logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 3 Kemunafikan 1

'Perasaan suhu yang aku gunakan stadart kenapa berubah menjadi tinggi?' Fulfi merasa ada yang aneh dengan kejadian itu.
Fulfi sangat penasaran tapi dia tidak terlalu menggubris hal itu dan melanjutkan pekerjaannya. Para pelanggan selalu senang dengan pekerjaan yang dilakukan Fulfi dan Juli semakin geram.
Juli ternyata tidak pernah tinggal diam, dia selalu membuat Fulfi menderita di tempat kerja selama berbulan-bulan. Sampai suatu ketika Fulfi merasa setiap kejadian ini sepertinya tidak pernah dia lakukan. Dia menceritakan ke Kepala salon dan meminta untuk melihat CCTV di salon itu. Bu Heny dan Fulfi tiba-tiba terkejut melihat rekaman CCTV itu.
"Jadi selama ini, bukan kamu pelakunya?" kata Bu Heny memandang Fulfi.
"Memang bukan saya bu, sebenarnya saya ingin bilang sudah sejak lama. Tapi saya cukup lelah di fitnah. Hanya saja saya nggak tahu siapa pelakunya. Saya semakin penasaran makanya saya minta tolong ibu. Untuk melihat CCTV." jelas Fulfi.
"Jika begitu akan aku kembalikan gaji yang aku potong selama beberapa bulan ini. Aku akan menyelidiki lewat polisi saja. Biar anak itu kapok dan tidak mencari masalah lagi. Maafkan aku Fulfi, aku suka hasil kerjamu aku sempat ragu. Apa iya kamu memabg melakukan itu?" Jelas Bu Heny
"Nggak papa bu, saya bisa mengerti. Terimakasih banyak ya bu untuk pengembalikan gajinya saya sangat membutuhkan itu." kata fulfi sedikit lega dengan permasalahan ini.
Keesokan harinya pihak kepolisian datang ke ke salon untuk membawa Juli ke kantor polisi agar bisa di periksa. Bu Heny membawa barang bukti berupa CCTV yang sudah di copy ke falshdisc.
"Kamu berani-beraninya melaporkan aku Fulfi, kamu memang sangat-sangat kurang ajar!!" Juli berkata dengan raut wajah sangat marah dan tangan yang di borgol.
"Kami akan bawa saudari Juli ke kantor polisi. selamat siang Bu Heny" kata Polisi itu berpamitan.
Sore itu hujan turun cukup deras tiba-tiba ada seorang pelanggan membawa mobil merah berhenti di depan salon.
'Sepertinya mobil ini familiar?' gumam Fulfi sambil menyapu lantai salon.
"Tidak salah lagi. Itu pasti dia" Fulfi mengingat orang itu
Kaki yang begitu tinggi dengan high heels yang anggun melangkah menuju salon dimana Fulfi bekerja. Fulfi sudah menatapnya jauh sebelum dia turun dari mobil. Fulfi bersemangat untuk membukakan pintu untuk wanita itu.
"Hai Karin!" Fulfi langsung menyapa sahabatnya itu ketika menjadi model.
"Siapa ya? Oh manusia udik? Kerja disini kamu?" kata Karin bersikap begitu sombong.
Fulfi mengernyitkan dahinya merasa ada yang aneh dengan sahabatnya ini.
'Kok seperti tidak mengenalku?' gumam Fulfi dalam hati, setelah melihat penampilanya sendiri Fulfi baru sadar ini adalah penampilan yang paling di benci para model.
"Masak kamu nggak inget sama aku? Aku Fulfi, Karin?" Jelas Fulfi masih sangat heran
"Sori aku nggak selefel dengan wanita rendahan seperti kamu, kamu hamil di luar nikah, sekarang jadi miskin dan udik seperti ini. Jangan harap kamu sok kenal denganku?"kata Karin dengan santainya sambil melenggang menuju ke resepsionis.
'Kamu sungguh berubah, kamu seperti bukan sahabatku yang dulu.' Gumam Fulfi mencoba mengabaikannya dan melanjutkan menyapu lantai.
"Mbak aku ingin creambath, ngecat rambut dan pokoknya rambutku harus ditata dengan rapi dan bagus. Pokoknya penata rambut yang paling rekomended siapa disini? Aku mau dia?" ucap Karin seperti seorang selebriti yang sudah terkenal seantero negeri.
"Fulfi, kamu tangani mbak Karin ya?" kata resepsionis itu memanggil Fulfi.
"Loh Kok dia sih? Bisa apa dia? Masak dia paling bagus disini? Orang udik seperti dia bisa membuatku alergi." komentar Karin cukup pedas terlontar dari mulutnya.
'Dia benar-benar sudah berbeda, aku bersyukur keluar dari dunia modeling. Aku baru tahu mereka suka merendahkan orang lain.' Fulfi terus menggerutu di dalam hatinya.
"Mbak Karin bisa lihat hasil karya Fulfi tertempel di beberapa Figura. Jika aku berikan penata rambut yang lain, apakah mbak Karin tidak akan kecewa?" jelas resepsionis itu.
'Bisa-bisanya orang seperti dia menjadi terbaik di salon besar seperti ini. Kenapa dia selalu unggul di segala bidang? Aku semakin geram dengan anak ini.' batin Karin sambil melirik Fulfi dan melihat Figura yang tertempel di dinding.
"Jika kamu tidak mau aku yang menangani. Aku akan panggil penata rambut yang lain."Fulfi mencoba menjadi orang yang paling sabar.
"Tidak!Tidak! Baiklah kamu saja yang tangani! Aku tidak punya banyak waktu. Aku harus segera ke peragaan busana." kata Karin menghentikan langkah Fulfi.
'Dasar Labil' Fulfi sedikit kesal.
"Silahkan duduk Mbak Karin!" Fulfi mencoba untuk Profesional.
Setiap gerakan yang dilakukan Fulfi selalu membuat Karin kesal karena Fulfi begitu cekatan dan dia selalu mengerjakan sesuatu dengan serius.
"Kok gitu sih, aku nggak suka pake roll rambut itu. Ganti!" Karin berkata dengan meninggikan nadanya.
Fulfi hanya terdiam dan selalu menurut apa yang dia katakan.
"Jangan terlalu lurus aku suka yang sangat curly." Karin berkomentar lagi.
Setelah Fulfi menuruti kemauanya, Karin lagi-lagi Protes.
"Kamu gimana sih? Kok Gini kurang lurus jangan kaya mie?" kata Karin sengaja membuat Fulfi geram.
"Mbak Karin, bukankah anda orang yang sangat sibuk? Apakah jadwal ada begitu luang sampai bisa mengulur banyak waktu disini?" Fulfi mencoba menahan Emosinya.
'Dasar anak ini, semakin berani dia?'

หนังสือแสดงความคิดเห็น (93)

  • avatar
    WahidaIdha

    bagus ceritanya.. sampai nangis terseduh seduh... terima kasih penulis, sudah mengingatkan untuk bersyukur, bangkit dan berjuang..

    06/03/2022

      4
  • avatar
    NashihMuhammad

    tetap semangat

    4h

      0
  • avatar
    Edwar Syalom Sangka

    menarik

    7d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด