logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Chapter 3

Aku zoom gelang yang di tangan wanita itu, tapi tulisannya tidak terlihat jelas. Yang jelas hanya huruf W saja.
Aku jadi teringat Widia, nggak mungkin selingkuhan Mas Bayu si Widia. Gelang nya sama persis dengan gelang Widia.
Aku duduk sambil berpikir, nggak mungkin itu Widia, kalau dilihat dari gelangnya sih iya, tapi kan banyak juga sih gelang seperti itu di jual di pasaran.
Ku perhatikan kembali foto itu. Tiba-tiba ada yang datang, karena tak begitu aku perhatikan aku tak tahu siapa yang datang.
"Assalamu'alaikum,"ucapnya.
"Walaikumsallam,"jawabku.
"Ayah, Rania. Tumben cepat pulang?"tanyaku.
"Rika, Ayah mau tanya. Apa benar si Bayu keluar kota?"tanya Ayah. Ha, aku melongo mendengar ucapan Ayah.
Ada apa lagi ini, kenapa banyak sekali misteri tentang Mas Bayu.
"Tidak Ayah. Siapa yang bilang kalau Mas Bayu keluar kota?"tanyaku.
"Tadi Ayah ketemu Widia. Katanya Bayu keluar kota dan dia tahu dari kamu,"jelas Ayah.
Widia, kenapa dia bisa ngomong seperti itu pada Ayah. Pasti Widia tahu soal Mas Bayu.
"Mas Bayu nggak ada ngomong sama Rika, Yah. Masa iya mas Bayu keluar kota nggak pamit samaku,"ucapku.
"Coba kamu tanyakan sama Bayu,"ucap Ayah. Aku pun menganggukkan kepala tanda setuju dengan ucapan Ayah.
Kucari kontak Mas Bayu, setelah ketemu aku segera menghubunginya.
"Assalamu'alaikum Mas,"ucapku setelah sambungan telpon terhubung.
"Walaikumsallam, Dek. Ada apa, Dek?"tanya Mas Bayu.
"Kamu dimana, Mas?"tanyaku.
"Mas di luar kota, Dek. Maaf mas nggak sempat ngabari kamu,"ucapnya. Widia bilang ke Ayah dia tahu dari aku.
Aku menelan salivaku sejenak.
"Kamu tidak sempat mengabari aku, tapi Widia kamu beritahu,"ucapku. Terdengar Mas menghembuskan nafasnya.
"Maaf Dek, Mas tadi ketemu Widia di jalan. Jadi Mas suruh dia beritahu kamu kalau Mas keluar kota hari ini,"ucap Mas Bayu.
"Oh,"ucapku ber oh ria.
Aku mematikan sambungan telpon secara sepihak. Aku tahu Mas Bayu lagi berbohong, tapi biarlah sepandai-pandainya dia menyumbikannya dari aku pasti bakal ketahuan juga.
"Bayu benar keluar kota?"tanya Ayah.
"Iya Yah,"ucapku.
"Ayah pulang dulu, kalau ada apa-apa segera hubungi Ayah,"ucap Ayah.
"Iya Ayah,"balasku.
Setelah Ayah pulang, aku membuka ponselku kembali. Kulihat lagi foto-foto Mas Bayu yang di kirim Widia.
Setelah sekian lama termenung, aku pun menangis. Barang-barang yang ada di dekatku semuanya aku lempari. Untung saja Rania tidur di kamar jadi dia tidak mendengarnya.
Ya, setelah Ayah pulang tadi Rania masuk ke kamar bermain boneka hingga dia tertidur.
Setelah banyak tenaga terkuras akhirnya aku tidak kuat lagi. Hingga badan ini luruh ke lantai pas di tepi sofa, aku kembali menangis hingga mata ini terasa sembab.
Segera ku ambil kembali ponselku kemudian aku mengirim foto itu pada Mas Bayu.
"Tolong jelaskan apa maksud dari semua foto ini,"ucapku.
Tidak butuh waktu lama, Mas Bayu menghubungi aku, tapi kau mematikannya. Lagi Mas Bayu menelponku kali ini aku angkat teleponnya.
"Kamu dapat darimana foto-foto itu?"tanyanya.
"Kamu tidak perlu tahu aku dapat darimana foto-foto itu. Sekarang kamu pulang dan jelaskan semuanya,"sungutku.
"Mas nggak bisa pulang, Dek. Mas kan lagi di luar kota. Foto-foto itu nggak benar sayang,"ucap Mas Bayu.
"Aku tahu kamu tidak keluar kota Mas, sekarang Mas pulang atau kita bercerai,"ucapku mengancam.
"Tolong jangan ucapkan kata itu. Mas beneran di luar kota sayang,"ucapnya.
"Kamu nggak usah berbohong Mas, aku tahu kamu ada dimana. Sekarang pulang, jelaskan semua ini,"ucapku dengan nada ketus lalu mematikan sambungan telpon secara sepihak.
Satu jam kemudian aku mendengar suara deru mobil masuk ke pekarangan rumah. Aku tidak tahu siapa yang datang. Pikirkan lagi kacau jadi aku malas untuk melihat siapa yang datang. Jika benar itu Mas Bayu berarti benar Mas Bayu tidak keluar kota.
Padahal sebenarnya aku hanya berpura-pura aku tahu dia dimana, tapi biarlah.
Aku tidak tahu setelah kebohongan apa lagi yang disembunyikan Mas Bayu.
Tok ... Tok ...
"Dek, buka pintunya,"teriak Mas Bayu dari luar. Benarkan dia tidak keluar kota. Hanya akal-akalan dia saja supaya dia bisa bersenang-senang dengan selingkuhannya.
"Rika, cepat buka pintunya, Mas mau masuk,"teriaknya lagi.
Berulang-ulang dia menggedor pintu agar aku mau membukakan pintu. Sebenarnya aku enggan untuk membuka pintu, tapi aku butuh penjelasan.
Aku melangkah gontai menuju pintu, dengan tatapan fokus ke depan aku membuka pintu tanpa memandang Mas Bayu.
"Sayang,"
"Sayang, sudah berapa wanita yang kau panggil dengan sebutan sayang,"hardikku.
Mas Bayu mengusap wajahnya dengan kasar kemudian menghembuskan nafas dengan perlahan.
"Maksud kamu apa, Dek. Mas nggak ngerti,"ucapnya.
"Nggak usah pura-pura bodoh, Mas. Aku tahu Vira selingkuhan kamu,"cercaku.
"Vi-Vira! Vira teman kamu? Mas nggak ada hubungan dengan wanita manapun apalagi dengan si Vira,"ucap Mas Bayu.
"Sudahlah Mas, nggak usah berbohong lagi. Aku sudah tahu semua,"ucapku.
"Tahu apa? Mas nggak pernah selingkuh,"ucapnya.
Aku muak dengan alasannya, yang pasti akan berbohong. Aku malas berdebat lebih baik aku main cantik saja. Kalau bertanya dengan Mas Bayu tidak akan pernah dia jujur.
Aku masuk ke kamar dan menguncinya, aku terduduk lesu di tepi ranjang kupandangi wajah Rania. Aku tidak menyangka Mas Bayu tega menyakiti hatiku.
Mas Bayu mengetuk pintu kamar, tapi aku mengabaikannya. Hati ini sudah cukup sakit dengan kebohongan yang dilakukan Mas Bayu.
"Dek, dengarkan dulu penjelasan, Mas,"ucapnya dari luar.
Aku pura-pura tidak mendengar ucapannya, paling dia akan berbohong lagi dan lagi.
"Baiklah kalau kamu tidak mau mendengar penjelasan dari Mas tidak apa-apa. Mas balik ke kantor lagi,"ucapnya.
Halah paling juga menemui selingkuhannya. Alasan mau balik kantor.
Suara mobil Mas Bayu sudah tak terdengar lagi. Mungkin dia benar-benar pergi. Aku pun keluar dari kamar untuk memastikan Mas Bayu benar-benar pergi atau hanya berpura-pura.
Aku kembali ke kamar lalu membuka lemari dimana Mas Bayu menyimpan berkas-berkas, tapi nihil yang aku temukan hanya kartu ATM dan sebuah kotak berwarna merah.
Ku perhatikan kotak perhiasan tersebut, kok seperti yang ada di foto. Ku ambil kembali ponselku lalu membuka galeri kuperhatikan kembali kotak yang di pegang Mas Bayu.
Persis dengan kotak perhiasan yang di pegang Mas Bayu. Ku buka kotak tersebut, satu set perhiasan, ku perhatikan satu persatu mulai dari cincin, gelang sampai ke anting.
Terakhir aku mengamati huruf yang tertera di kalung tersebut. Huruf W. Jantungku berdegup kencang, sesak di dada semakin terasa.
Sebenarnya Vira itu siapa. Kenapa semuanya ada kesamaan dengan Widia. Nggak mungkin Mas Bayu selingkuh dengan Widia, Mas Bayu kan tahu kalau aku dan Widia bersahabat.
Aku terduduk lesu di lantai, dan tak terasa air mataku kembali mengalir deras. Jika memang Widia selingkuh dengan Mas Bayu, aku tak pernah memaafkan mereka.
Jika Mas Bayu selingkuh dengan Widia lalu Vira itu siapa, tapi bisa saja Mas Bayu membuat nama Vira agar aku tidak curiga atau Widia memakai nomor baru agar aku tidak tahu.
Ku raih ponselku yang terletak di atas nakas lalu aku menghubungi Widia, tapi nomor Widia tidak aktif. Ku buka aplikasi berwarna hijau berlogo gagang telepon, kucari kontak Widia, tapi profilnya sudah tidak ada ku coba mengirim pesan centang satu.
Apa mungkin Widia memblok nomorku, tapi kenapa. Kok aku semakin yakin kalau Mas Bayu selingkuh dengan Wida, tapi kalau iya ngapain Widia mengirim foto Mas Bayu.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (85)

  • avatar
    SimanjuntakEsra

    makanya jgn selingkuh PAOK

    4d

      0
  • avatar
    Keeple keceh

    Mantap boskuu

    8d

      0
  • avatar
    Nyimas Kangmas

    seruuuu alurnya

    11d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด