logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Part 2

Setelah memarkirkan motor semoknya, Jamal menyusuri aula dengan gaya tengilnya. Sesekali ia beesiul saat melihat gadis sexy yang ada di depan matanya. Ia juga menyempatkan menggoda beberapa gadis yang mencap diri mereka sendiri sebagai fans Jack (Jamal) nomor satu.
Ini merupakan hal rutin yang dilakukan oleh Jamal. Tak menggoda satupun seorang gadis tiap pagi, bisa mati muda. Katanya.
Jamal juga bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa banyak sekali gadis yang tertarik padanya? Yah, walaupun ia akui. Bahwa dirinya memanglah sangat tampan. Tapi selain mengandalkan wajahnya, ia tak memiliki kelebihan apapun. Pintar? Tidak juga. Sebagai pemalas ulung, ia tak pernah menduduki peringkat sepuluh besar di kelasnya. Namun, ia bersyukur setidaknya ia masih berada di tengah. Tidak pintar dan tidak bodoh. Alias sedang-sedang saja. Tapi, ia bisa dikatakan memiliki otak yang cukup encer, mengingat ia tak pernah menyentuh buku-bukunya sama sekali. Kaya? Yang kaya bukan dia. Tapi orang tuanya. Sejauh ini, ia hanya bisa meminta kepada orang tua kalau membutuhkan sesuatu. Orang tuanya juga cukup pelit, mereka tidak mau memberikan uang lebih layaknya orang kaya. Entahlah. Hanya pelajaran jasmani yang bisa dibilang paling menonjol dari segala hal.
Ia memfokuskan pandangannya ke arah seorang gadis yang terlihat bingung memikirkan sesuatu. Sepertinya, ini pertama kali ia melihat gadis itu. Apakah dia murid baru? Entahlah. Lebih baik ia hampiri, siapa tahu dia bisa menjadi mainan barunya.
Jamal sedikit mempercepat langkahnya menghampiri gadis itu,
"Woy!" Jamal berteriak cukup keras hingga gadis itu menoleh ke arah sumber suara dengan tatapan sengit.
"Kenapa mata lo? Mau gue culek? Kayak mau gue perkosa aja." Ucap Jal tak suka.
Gadis itu hanya memalingkan wajahnya jengah. Hari pertama ia masuk ke sekolah baru harus mendapat kesialan. Sial.
Mendapat respon yang seperti itu, membuat Jamal geram setengah mati. Baru pertama kali pesonanya tertolak oleh seorang gadis. Sepertinya cukup sulit untuk menaklukkan gadis ini.
"Lo punya mulut gak si? Kalau punya mulut itu dipake. Gak usah sok jual mahal deh lo!" Jamal kembali berucap.
Gadis itu hanya merotasikan bola matanya malas. Merasa jengah dengan cowok pengganggu di hadapannya ini. Kemudian ia memfokuskan pada dada cowok itu. Kemudian ia tertawa terbahak-bahak.
Jamal yang melihat itu mengernyit heran. Memangnya apa yang lucu? Sampai-sampai gadis di depannya ini tertawa keras-keras seperti kuntilanak. Karena tak tahan, ia mencekal gadis itu, kemudian bertanya
"Kenapa lo?"
Yang ditanya masih tertawa terbahak-bahak sampai matanya bercucuran dengan air mata.
"Hahahahahaa... Jam... Hahaha... Jamal....udiinnn... Hahahaha"
Gadis itu semakin mengeraskan suaranya. Sampai semua mata tertuju pada mereka berdua. Wajah Jamal memerah menahan amarah. Baru pertama kali ada seseorang yang berani mempermalukannya seperti ini. Ia akui, memang namanya benar-benar kuno dan ketinggalan jaman. Tapi, tak satupun yang berani mengejek namanya. Ingat, ia adalah anak dari donatur terbesar di sekolah ini.
"Udah ya Jamaluddin. Gue mau ke ruangan kepala sekolah dulu. Btw, nama gue Anggun, bukan Surtini."
Setelah mengatakan kalimat itu, gadis itu melenggang pergi begitu saja. Hal itu membuat wajah Jamal semakin merah menahan amarah.
"Nama lo Anggun, tapi kelakuan kayak dugong!! Tunggu pembalasan gue!! Macam-macam sama Jack!!"
Fyi, Jamaluddin sering menyebut dirinya sendiri dengan nama Jack. Ia benar-benar benci ketika orang lain memanggilnya dengan nama asli. Memalukan.
....
Jamal memasuki kelas dengan wajah tertekuk. Dika, sahabat Jamal, mengernyit heran. Tak biasanya sang sahabat memasuki kelas dengan wajah tertekuk seperti itu. Kemudian ia berceletuk,
"Jam eh Jack, kenapa lo? Muka jelek jangan ditekuk gitu. Tambah jelek kaya beruk!"
Jamal yang mendengarnya mendengus sebal. Ia semakin bad mood mendengar celetukan Dika.
"Tadi gue ketemu cewek super duper double triple nyebelin. Baru kali ini ada cewek yang berani nolak pesona gue."
Kevin terlihat antusias dengan topik obrolan Jamal dan Dika.
"Wah wah... Bener-bener itu cewek. Berarti dia cewek istimewa bro, kan kebanyakan cewek pasti takluk tuh sama lo. Siapa tau, itu cewek bakal jadi orang istimewa buat lo nanti." Ucap Kevin sembari menaik turunkan alisnya.
"Istimewa apaan. Cewek kayak dugong begitu mana ada keistimewaannya. Tingkahnya aja nggak menunjukkan kalau dia punya gunung kembar. Tepos si. Gue yakin si dia sebenarnya punya batang yang nyamar jadi cewek."
PLETAK!
Dika memukul kepala Jamal dengan keras. Otak temannya ini, sepertinya sudah tergeser dari tempatnya.
"Lo kebanyakan nonton film. Mana ada di dunia nyata orang nyamar begitu. Yang ada, noh banyak tetangga sebelah. Kelihatan jelas kalau mereka punya batang, tapi melambai melebihi cewek. Ewhh..." Dika jijik sendiri membayangkannya.
Jamal hanya menggedikkan bahunya acuh. Ucapan kedua sahabatnya ini benar-benar tak berguna. Lebih baik ia gunakan untuk meraih mimpi secara instan. Tidur. Baru saja ia menempatkan kepalanya di atas meja, tiba-tiba Kevin menggebrakkan meja dengan keras.
BRAK!!
Jamal berjengit kaget. Telinganya sakit mendengar bunyi gebrakan yang langsung masuk ke telinganya. Jamal menatap wajah Kevin seakan akan menerkam anak itu juga. Kevin yang ditatap hanya cengengesan tak merasa bersalah.
"Hehe, santai dong Jack. Gini-gini, sebenarnya gue baru kepikiran. Gimana kalau kita taruhan?" Ucap Kevin.
"Taruhan apaan? Nggak-nggak. Gue gak ada duit buat taruhan. Daripada buat taruhan. Mending buat jajan bakso tiap hari." Sahut Dika cepat.
"Siapa juga yang ngajak taruhan duit. Gini ya, kata si Jam eh Jack dia kayaknya nggak suka sama cewek yang ditemuinya tadi pagi, siapa namanya?" Tanya Kevin.
"Anggun." Jawab Jamal malas.
"Nah Anggun. Gue yakin kalau gak bakal lama kalau si Jack bakal suka sama cewek yang namanya Anggun itu."
"Ogah." Potong Jamal cepat.
"Jack, bisa diem gak si? Gue belum selesai ngomong. Gue bertaruh kalau suatu saat si Jack jadian sama si Anggun itu."
"Terus?" Tanya Dika
"Kalau misal mereka jadian maka si merah bahenol bakal jadi jaminannya. Kalau enggak gue sama Dika bakal jadi babu lo selama dua bulan, gimana?"
"Heh, kok lo nyebut-nyebut nama gue? Enak aja, ngomong seenak jidat!" Sahut Dika tak terima. Yang benar saja ngebabu selama dua bulan? No.
"Lo tenang aja, gue yakin kita bakal menang taruhannya." Ucap Kevin yakin.
Sementara Jamal memikirkan tawaran dari Kevin. Sepertinya cukup menarik. Menjadikan sahabatnya sendiri sebagai kacung sepertinya menyenangkan. Lagipula ia tak mungkin jatuh cinta apalagi jadian dengan gadis jadi-jadian itu. Lalu ia berkata,
"Deal?"
"Deal."
Kevin tersenyum puas melihat Jamal menyetujui tawarannya. Motor merah bahenol itu sudah di depan mata.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (107)

  • avatar
    Zzzzbt

    cerita ini sangat bagus sekali

    9d

      0
  • avatar
    WahyudaRega

    menarik ceritanya kak

    12/08

      0
  • avatar
    channel8pool ball

    okbakk

    10/07

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด