logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Part 2

"Alina..
Tolong nak jangan seperti ini. Mama tahu ka..."
belum sempat Sasmita menjelaskan, Alina tiba-tiba menyela ucapan nya.
"Udah ya mah, ini masih pagi
Alina gak mau ribut masalah ini!"
Alina mendengus kesal sambil memundurkan kursi nya dan hendak meninggalkan Sasmita dan Fian di meja makan.
Alina kembali menaiki tangga nya dan berlalu.
Sasmita hanya menitikan air mata yang keluar dari kelopak mata nya yang sudah sedikit terlihat berkeriput.
Ia mengusap nya lembut sambil menghela nafas berat nya.
Ia sangat mudah untuk mengeluarkan air mata, hanya dengan hal - hal kecil seperti ini.
Sementara Fian, ia hanya merangkul pundak sasmita untuk menenangkannya.
"Udah Mah...
Mungkin belum saat nya. Aku yakin, suatu saat Alina gak bakal seperti ini lagi,"
Fian menarik nafas nya perlahan.
"Percaya Mah, Allah adalah sebaik - baik pembuat naskah kehidupan." ujar nya yang berusaha menenangkan sasmita.
Fian menghapus air mata yang membasahi pipi wanita yang tengah bersamanya dengan usapan yang lembut serta hati.
"Jujur yan...
Mama merasa gagal menjadi seorang Ibu yang tidak menerapkan pendidikan pada putra putri nya.
mama menyesal dulu sudah menelantarkan kalian hanya demi sebuah karir dan harta yang sifat nya hanya sementara.
Mama terlalu sibuk dengan dunia dolar sampai mama tidak mengingat dunia rumah tangga!" tangisnya pecah di pagi itu, ia menutup wajah dengan kedua telapak tangan nya.
Sementara Fian hanya bisa menenangkannya.
Alina hanya terdiam dan terduduk di kursi biru dekat dengan jendela kamar nya dengan view hijaunya pohon yang cukup menampakan keindahan nya pagi itu.
Daun nya yang bergoyang tertiup angin, dan sesekali gugur serta berjatuhan ke tanah.
Aku tidak membencimu,
Hanya saja ada sesuatu yang
Menghalangiku untuk bisa menegenalmu.
Mengapa rasa nya alur hidupku rumit,
Ketika tidak ada seorang pun yang
Mendampingi
Alina kemudian beranjak menuju rak buku yang ada di kamar nya.
Buku-buku itu cukup tertata rapih dengan berbagai judul novel karyanya maupun yang telah dibeli Alina.
Kamar alina begitu luas dan mewah sehingga didalamnya bisa berdiri sebuah rak buku yang ukurannya lumayan luas.
Dinding nya yang berwarna ungu lavender, berbeda dengan warna rumah nya yang mendominasi warna putih.
Semua barang-barang yang ada di kamar alina cukup tertata rapi serta bersih.
Tempat tidur nya dengan sprei bermotif angsa yang bersanda di sebuah ranjang mewah berukuran queen size.
Alina sangat gemar menulis ketika ia ada waktu luang.
Alina telah menerbitkan kurang lebih 9 judul novel yang telah dibukukan.
Ia menulis cerita-cerita itu dengan imajinasi nya yang cukup bagus menyusun alur cerita pada karya nya.
Alina sempat memilah novel yang akan dibaca nya, lalu ia tertuju pada sebuah buku yang berjudul 'TERSESAT' novel karya nya sendiri.
Novel itu baru saja terbit 10 bulan yang lalu dan sempat terjual namun tidak banyak.
Alina kemudian mengambilnya dan kembali duduk di kursi biru dekat jendela kamar nya yang mengarah ke luar.
Ia membuka lembaran demi lembaran setiap halaman novel itu.
Ia mengamati setiap kalimat novel itu dengan seksama.
Setelah sekian lama Alina membaca novel milik nya, ia sudah merasa bosan dan merasa suntuk.
Ia berinisiatif untuk berjalan - jalan untuk sekedar menghilangkan penat di fikirannya.
Alina hanya mengganti celana jeansnya yang pendek dengan yang panjang, kemudian di pergelangan tangan kiri nya menempel sebuah jam tangan berwarna rose gold yang sangat kontras dengan warna kulit nya yang putih bersih.
Sementara itu, ia tetap mengenakan kaos hitam nya yang di padu dengan celana jeans panjang dan sangat bagus untuk bentuk tubuh nya yang ideal.
Alina adalah tipe wanita yang selalu memperhatikan keelokan tubuhnya, mulai dari perawatan rutin satu bulan sekali. Dan yoga, ia rutin melakukannya setiap satu minggu sekali.
Alina memasukan sebuah buku kecil serta bolpoin kuning ke dalam tas selempang nya yang berwarna peach.
Buku itu adalah buku diary Alina, ia selalu menuliskan setiap momen yang dilalui nya dan menuangkannya ke dalam buku itu.
Ia selalu membawa buku itu kemanapun ia pergi.
"Kak Fian, Alina mau jalan-jalan sebentar.
Bilangin sama Mama biar ga nyariin," ucap Alina sambil mengambil sepotong roti yang ada di atas meja depan Fian, kemudian melahap kan ke dalam mulut nya.
Ia pun langsung keluar dengan terburu - buru.
Sementara Fian hanya menggelengkan kepala.
Alina bertindak seolah tidak terjadi apa - apa, dan begitu pun juga dengan Fian.
Fian mengizinkan Alina pergi dengan syarat, tidak boleh pulang lebih dari jam dua siang.
Alina menyetujui syarat yang diajukan Fian, alina kemudian berjalan meninggalkan rumah nya dan hendak menuju taman.
Ia menghirup segarnya udara di pagi hari itu, disana ia menyaksikan banyak sepasang laki-laki dan perempuan yang tengah berduaan, ada juga anak kecil yang tengah bermain dengan tertawa riang nya.
Lampu taman yang belum menyala, kursi - kursi yang tertata rapih dan juga bunga yang bermacam-macam warna dan jenis, tentu saja menjadi daya tarik taman itu sendiri.
Apalagi dengan warna hijau nya yang cukup memanjakan mata, pohon rindang tempat berteduh pun masih banyak berdiri kokoh di sana.
Hanya saja ada beberapa pohon yang sengaja ditebang untuk dijadikan alas duduk di taman itu.
dan tak lupa kicauan burung menjadi melodi indah di dalam nya.
Sedangkan mentari di pagi itu, belum menunjukan sinar nya yang cukup menyilaukan mata.
Hanya digantikan dengan hembusan angin pagi yang segar.
Tetes embun yang menghinggapi setiap kelopak bunga dan dedaunan yang tertata rapih di taman itu.
Alina hanya memutar - mutar tubuhnya dengan manja, bibi tipis merah mudanya yang selalu mengembangkan senyuman manis, menambah keceriaan yang terukir di wajah nya.
"Astagfirullah." ujar seorang laki - laki
Alina tak sengaja menabrak seorang laki - laki yang dirasa usia nya cukup berbeda jauh dengan nya.
Dilihat mulai dari postur tubuh nya yang sangat terlihat dewasa, dan out fit yang ia kenakan pun sangat sepadan dengan usianya.
Berkas-berkas yang ada di genggaman laki - laki itu berjatuhan ke atas tanah.
Alina pun segera memunguti berkas itu dan mengumpulkannya kemudian mengembalikan pada sang pemilik.
"Ma..maaf pak. Sa..ya tidak sengajaz" ucap Alina dengan terbata - bata.
Laki-laki itu hanya menerima berkas yang disodorkan dari tangan Alina, ia tersenyum ramah pada Alina yang membuatnya menjadi salah tingkah.
"It's oke, no problem.
Lain kali hati-hati,".
Balas laki-laki itu dengan senyum mengembang di wajah nya.
Ia kemudian berlalu meninggalkan Alina yang tengah salah tingkah dibuat nya.
Sejujurnya, Alina merasa sedikit terkesima menyaksikan ketampanan laki-laki yang baru saja ia temui.
Namun, ia mencoba menepiskan fikiran nya yang mulai kacau dan kembali berjalan-jalan di sekitaran taman dekat kompleks perumahannya.
Alina tengah terduduk di sebuah kursi taman berwarna putih, ia kemudian mengeluarkan sebuah buku kecil, yakni adalah buku diary nya.
Tak lupa bolpoin kuning itu selalu menjadi kawan setia buku tersebut.
Aku akan terus mencarimu,
Melihatmu kembali.
Walau mustahil rasa nya untuk bisa sekali
Lagi bertemu dengan mu.
Alina menuliskan sebuah kalimat pada buku diary nya.
Ia kemudian menutup bolpoin nya dan memasukannya ke dalam tas selempang peach milik nya.
Alina membuka lembaran demi lembaran buku diary nya, ia mencoba melihat tulisan yang baru pertama ia buat dulu.
Disana tertera 29/03/95
Angka itu berjejer di sisi kanan atas buku diary nya.
Tuhan? apakah mungkin aku bisa mengenalmu?
Alina membaca berulang - ulang kalimat yang ia tulis dulu, alina kembali membuka halaman selanjutnya.
Paman, aku akan segera menemukanmu:)
Masih dengan tanggal yang sama, hanya saja dengan halaman yang berbeda.
Alina menutup buku diary nya dan kembali berfikir sejenak setelah ia melihat tulisan semasa kecil nya.
Tanpa sadar, ada yang sedang memperhatikannya dari kejauhan. Namun Alina tak menyadari akan hal itu.
''Apakah mungkin?
Ahh..aku rasa itu hanya mustahil,'' Gumam alina sambil memasukan buku diary ke dalam tas selempangnya.
''Sebentar..
Aku baru ingat, kalimat yang diucapkan pria tadi sama persis seperti kalimat yang sering mama ucapkan.'' batin Alina sambil menempelkan jari telunjuk di dagu nya.
Alina kini tengah menuju perjalanan pulang, di rasa hari sudah semakin siang sinar matahari yang sudah cukup berwarna kuning takut akan membakar kulit putih nya yang indah, dan syarat yang harus alina terima dari fian tadi mengharuskan ia meninggalkan taman indah itu.
"Udah pulang Lin" sapa seorang wanita yang tak lain adalah Sasmita, Mama nya.
Alina hanya menjawab sapaan dari Mama nya kemudian duduk di samping Sasmita sambil menikmati sepiring kue coklat kering buatan bi Ina, asisten rumah tangga keluarga Hartawan.
Ditemani secangkir teh melati hangat yang menjadi perpaduan menu hidangan di siang itu.
Alina memutar tubuhnya menjadi ke arah Sasmita.
"Mah
Alina minta maaf, Alina gak bermaksud buat mama nangis." ucap dengan rasa bersalah sambil wajah nya tertunduk.
Sasmita menaruh meletakan kue coklat kering yang baru saja ia gigit setengah nya.
Lalu ia menghadap Alina.
"Gak papa nak, Mama faham.
Ya mungkin... Mama yang terlalu overprotektif sama hal-hal kecil.
Mama hanya berharap, suatu saat ada keajaiban yang membuat hidup kamu menjadi lebih terarah"
Alina lantas memeluk Sasmita ketika sudah mendapatkan jawaban darinya.
Sore itu sudah pukul 06.01
Alina berjalan menuruni tangga untuk menemui Sasmita, ia celingukan di sofa depan tivi ruang keluarga. Namun, disana ia tak melihat Sasmita.
Alina pun menanyakan kepada bi Ina tentang keberadaan Sasmita.
Bi Ina hanya menjawab bahwa mama nya Alina tengah berada di kamar nya untuk melaksanakan shalat maghrib.
Alina pun mengangguk faham dan berjalan hendak menuju kamar milik Sasmita.
Namun, langkah Alina terhenti disaat ia mendengar suara tangis seorang perempuan yang tak lain adalah Sasmita.
Tangisan itu begitu pilu, Alina semakin mendekati kamar itu lalu membukakan sedikit pintu kamar Sasmita yang tidak terkunci.
''Ya allah..
Hanya engkaulah yang maha pembolak - balik hati.
Lapangkan lah dada ku untuk menerima semua kenyataan pahit dalam rumah tangga ku ya allah...
Putri ku harus menjadi korban atas keserakahan aku yang terlalu memikirkan dunia.
Maafkan aku ya rabb...
Turunkan keajaiban untuk putri ku yang kian tersesat.''
Alina terus mendengarkan dengan seksama kata demi kata yang diucapkan Sasmita.
Alina hanya kebingungan, di dalam do'a itu, nama nya kerap kali disebutkan dan di nobatkan bahwa ia tersesat.
ia sama sekali tak tahu menahu apa arti sebenarnya.
Alina semakin mendekatkan kepala nya ke ambang pintu kamar sasmita yang sedikit terbuka.
"Lagi ngapain?" tanya seseorang di belakang Alina.
"Ck ishh, ini lagi ini..." jawab Alina sambil menepiskan tangannya dan tanpa menghiraukan siapa suara yang ada dibelakangnya.
Alina membalikan badan nya. Ia terkesiap saat tahu siapa seseorang yang tengah berdiri di hadapan nya.
Fian mengenakan baju koko putih dan sarung hitam kombinasi emas dan di kepala nya terdapat peci hitam yang menutupi sebagian rambut nya.
Fian hanya melipatkan kedua tangan di depan dada nya sambil menyaksikan tingkah Alina yang seperti anak kecil kepergok mencuri kue milik kakak nya.
Alina hanya dibuat salah tingkah oleh Fian, ia melipatkan bibir ke dalam mulut nya sambil mata nya terus menghindari tatapan fian.
"Jangan sekali-kali lagi.
Gak baik Alina," ujar Fian dengan ekpresi datar nya sambil mengisyaratkan dengan satu jari telunjuk.
"Baik pak Ustadz." Alina berlari kecil meninggalkan Fian dalam keadaan kikuk dibuatnya.
Fian hanya terkekeh menyaksikan tingkah Alina yang terkadang selalu mampu membuat nya tertawa.
Fian hanya menggelengkan kepala nya sambil membenarkan posisi peci hitamnya lalu pergi meninggalkan tempat kejadian tadi.
Alina kembali lagi ke depan pintu kamar Sasmita dengan mengendap-endap takut Fian memergoki nya lagi seperti tadi.
Rupa nya, Alina tadi tidak kembali ke kamar nya melainkan hanya mengintip Fian agar cepat enyah dari depan pintu kamar mama nya.
Ia kemudian mengetuk pintu dan meminta izin untuk masuk.
Alina duduk di tepi tempat tidur dengan sprei bermotif bunga tulip menunggu Sasmita selesai melaksanakan ibadah nya.
Sasmita hanya menanyakan perihal kedatangan Alina ke kamar nya.
Rupa nya, Alina ingin menanyakan keberadaan Ayah nya yang sudah satu hari penuh ini ia sama sekali tak melihat nya.
Sasmita hanya menjawab bahwa Irawan Faras Hartawan, Ayah nya Alina kini tengah berada di perancis untuk melaksanakan meeting dengan rekan bisnis nya disana.
Mengingat, satu bulan lagi akan diadakan tender fashion oleh perusahaan NING CHAI BAI dari tiongkok.
Bila mana salah satu perusahaan yang beruntung menjadi pemenang tender itu, tentu nya akan mendapatkan keuntungan bisnis yang cukup besar dan akan mengalami peningkatan saham perusahaan yang cukup pesat.
Maka dari itu, Irawan sangat berantusias untuk mendapatkannya dan mulai dari sekarang, ia selalu mempersiapkannya dengan matang.
Irawan pergi ke Prancis tadi malam jam 10.00 bersama dengan Andi, sekretaris sekaligus orang kepercayaan nya.
Ia menyerahkan perusahaan WESTERLY GROUP yang ada di indonesia pada putra nya, Fian.
Ia tak lagi menghawatirkan nasib perusahaan nya ketika ia berada di luar kota maupun luar negeri. Ia sangat percaya pada Fian untuk bisa mengelola bisnis perusahaan nya dengan baik, dan untuk menggantikannya sementara waktu selama ia berada di perancis.
Percayalah, Allah adalah sebaik - baik pembuat naskah kehidupan")

หนังสือแสดงความคิดเห็น (135)

  • avatar
    MaadHusnu

    SERU POLL

    2d

      0
  • avatar
    dariturnipwulan

    bagus

    11d

      0
  • avatar
    Piona Piona

    bagus

    11d

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด