logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 3 Adakah Harapan

Bab 3 Adakah Harapan
Lakuna hati ini mulai terasa dan membancang nayanika wajah cantiknya yang nirmala, anindiya sosok Nayla Juliana Puspitasari akara mu membuat ku dewana akan kirana kampana di hati ku.
Aku benar-benar tidak bisa menghindari bayangkan mu yang seolah tidak bisa jauh dari ku walaupun aku menuju ke tepian gelapnya kisah ku seakan-akan aku harus mengingat itu. Sial ini semakin buruk saja bagaimana mengatasi ini. Aku masih yang terduduk di tempat ku berkerja, suara lembut wanita paruh baya memanggil ku dari samping.
" Rendy kenapa? Kok acak-acakan sekali kelihatannya" Dia menyebutkan nama ku dengan penuh penasaran dengan raut wajahku yang kacau ini.
"Oh gak apa-apa bu, saya agak pusing." Aku pun menjawab pertanyaan tersebut.
"Hmm kayanya kamu lagi patah hati yah?" Oh sial kenapa ia tahu aku patah hati, aku hanya terdiam dan tersenyum padanya.
"Ibu tahu kamu lagi seperti itu alangkah baiknya kamu lepaskan saja dan luapkan, kalau kamu patah hati kamu berdiam saja itu menyakiti dirimu sendiri." Wanita paruh baya itu sangat tahu akan suasana hati ku, aku rasakan seperti ingin berbicara semuanya padanya.
"Iya bu, aku sedang patah hati aku ingin berbicara tapi ..." Aku tak kuasa melanjutkan pembicaraan ku. Namun wanita itu lebih paham dan mengajak ku bicara empat mata di waktu jam istirahat nanti.
"Ya sudahlah nanti kita bicarakan dengan ibu, nanti istirahat kita bicarakan siapa tahu ibu bisa bantu tenangkan dirimu." Wanita itu menatapku seperti melihat anaknya sendiri. Oh sial rasanya di ujung kelopak mata ku seperti muncul butiran air. Aku pun langsung mengusapnya karena takut wanita itu mengetahuinya.
"Iya bu, terima kasih saya tunggu di kantin nanti." Aku pun meninggalkan nya kembali berkeliling.
Waktu istirahat pun tiba, aku yang masih membetulkan mesin yang macet karena pintalan benang membuat rotari mesin itu tidak berputar, kemudian itu tak lama ku dengar langkah kaki menghampiri ku.
Tap, tap, tap
Seketika langkah kaki itu berhenti tepat di belakang ku. Suara wanita paruh baya memanggil ku dan aku menoleh ke arah sumber suara.
"Rendy … sudah dulu ayo kita istirahat dulu." Aku yang mengiyakan dan merapikan sebisanya.
"Iii-iya bu sebentar yah." Dan wanita paruh baya itu tersenyum hangat pada ku. Ada rasa yang membuat ku tersentuh dengan senyumannya, seperti aku mendapatkan energi positif yang ia berikan lewat senyumannya.
Kami pergi dari ruangan itu, kami menuju kantin yang letaknya di atas gedung yang kami tinggalkan, karena lokasi pabrik ini dulunya adalah bukit jadi wajar saja kalau tidak rata dataran nya. Aku dan wanita paruh baya itu sudah tiba di kantin dan mengantri mengambil makanan yang akan di berikan oleh penjaga kantin itu.
Dengan porsi yang menurut ku sangat banyak dan kami mencari tempat duduk yang kosong untuk membicarakan tentang apa yang ku rasakan. Setelah kami menemukan tempatnya dan setelah selesai makan, wanita itu langsung berbicara seolah dia mengetahui suasana hati ini padaku. Dan aku terheran-heran apakah ia punya kelebihan khusus hingga dia tahu suasana hati ku.
"Kamu kenapa hati mu sesedih itu dan seperti seorang yang terus membayangi di hatimu, apa yang membuat mu merasa patah?"
Ibu paruh baya itu menanyakan langsung pada intinya dan membuat ku semakin ingin berteriak-teriak meluapkan emosi hati ini.
"Aa-aku, tak dapat restu dari orang tua kekasih ku bu." Aku menatapnya sejenak dan menundukkan kepala ku, aku tahu tindakan ku tidak sopan di depan orang yang lebih tua.
"Ren … ibu tahu rasanya seperti posisi mu tapi bila kamu yakin dan ikhlas dalam hati mu untuk kepergiannya kamu akan menemui kebahagiaan mu yang tak terduga." Aku yang masih menuduk seketika aku tertarik dengan yang ia bicarakan.
"Bagaimana cara nya biar agar aku cepat melupakan dan mengikhlaskan kepergiannya?" Tanyaku pada nya, wanita itu hanya tersenyum dengan pertanyaan ku.
"Ren, jika kamu mencoba melupakan di saat seperti ini kamu malah semakin mengingat nya begitu hebat dan bila hati mu masih belum mengikhlaskan kepergiannya nya itu tetap saja." Ucapan wanita itu membuat ku terheran-heran mengapa sampai sejauh itu ia tahu. Ataukah ia pernah dan lebih dari yang ku alami.
"Kamu hanya perlu mendo'a kan untuk dia perihal kebahagiaannya dan do'akan juga dirimu untuk melapangkan dada mu dari semuanya tentang dia yang paling penting ikhlaskan saja, ingat rencana mu di hancurkan Tuhan mungkin saja Tuhan menyelamatkan mu dari rencana mu yang tidak bagus atau menggantikannya dengan rencana lain, percaya lah." Wanita paruh baya itu membuat ku seakan-akan membungkam mulut ku, seketika aku paham apa yang ia bicarakan.
"Bu, apakah ibu pernah dulu tidak dapat restu dari orang tua ibu atau calon mertua ibu?" Aku mencoba untuk menanyakan kepada nya tentang ia bicarakan tadi apakah ia pernah di posisi itu. Ibu itu tersenyum dan menghelas nafasnya.
"Tentu saja Ren, hehehe … sebelum ibu menjadi wanita tua seperti ini tentunya ibu pernah menjadi wanita muda dan berkisah kasih tentang percintaan, ibu dulu pernah tak dapat restu dan hal-hal pahit lainnya. Ibu memilih percaya dan terus berdo'a kalau Tuhan punya rencana lebih baik."
Pantas saja wanita itu mengetahui isi hati ku dan aku pun baru tahu ibu Sumiati yang ku kenal selama ini pendiam dan tidak banyak berinteraksi dengan yang lain, tenyata ibu ini menyimpan segudang nasihat yang harus ku dengar.
Bell suara masuk tiba, aku pun mendahului untuk pergi sebelum aku pergi, aku mengucapkan terima kasih atas nasihat yang di berikan oleh nya.
"Bu terima kasih atas nasihatnya dan saya jauh lebih tenang dan ter arah setelah ini." Ucapan dan aku pun menarik tangannya di atas meja dan mencium punggung tangannya.
"Iya Ren sama-sama, sekarang fokus saja kebahagiaan mu dan perkejaan mu dan ingatlah, ikhlaskan saja dia." Wanita itu tersenyum dan mengingatkan lagi.
"Iya bu saya duluan yah."
"Iya silahkan Ren." Aku pun mengangguk dan pergi.
Rasanya aku merasakan suasana hati yang berbeda setelah ku mendengar perkataan dari ibu Sumiati. Aku pun mulai bekerja seperti biasanya dengan suasana hati yang kubawa penuh dengan kepercayaan.
"Aa Rendy !" Suara wanita di ujung gedung yang memanggil ku.
"Iya teh." Aku pun bergegas pergi menuju ke sana.
Aku mencoba memperbaiki mesinnya yang bau seperti karet yang hangus terbakar. Setelah ku buka dan ku cek setiap sudut mesin nya ternyata kapasitor mesin itu terbakar karena sudah terlalu lama. Aku pergi kepada kepala teknisi untuk menyerahkan kerusakan komponen pada mesin itu. Setelah aku mendapatkan pengantin komponen itu aku pun memasangnya kembali. Akhirnya mesin itu berjalan normal lagi.
"Aa Rendy makasih ya, udah betulin mesin saya." Ucap wanita muda itu.
"Oh iya teh sama-sama, kalau ada kendala lagi panggil saya." Aku pun pergi meninggalkan tempat itu, wanita itu hanya membalas dengan senyuman setelah itu.
"Kita hanya berbeda tempat bukan langit
Maka tetaplah bersamaku dalam do'a dan cintaku"
-Nayla Juliana Puspitasari-

หนังสือแสดงความคิดเห็น (57)

  • avatar
    IsaputraRangga

    sangat bagus dan menarik

    10/07

      0
  • avatar
    ArdiArdi

    fire fire max

    09/07

      0
  • avatar
    Dg sujuJunaedi

    semangattttt

    12/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด