logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

GIBRAN

GIBRAN

belafly


บทที่ 1 Mafia

"Kapan kamu akan melamarku?"
Tatapan bengong Gibran dan pikiran yang kemana-mana. Dia bingung memikirkan kesiapannya untuk melamar Winda. Yang jelas, semua persiapan itu membutuhkan uang.
"Aku belum punya uang buat melamar kamu," ucap Gibran.
"Aku gak butuh uang kamu. Yang aku butuhin itu keseriusanmu," balas Winda.
Gibran menghela napas panjang, "Oke. Besok aku akan menemui orang tuamu."
Winda merasa senang mendengar ucapan Gibran.
"Sekarang kita pulang, biar aku bisa mempersiapkan hari besok," ucap Gibran.
"Hm," balas Winda sambil mengangguk.
Mereka berjalan keluar dari sebuah cafe menuju parkiran motor.
"Kamu pulang naik taxi ya, maaf aku gak bisa nganter," ucap Gibran.
"Iya gapapa."
Winda menaiki taxi yang kosong dan langsung pulang ke rumahnya. Sementara, Gibran menaiki motornya dan pergi ke tempat tongkrongannya.
"Hey, Whatsapp bro! Apa kabar?" sapa Tara.
"Hey, bro. Baik, baik," balas Gibran.
Mereka bertos satu sama lain. Di situ ada 3 teman tongkrongan Gibran.
"Ada apa nih?" tanya Rafi.
"Apa, apanya?" ucap Gibran.
"Muka lo, kaya lagi galau gitu. Habis diputusin pacar?" ucap Rafi sambil tertawa.
"Bukan."
"Terus?" tanya Haru.
"Pacar gue, dia minta gue buat ngelamar dia," balas Gibran malas.
Teman-teman Gibran tertawa. Mereka ikut bahagia melihat temannya akan segera menikah.
"Wah, hahaha. Bentar lagi ada yang mau married nih," ledek Tara.
"Hahaha. Jangan lupa PM!" ucap Rafi.
"PM? PM apaan?" tanya Haru.
"Pajak Married. Hahaha," balas Rafi tertawa.
"Husttt, apaan sih lo pada! Gue lagi pusing malah pada brisik," ucap Gibran.
"Eh, diem-diem! Lo pada becandanya gak liat keadaan ya," ucap Tara.
"Lo juga!" sahut Tara dan Rafi.
Seketika Tara, Rafi, dan Haru terdiam. Dia melihat Gibran yang sedang galau. Teman-temannya Gibran saling menunjuk untuk menanyakan masalah Gibran ke Gibran.
"Lo tanya sana. Dia kenapa sih?"
"Lo aja."
"Tara aja."
"Kok gue!?"
Rafi san Haru diam. Akhirnya Tara yang bertanya ke Gibran.
"Lo kenapa bran?" tanya Tara.
"Gak kenapa-kenapa,. Gue pulang dulan ya guys," ucap Gibran.
Gibran berpamitan dengan teman-temannya. Dia kembali ke rumahnya dan mempersiapkan diri untuk melamar Winda.
Keesokan harinya, Gibran datang ke rumah Winda tanpa membawa apapun. Dia hanya membawa dirinya saja dan modal nekat.
"Ting. Tong."
Beberapa detik kemudian, bibi yang bekerja di rumah Winda membukakan pintu.
"Cari siapa mas?"
Gibran memang belum pernah ke rumah Winda. Selama ini, Gibran dan Winda berpacaran diam-diam. Gibran tidak berani bertemu dengan keluarga Winda, karena dia sadar dia hanya orang biasa, sedangkan Winda adalah orang kaya.
"Windanya ada?" tanya Gibran.
"Oh, non Winda. Sebentar mas, bibi panggilin dulu."
Gibran mengangguk. Beberapa menit kemudian, Winda keluar dan menemui Gibran.
"Kamu udah dateng? Ayo masuk," ucap Winda.
Gibran terdiam di depan pintu.
"Ayo," ajak Winda lagi.
"Hah? Oh iya-iya," balas Gibran.
Gibran masuk ke dalam rumah Winda. Dia dipersilahkan duduk di ruang tamu.
"Aku panggil papah dulu," ucap Winda.
Gibran mengangguk.
Winda memanggil papahnya. Beberapa menit kemudian, papahnya Winda datang.
"Om," sapa Gibran sambil bersaliman.
Mereka duduk bertiga di ruang tamu.
"Siapa ya? Ada apa ke sini?" tanya Papahnya Winda.
"Saya Gibran om. Maksud kedagangan saya kesini, saya mau melamar anak om, Winda," ucap Gibran.
"Melamar?" shock.
Papahnya Winda kaget karena tiba-tiba ada orang uang tidak dikenal datang ke rumahnya dan mau melamar anaknya. Dia melihat penampilan Gibran yang biasa saja membuatnya tidak yakin dengan Gibran.
"Iya om, iya saya serius dengan Winda dan ingin melanjutkan ke jenjang yang lebih serius."
"Apa yang kamu punya sampai berani melamar anak saya?"
"Saya punya cinta, om."
"Hidup tidak hanya butuh cinta. Kamu kerja apa? Dari keluarga mana? Orang tuamu kerja apa? Pendidikanmu?" tanya Papahnya Winda.
"Pah," tegur Winda ke papahnya.
Winda tidak suka papahnya memperlakukan Gibran begitu keras. Winda menyayangi Gibran dan tidak membutuhkan Gibran disisinya.
"Saya sedang mencari pekerjaan om. Saya sebatang kara, orang tua saya meninggal sejak sama kecil. Saya juga hanya lulusan SMP," ucap Gibran.
"Kamu tidak kerja dan tidak menghasilkan uang berani-beraninya melamar anak saya!"
"Saya janji om, saya akan membahagiakan Winda dan saya akan mencari uang yang banyak."
"Saya tidak butuh janji! Buktikan dulu omonganmu. Kalau kamu serius dan mau melamar anak saya, saya minta kamu memberikan uang 100 juta."
"Pah," tegur Winda.
"Sekarang kamu pulang dan cari uang itu! Jangan kembali lagi sampai kamu bawa buktikan ke saya."
Papahnya Winda pergi ke dalam kamarnya meninggalkan Gibran dan Winda di ruang tamu. Winda langsung mendekari Gibran.
"Kamu gapapa kan? Maafin papahku ya, dia emang gitu, terlalu keras," ucap Winda cemas.
"Gapapa, yaudah aku pulang dulu," balas Gibran putus asa.
Winda mengangguk dan tidak tega melihat Gibran. Winda mengantarkan Gibran sampai depan rumahnya. Lalu, Gibran segera pergi menuju tempat tongkrongannya. Di sana, dia bertemu dengan teman-temannya.
"Hey bro!" sapa Haru.
Damar bertos dengan teman-temannya.
"Kenapa lo, Bran? Ada masalah sama pacar lo?" tanya Tara.
"Kalo lo butuh bantuan, bilang ke kita. Kita pasti bantu kok," ucap Rafi.
Gibran menghela napas panjang, butuh waktu beberapa detik untuk membicarakannya dengan teman-temannya.
"Sebenarnya," ucap Gibran menggantung.
"Sebenarnya kenapa?" tanya Haru.
"Sebenarnya gue butuh uang buat ngelamar Winda," ucap Gibran.
"Uang? Winda minta syarat uang?" tanya Rafi.
"Bukan Winda, tapi papahnya. Dia minta syarat uang 100 juta baru gue bisa ngelamar Winda."
"100 juta!?" Tara, Rafi dan Haru kaget.
"Gilaa. Dapet uang dari mana lo segitu banyaknya!? 100 juta loh!" ucap Haru kaget.
"Nah makanya itu! Gue butuh pekerjaan biar gue bisa ngelamar Winda. Mana Winda pengin cepet-cepet gue ngelamar dia lagi."
"Sabar bro, lo tenang dulu. Nanti gue coba bantu lo cari kerjaan. Lo mau kerja apa aja kan?" tanya Rafi.
"Lo ada kenalan bro? Iya. Apa aja gapapa yang penting gue bisa dapet duit 100 juta cepet," balas Gibran.
"Oke. Lo tenang aja. Ntar gue kabarin kalo ada kerjaan."
Beberapa detik kemudian, Rafi menelpon seseorang yang dia kenal. Dia bertanya apakah ada pekerjaan yang bisa menghasilkan uang banyak dan cepat untuk membantu Gibran.
"Halo?" ucap orang itu di telpon.
"Bro, lo ada kerjaan gak yang bisa ngasilin uang cepet?" tanya Rafi.
"Lo mau kerjaan yang kaya apa?"
"Apa aja yang penting bisa ngasilin uang banyak dan cepat."
"Oh. Sebenernya gue ada kerjaan sih. Tapi gue gak yakin kalian mau ngambil kerjaan ini."
"Kerja apa bro?"
"Gue punya kenalan seorang mafia. Dan dia lagi cari orang buat kerja sama dia."
"Mafia!?" ucap Rafi kaget.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (585)

  • avatar
    paramarsya

    500

    2d

      0
  • avatar
    syafarah

    it's so fun

    23d

      0
  • avatar
    AuliaSafa

    seru banget kak

    23/08

      1
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด