logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 6 Kehadiran Mathew

Semua selesai. Widya dan Notaris meninggalkan ruangan, anehnya Ardi tak kunjung pergi membuat Karina salah tingkah.
"Kamu gak pergi juga?"
"Aku ingin bicara sebentar denganmu." Ardi bicara dengan wajah serius.
"Tentang?" tanya Karina lagi.
"Pernikahan kita,” kata Ardi.
"Aku kira kau akan membatalkan pernikahan ini. Ternyata kau licik juga, menggunakan pernikahan ini untuk memerasku. Ternyata ini wajah aslimu."
Ardi sedikit melontarkan kata-kata kasar, Karina merasa sakit hati dengan perkataan Ardi itu.
"Memangnya kau mengharapkan apa dari pernikahan ini?" tanya Karina.
"Pantas saja ibuku sangat memaksa untuk menjadikanmu menantunya. Ternyata kau persis seperti ibuku. Padahal aku membayangkan rumah tangga yang biasa pada umumnya. Penuh cinta kasih, saling percaya dan saling mendukung. Kemana Karina yang dulu ceria tulus.” Ardi mulai meragukan.
"Awalnya aku juga berpikiran begitu, tapi setelah tahu kau pernah tinggal bareng dengan Stevie di Ausie dulu. Semua jadi berubah. Yang tersisa adalah rasa kecewa dan rasa takut,” ujar Karina.
"Kau masih membahas itu? Kau cemburu pada Stevie? Berapa kali aku katakan dia hanya masa lalu. Sudahlah kau pasti tak mau kalah. Sampai jumpa nanti di hari pernikahan. Jangan lupa makan ya, kamu sudah kurus, aku suka wanita yang berisi." kata Ardi sambil menunjuk pada dadanya seperti mengejek dan tersenyum jahil.
Ada sesuatu yang mencair di hati Karina. Benarkah ia terlalu kejam pada calon suaminya itu. Sebenarnya hubungan Karina dan Ardi baik malah mesra namun setelah insiden di hotel itu, jadi ada hal yang berbeda.
Selalu curiga dan tak percaya. Karina takut dibohongi di belakang dia main api dengan wanita lain. Dia berusaha menjaga dan setia peda pernikahannya sementara sang suami terus berganti cinta.
Karina seperti dipaksa berubah jadi orang yang tak ia inginkan. Namun pernikahan sudah di depan mata. Entah bagaimana nanti ia menjalani hidup isatu atap dengan perasaan yang membingungkan ini.
Teringat saat foto Preweding di Eropa bulan lalu. Karina merasa sosok Ardi pria yang sangat sempurna. Baik, bertanggung jawab juga romantis.
Tak segan ia membelikan hadiah-hadiah kecil untuk Karina. Jepit rambut, gantungan kunci sampai boneka kecil ia belikan sebagai tanda pengingat akan tempat-tempat yang telah mereka kunjungi.
Barang branded juga Ardi belikan, hanya saja untuk urusan itu, Karina lebih suka memilihnya sendiri. Ia suka barang mewah yang nyaman di badannya bukan mahal tapi tak nyaman dipakai.
Kyoto, Osaka, Milan, Torino dan Faroe Island jadi saksi kemesraan Ardi dan Karina waktu itu. Andai waktu bisa diputar, ia ingin menghapus bagian saat ia berada di depan pintu kamar hotel itu. Bagian yang membuatnya terus curiga dan meragukan cinta Ardi.
Bak nila setitik rusak susu sebelanga. Perasaan cinta yang dulu indah bersama Ardi, berubah jadi rasa kecewa.
Kurang dari 36 jam lagi ia akan menjadi istri sah Ardi Bagaskara. Namun Karina masih bingung dengan perasaan dan suasana hatinya.
(Mari kita bangun sebuah pernikahan yang indah bersama. Nyonya Ardi Bagaskara. )
Sebuah pesan menyadarkan lamunan Karina di balkon apartemennya. Pesan dari Ardi dengan emoticon love.
( Maksud?)
(Aku masih Ardi yang dulu, yang menyukai Karina apa adanya.)
(Gila)
(Ya. Aku gila setelah bertemu kamu tadi. Jadi rindu lagi. Hehehe)
Karina melemparkan ponselnya ke atas sofa. Pesan-pesan dari Ardi malah membuat kepalanya pusing.
Suara bel membuyarkan lamunan Karina yang sedang termenung sendiri sembari melihat pemandangan malam dari depan balkonnya. Ia langsung membuka pintu. Terkejutnya Karina melihat siapa yang tengah berdiri di depannya kini. Mathew pria bermata biru asal Irlandia.
Mathew adalah kakak tingkat yang Karina taksir dulu sewaktu menimba ilmu di Britania Raya. Tapi Karina tak pernah menyatakannya dan selama ini Karina hanya dianggap adik saja oleh Mathew.
Karina akhirnya meninggalkan kasih tak sampainya itu dan menjalin asmara dengan Ardi.
Mengapa Mathew muncul saat Karina sudah terikat dengan Ardi. Mathew sebenarnya punya perasaan suka juga pada Karina, namun ia takut kalau Karina akan menolaknya.
Ia tahu keadaan Karina dari Linda. Ia pikir lebih baik Karina kabur bersama Mathew dari pada menikah dan tersiksa selamanya dengan Ardi.
"Mathew? Ada apa kamu kemari?"
"Panjang ceritanya, pokoknya aku sudah dengar semua dari kakakmu Linda.
Aku menyesal terlambat mengetahui perasaanmu, tapi aku rasa masih punya waktu untuk mengubah takdir kita."
Mathew mengatakannya dengan penuh keyakinan dan berusaha meyakinkan Karina untuk pergi dengannya.
Karina melongo mendengar kata-kata pria yang pernah ia suka dulu. Karena ini sudah hampir tengah malam, Karina mengajak Mathew untuk bicara di Cafe bawah apartemennya yang buka 24 jam.
Ia tak ingin menimbulkan salah paham memasukkan pria asing tengah malam ke Apartemen.
"Ikutlah denganku ke Irlandia. Kita buka lembaran baru di sana."
Tawaran Mathew sangat menggiurkan. Jika ia ikut dengan Mathew, Karina tak perlu lagi pusing mengurus perusahaan, pusing dengan suami yang introvert, mertua yang mengatur dan yang lainnya, tapi orang tuanya pasti akan sangat kecewa padanya.
"Sorry, Mathew. Thanks tawarannya, tapi aku sudah terjebak di sini. Aku tak bisa kabur dari tanggung jawab. Semua harus kujalani bagaimanapun hasilnya."
"Kamu masih punya pilihan, Karin. Belum terlambat untuk meninggalkan semua itu." Saat Karina dan Mathew berbicara serius, seorang pria dengan setelan piama memakai jaket mendekat. Ia langsung mengangkat kerah Mathew ke atas. Karina terkejut dengan kedatangan Ardi yang tiba-tiba.
"Maksud kamu apa? Mengajak Karina pergi meninggalkan pernikahannya?"
Ardi sudah mengepalkan tangan, tapi Karin berhasil mencegahnya. Ardi emosi mendengar pria itu mengajak Karina untuk kabur meninggalkan pernikahan.
"Oh ini, calonmu Karina? Orang yang temperamental." Mathew tampak mengejek.
Ardi kembali ingin meninjukan tangannya pada Mathew, lagi-lagi Karina berusaha mencegahnya.
"Kita bisa selesaikan ini tanpa adu urat," ucap Karina sembari memandang tajam pada Ardi.
"Maaf, Matt. Aku pulang dulu." Karina mengucap pamit pada Mathew sembari menyeret Ardi ke Lift, terlihat calon suaminya itu masih emosi terintimidasi oleh Mathew.
"Jelaskan, kenapa dia ada di sini malam-malam?" Ardi bertanya dengan raut marah.
"Kamu yang kenapa malam-malam ada di sini?"
tanya balik Karina.
"Wajar dong aku ingin bertemu dengan calon istriku." Ardi memberikan pembelaan.
"Untuk?"
"Ya ... memangnya kalau rindu perlu alasan? Aku ingin menginap di sini." Ardi bingung memberikan alasan apa lagi
"Gila. Aku gak mau satu ruangan sebelum surat nikah turun, Ok." Tolak Karina.
"Dulu kita sering satu ruangan, aku tak pernah berbuat macam-macam padamu, di Swiss kita satu kamar di Milan juga satu kamar. Apa yang salah?" Ardi beralasan.
"Pokoknya tidak! titik. Pulang sana!"
Karina menutup keras pintu Apartemennya.
Karina malah tersipu melihat kekonyolan Ardi yang malam-malam dengan piamanya datang tuk bertemu.
Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal.
( Karina aku di apartemen bawah. Datanglah! aku menunggumu.)
Sebuah pesan dari nomor tidak dikenal masuk ke layar ponsel Karina. Bisa ditebak kalau itu pesan dari Mathew. Karena jika itu pesan dari Ardi, pasti terdapat namanya karena nomor Ardi tersimpan.
Lalu sebuah sambungan video call berbunyi dari nomor yang tadi. Karina malah bergetar takut. Ia menolaknya dengan menekan tombol merah.
(Please Karina, aku ingin berbicara sesuatu denganmu. Aku yang naik atau kamu yang kemari?) tulis di pesannya lagi.
Wah mantan yang meresahkan ya.
Bersambung

หนังสือแสดงความคิดเห็น (129)

  • avatar
    MaryatiReni

    sangat bagus

    26/05

      0
  • avatar
    Nuraidil Nazira

    good

    12/11

      0
  • avatar
    ElisnaINDAH

    saya mendalami sklii novel in8💋💋

    11/11

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด