logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

I Love Him, NOT You!!!

I Love Him, NOT You!!!

ApriliaChoi


บทที่ 1 Pertemuan pertama

~ Prolog ~
Malam hari di sebuah taman yang indah dengan di hiasi oleh lilin-lilin dan bunga-bunga yang bertaburan sepanjang jalan, April melangkahkan kakinya mengikuti arah bunga tersebut yang membawanya kepada seorang pria dengan tubuh tegap tengah berdiri membelakanginya.
“Kamu siapa?” tanya April penasaran kepada pria tersebut.

Saat pria tersebut akan menoleh, ponsel April berbunyi sangat nyaring di telinganya hingga ia terbangun dan menyadari ternyata hal tersebut hanyalah sebuah mimpi. Mimpi yang sering datang di setiap tidurnya, seorang pria dengan postur tinggi dan badan yang tegap itu selalu muncul di setiap mimpi April. Namun ia tak tahu siapa pria tersebut dan bagaimana wajahnya, mengapa ia selalu muncul dalam mimpinya.
Karena masih pukul tiga pagi April pun melanjutkan tidurnya kemudian ia merasa terbangun dan tengah berada di area sirkuit balapan motor.
“Mengapa aku bisa berada disini?” gumamnya pada diri sendiri.
Ia duduk di antara kerumunan para penonton yang sedang bersorak sorai untuk mendukung para idola mereka yang sedang beradu di area sirkuit saling menyalip satu sama lain untuk bisa menjadi juara. Tak terasa lap terakhir tengah di lalui dan seorang pembalap dengan nomor motor 93 telah berhasil keluar sebagai juaranya.
Semua pendukungnya seraya bersorak meneriakkan namanya. Sang pembalap menghampiri para penggemarnya dan April sedang duduk tepat di hadapan sang pembalap, pria itu pun akan membuka helmnya. Namun saat helm akan terbuka...
Kriing.... Kriiing... Kriiing...!!
Suara jam weker berbunyi sangat nyaring menunjukkan pukul 6 pagi membuat April terbangun dari mimpi indahnya, dua mimpi yang sangat berbeda. Dengan dua orang lelaki dan dua tempat yang berbeda pula. Apakah sebenarnya makna mimpi yang April alami? Ia sendiri pun tak memahaminya, segera ia bangun dari mimpi indahnya dan bergegas untuk bersiap pergi ke kantor.
*
~ Pertemuan Pertama ~
Aprilia Alexander adalah seorang CEO dan salah satu calon pewaris perusahaan “Xander Advertising” yang termasuk dalam jajaran perusahaan terbesar di Indonesia. Ia merupakan satu-satunya harapan keluarga karena kakaknya Zachary Alexander atau yang lebih akrab di sapa Zac, lebih memilih menjadi aktor daripada melanjutkan bisnis keluarga mereka.
Hari ini adalah hari yang penting untuk April, karena ia harus berhasil meyakinkan kliennya yang berasal dari London ini agar mau bekerja sama dengan perusahaannya. Gadis berusia 25 tahun itu tergesa-gesa memasuki ruangannya, ia merasa bersalah telah membuat kliennya menunggu karena dirinya baru saja menghadiri meeting dengan para petinggi perusahaan.
Saat memasuki ruangannya, ia terpaku melihat seorang pria yang sedang berdiri membelakanginya sangat mirip dengan pria yang ada dalam setiap mimpinya. Dengan sedikit gugup, April memberanikan dirinya untuk berbicara pada pria tersebut.
“Good afternoon sir, sorry for making you wait too long,” sapa April pada seorang pria yang tengah berdiri membelakangi dirinya.
Lalu pria tersebut membalikkan badannya, betapa terpesonanya April karena pria tersebut sangat tampan. Dunianya terasa berhenti berputar saat pria tersebut tersenyum dan tampaklah lesung pipit di kedua pipinya yang membuat April semakin mengaguminya ketampanannya.
“It’s ok miss, I’m Andrew,” kata pria tersebut tersenyum ramah sambil mengulurkan tangannya pada April.
Tanpa ragu April pun menjabat tangan Andrew, “Emm..., I’m Aprilia,” jawab April turut tersenyum.
Sama seperti yang di bayangkan April, Andrew adalah orang yang sangat baik dan ramah. Ia selalu tersenyum membuat mereka langsung akrab meskipun baru pertama kali bertemu. Akhirnya April dan Andrew sepakat untuk menjalin kerja sama perusahaan mereka.
Ternyata Andrew bisa berbahasa Indonesia dengan sangat baik, itu karena orang tuanya ada yang merupakan keturunan asli Indonesia. Ayah Andrew berasal dari London-Inggris, sedangkan ibunya asli dari Indonesia. Hal itulah yang membuatnya mahir berbahasa Indonesia, meskipun tinggal dan besar di London namun sejak kecil orang tuanya mengajarinya dua bahasa untuk komunikasi mereka sehari-hari.
Ini merupakan kunjungan Andrew dan keluarga ke sekian kalinya ke Indonesia, namun kali ini ia dan keluarganya memutuskan untuk pindah dan menetap di tanah air sang ibu karena mereka harus melanjutkan bisnis keluarga sepeninggal kakek dan neneknya.
Setelah selesai menanda tangani kesepakatan antara perusahaan mereka, April dan Andrew memutuskan untuk makan siang bersama. Selain untuk membicarakan bisnis perusahaan, mereka juga mencoba mengenal satu sama lain agar bisnis mereka dapat berjalan dengan lancar ke depannya.
“Ternyata dia orang yang menyenangkan, meski baru pertama bertemu nyaman sekali rasanya berada di sampingnya,” gumam Andrew dalam hatinya.
“Maaf, anda kenapa melamun?” tegur April yang sontak menyadarkan Andrew dari lamunannya.
“Emm... nothing miss, I’m just... emm... bisakah kita berteman?” tanya Andrew dengan sedikit ragu.
“Berteman? Why not? I would very pleasure if i can be your friend,” jawab April dengan senyum yang mengembang.
“Really? Me too, i’m very pleasure,” kata Andrew dengan salah tingkah.
“Jangan berlebihan Mr.Andrew.”
“No, don’t call me Mr.Andrew please... just Andrew okay, now we are friend right?”
“Iya, oke Andrew,” balas April dengan melanjutkan lagi makannya.
Setelah selesai makan siang, Andrew mengantar April kembali ke kantornya.
“Thank’s for lunch,” kata April tersenyum sambil bersiap turun dari mobil Andrew.
Dengan sigap Andrew langsung menahan lengan April, “Wait, may I ask your number please?”
“Emm... ya, of course,” jawab April sambil memberikan kartu namanya pada Andrew.
*
Selama bekerja, April selalu memikirkan Andrew. Ia tidak menyangka ternyata Andrew seperti gambaran pria yang selama ini ada dalam mimpinya. Inikah pertanda bahwa Andrew adalah jodoh yang dikirimkan Tuhan untuknya? April sendiri belum berani menyimpulkan, karena mereka baru saja bertemu.
Sama seperti April, Andrew selalu memikirkan April sepanjang hari. Ternyata diam-diam Andrew sangat mengagumi sosok April yang lemah lembut namun sangat berani, pintar, mandiri dan tegas.
Tak ingin terus gelisah, malamnya Andrew memberanikan diri untuk menelepon April.
[“Buenos noches, Aprilia. I’m Andrew, how are you?” sapa Andrew setelah April menjawab teleponnya.]
[”Yah, I know it from your voice. I’m fine and you?” tanya balik April.]
[”I’m fine too, anyway how are you doing?”]
[”I’m just thinking about you, emm... I mean I’m just talking with you,”] jawab April gugup.
[”Oh, really? Hehe… Are you busy tomorrow?”] ujar Andrew terkekeh pelan.
[”I guess not, why?”]
[”Would you..go..with..me?”] tanya Andrew hati-hati.
[”Where?”]
[”Maybe… watch movie theater?”]
[”Oke.”]
Andrew sangat senang sekali mendengar jawaban April yang mau menerima ajakanya untuk pergi menonton bersamanya. Hingga hari yang mereka tentukan pun tiba, Andrew dan April membuat janji untuk bertemu di bioskop.
*
“Kita mau melihat film apa?”
“Terserah kamu saja Andrew.”
“Ok, emm… how about The Uninvited?” usul Andrew.
“Horror movie, I’m agree with you,” sahut April setuju.
“Keep calm, I’m with you,” kata Andrew sambil menunjukkan dimplenya.
Film pun dimulai, April sangat serius menonton setiap adegan yang menegangkan di film ini. Namun tidak dengan Andrew, ia yang sebenarnya sangat tidak menyukai film horor lebih memilih untuk memandangi April.
Andrew berkata dalam hatinya, “Tuhan, baru kali ini aku bisa sedekat dan seakrab ini dengan seorang wanita yang baru kukenal. Sangat nyaman dan hangat berada di dekatnya mungkinkah dia wanita yang Engkai kirimkan untukku?” batin Andrew, matanya tak beralih sedikitpun dari April.
“Finally, sad ending,” kata April sambil menoleh ke Andrew, “Mengapa kamu melamun? Ayo kita pulang,” ajak April seraya bersiap untuk pulang.
"Pulang?" tanya Andrew sambil melihat orang-orang di sekitar yang sudah mulai beranjak meninggalkan bioskop satu persatu, "Oh filmnya sudah habis ternyata, baiklah mari kita pulang."
"Kamu ini aneh sekali, memangnya dari tadi kamu tidak melihat filmnya ya?" tanya April sambil menggeleng heran, lalu beranjak dari duduknya.
"Tentu saja aku melihatnya," sambil mengejar April yang telah berjalan pergi mendahuluinya, "Aku sibuk melihatmu Pril, andai saja kamu tahu itu,” batin Andrew.
Setelah menonton, Andrew mengajak April untuk makan malam di restoran dekat dengan tempat mereka menonton.
"Can i ask you something Pril? It's a little personal,” tanya Andrew.
"Sure, what is it?" sahut April.
"Emm... do you have a boyfriend?" tanya Andrew dengan sedikit ragu.
"Why? Apakah kamu sungguh ingin tahu?" tanya April balik.
"Jawab saja, kumohon,” pinta Andrew.
"Kamu ini lucu sekali, baiklah akan aku jawab. Emm... aku belum punya. Bagaimana denganmu?" tanya April sambil meminum jus nya.
"Sungguh? Aku juga belum punya," jawab Andrew dengan antusias.
"Are you sure? I don't believe it."
Dan mereka pun tertawa bersama.
*
*
*
Next...
Hello this is my third story, hope you like it guys 💙💙💙
Jangan lupa beri dukungan dengan vote bintang lima, komen, dan beri tips yaa...
love you all...

หนังสือแสดงความคิดเห็น (71)

  • avatar

    oke la saya suka

    02/12

      0
  • avatar
    Grace Dimbu

    Bagus ni ceritanyaa..

    01/12

      0
  • avatar
    Fatin Adila

    good

    29/11

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด