap makanannya.
“Emang kenapa gitu aa, cari bu Sumiati.” Tanya pada ku membuat ku sedikit bingung menjawabnya.
“Enggak neng, aa cuma heran aja tadi di gedung kok gak ada.”
“Ohh .. Neng kira ada apa gitu.” Jawabnya dan kami pun melanjutkan makan siang kami.
Setelah selesai aku hendak pergi aku pamit dahulu sebelum meninggalkan Ayu.
“Neng aa duluan yah.” Ketika aku hendak berdiri ia mencegah ku dan memberikan sesuatu.
“Eh aa tunggu dulu ini, takut aa haus nanti ini ada minuman seger buat aa.” Dia pun menyodorkan sebotol minuman kecil dan aku menerima nya.
“Wah … Makasih neng.” Aku mengambil sebotol minuman itu dan tersenyum pada nya.
“Sama-sama aa.” Ia pun membalas senyuman ku dengan senyuman manis nya, gigi gingsul nya terlihat saat ia tersenyum membuat ku teringat pada seseorang Nayla.
Sudah sejak lama aku tahu bahwa Ayu memang menyukai ku, bukan aku tak peka akan perasaannya nya hanya saja aku tahu orang tuanya yang tak menyukai status sosial keluarga ku.
Aku tidak ingin menecewakan rasa yang memang tidak ada pada diriku untuk Ayu. Entahlah mungkin bila orang tua nya menyukai ku, mungkin tidak salah bila aku mencoba membuka hati untuk nya dan bukan bermaksud untuk menjadi pelarian aku melupakan masa lalu.
Ah sudahlah aku tidak ingin dan mau membuka hati untuk sementara waktu. Entahlah sampai kapan waktunya, aku yang baru saja tiba di gedung aku terduduk di kursi dimana Bu Sumiati bekerja.
Ada rasa ingin sekali menemuinya dan dan apakah aku harus aku meminta tolong pada Ayu menunjukkan dimana rumah nya. Sejak aku bercerita waktu itu aku merasakan punya seorang yang bisa aku jadi kan pelajar dari nasihat beliau.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (57)

  • avatar
    IsaputraRangga

    sangat bagus dan menarik

    10/07

      0
  • avatar
    ArdiArdi

    fire fire max

    09/07

      0
  • avatar
    Dg sujuJunaedi

    semangattttt

    12/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด