logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 4 Kemunafikan 2

Fulfi menyisir rambut dengan begitu kasar karena sangat geram.
"Aww, sakit! Kamu ini nggak pecus kerja ya?" Karin mulai berteriak.
Seisi ruang itu melihat Karin yang cukup lebay memperlihatkan rasa sakitnya.
"Aduh maaf ya mbak Karin, aku nggak sengaja kok tadi. Pelan-pelan aku perbaiki ya?" kata Fulfi dengan nada bicara yang lembut dan sangat di buat-buat.
'Anak ini benar-benar kurang ajar.' Karina mulai menggerutu.
Fulfi tetap bekerja profesional dengan kepiawaiannya menata rambut, dia mampu merubah gaya rambut Karin menjadi begitu anggun.
Karin sebenarnya tidak meragukan kemampuannya hanya saja dia tidak akan pernah bahkan tidak ingin mengakui bahwa Fulfi memang hebat.
Karin membayar biaya salon ke kasir dan segera pergi dari salon itu.
"Fi, kamu kenal mbak Karin? Sepertinya aku mendengar kamu kenal dekat dengannya?" tanya Dira karyawan lain di salon itu.
"Mungkin kamu salah dengar dan sepertinya aku salah orang." Fulfi mencoba menutupi apa yang sebenarnya terjadi karena dia malas untuk kembali ke masa lalu.
Tiba waktunya dia kembali kerumah.
"Hai mbak Galdin aku pulang!" Fulfi terlihat sangat lemas saat sampai dirumah.
"Sepertinya kamu lelah sekali Fi." kata mbak Galdin sambil menimang Adi.
"Iya mbak ... Sini sayangku!" kata Fulfi sambil menggantikan mbak Galdin untuk menggendong Adi.
"Tapi pekerjaanmu lancar kan sayang?" tambah mbak Galdi.
"Iya mbak, cuma ada yang sedikit menyebalkan. Mbak Galdin tahu Karin kan?" jelas Fulfi.
"Iya aku tahu, bukannya dia sahabatmu ya?" kata mbak Galdin sambil menyiapkan makanan di meja makan.
"Ah jangan sebut dia sahabat. Tadi dia datang menghinaku, bahkan tidak mau mengenalku. Yang paling menyebalkan dia sempat mengerjaiku. Aku baru tahu sifatnya yang sebenarnya setelah aku keluar dari dunia modeling. Sekarang aku jadi bersyukur keluar dari dunia modeling. Iya kan sayangku"jelas Fulfi sambil tersenyum di depan anaknya.
"Sudah kuduga dia baik hanya di depan saja. Ya sudah Fi yang sudah berlalu biarlah berlalu sekarang kamu sudah hidup lebih baik. Siapa tahu pekerjaanmu ini jadi batu loncatan untuk kamu kembali sukses." kata mbak Galdin selesai menyiapkan piring.
"Iya juga sih mbak dan sekarang aku juga seperti punya keluarga. Tidak hidup sendiri lagi. Aku juga punya Adi, mungkin Tuhan ingin memberiku teman jadi dia memberikan aku anak ini." kata Fulfi mensyukuri keadaannya saat ini.
"Aku selalu bangga dengan kamu Fi. Kamu itu wanita yang kuat. Ya sudah, ayo cepat makan keburu dingin!" kata mbak Galdin mengajak Fulfi makan.
"Iya mbak, aku meletakkan Adi dulu di box ya mbak."
Akhirnya mereka berdua menyantap makanan yang ada di meja sambil bercengrama dan bercerita dengan mbak Galdin.
Keesokan harinya di Salon.
"Fi, nanti jam sepuluh kamu temenin ibu untuk menjadi penata rambut peragaan busana di Mall H ya, ini even lumayan besar kamu bisa menata rambut para modeling papan atas disana." ajak Bu Heny.
"Benarkah bu?" Fulfi terlihat sangat bahagia.
'Puji Tuhan aku bisa menambah pengalamanku disana.' gumam Fulfi.
"Iya, nanti kamu akan berangkat bareng Janet." ucap Bu Heny.
"Siapa Janet bu?" tanya Filia penasaran.
Tiba-tiba ada seorang wanita cantik dengan rambut curlynya mengenakan dress selutut lengkap dengan blazer dan high heels yang meninggalkan kesan anggun.
"Hei, kamu Fulfi kan? Aku sudah mendengar banyak tentang kamu dari bu Heny. Kenalin aku Janet." kata Janet sambil mencipika cipiki pipi Fulfi dan memperkenalkan dirinya.
"Hei kak, aduh kamu cantik banget kak." kata Fulfi mencoba akrap dengannya.
"Udah tahu kan Janet itu siapa? Kalian nanti akan kerjasama untuk menjadi penata rambut disana. Net bantu Fulfi mengganti penampilannya!" jelas bu Heny.
"Kak emangnya harus ganti baju?" kata Fulfi.
"Nggak mungkin kamu pake baju kaya gini ke even besar. Disana kita menangani model papan atas jadi kamu juga harus dandan profesional. Oh ya kita dapet gaji tiga kali lipat dari biasanya." kata kak Janet sambil mendorongnya ke kamar ganti.
"Serius kak?" tanya Fulfi masih tidak percaya dengan yang dikatakan kak Janet.
"Sudah jangan banyak tanya, kamu perlu di make over." tambah kak Janet.
Dalam waktu lima belas menit Fulfi berubah penampilan. Dia sudah memakai riasan dan rambutnya sudah di blow membuatnya terlihat lebih cerah, dengan dress selutut dan blazer merah yang sangat cocok dengan kulit Fulfi yang Putih.
Semua karyawan sangat kagum melihat penampilan Fulfi saat itu. Fulfi yang melihat penampilannya di kaca saat itu. Tiba-tiba meneteskan air mata.
"Loh kenapa nangis?" tanya kak Janet.
" Aku mengingat masa laluku yang suram ketika aku berdandan seperti ini." jelas Fulfi sambil mengusap air matanya.
"Kenapa ?" kak Janet penasaran.
"Aku pernah menjadi model dan aku pernah di perkosa. Setiap aku berdandan seperti ini aku merasa takut."jelas Fulfi yang berusaha menahan air matanya.
Kak Janet memeluknya dan menguatkannya.
"Fi, sori aku nggak tahu kenapa kamu bisa mengalami hal setragis itu tapi yang perlu kamu tahu kamu cantik, kamu pintar dan kamu kuat. Apapun yang kamu alami, kamu akan tetap menjadi Fulfi. Kamu harus percaya diri dengan dirimu sendiri. Kamu kembali menjadi cantik bukan untuk kembali ke masa lalu tapi kamu menjadi Fulfi yang baru. Lupakan kejadian masa lalu dan hadapi masa depan! Ada semua temen-temen disini. Mereka mendukung kamu karena kamu Hebat. Senyum ya Fi jangan nangis lagi!" jelas Kak Janet menenangkan Fulfi.
"Makasih banyak ya kak. Aku akan mencoba untuk semangat dan lebih kuat lagi." ucap Fulfi.
"Ayo girls kita berangkat. Kalian udah siap kan?" tanya bu Heny sudah menenteng tas hitamnya.
"Sudah bu." Fulfi dan Kak Janet menjawab bersamaan
Mereka berangkat ke even peragaan busana. Fulfi sudah menjadi lebih ceria dan lebih percaya diri sekarang.
Tiga puluh menit kemudian.
Mereka sampai di ruang rias even Peragaan busana. Betapa terkejutnya Fulfi ketika yang ditemui adalah model binaan agensinya dulu. Mereka semua menatap Fulfi dan memperlihatkan wajah yang tidak bersahabat dengan Fulfi.
"Oh kamu wanita murahan itu, masih berani muncul disini?" kata Dita salah seorang model yang duduk disebelah pintu ruang rias.
"Emang nggak tahu malu, udah hamil nggak ada bapaknya pula. Oh iya bukan nggak ada bapaknya tapi bapaknya nggak jelas siapa?" kata Desi model yang lain lagi.
Seisi ruangan itu tertawa
Mata Fulfi semakin merah dia mencoba menahan air matanya agar tidak keluar.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (93)

  • avatar
    WahidaIdha

    bagus ceritanya.. sampai nangis terseduh seduh... terima kasih penulis, sudah mengingatkan untuk bersyukur, bangkit dan berjuang..

    06/03/2022

      4
  • avatar
    NashihMuhammad

    tetap semangat

    1h

      0
  • avatar
    Edwar Syalom Sangka

    menarik

    7d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด