Fulfi seorang wanita berusia dua puluh tahun yang berprofesi sebagai Model.
Malam itu Fulfi menghadiri peragaan busana lokal yang ada di kotanya dan dia juga terlibat disana.
Malam dimana semua kesuksesan itu direnggut dalam semalam. Seorang berpakaian ungu dan bercadar membawa sebuah minuman yang berisi obat tidur dan diserahkan kepada staf yang khusus menyiapkan makanan dan minuman untuk Fulfi.
Pada saat acara peragaan busana selesai sudah menjadi kebiasaan Fulfi untuk minum air karena lelah berjalan. Sang manager yang biasa menemaninya kebetulan sekali tidak ada di tempat karena hal mendesak yang belum di selesaikan. Tiba-tiba Fulfi merasakan Pusing dikepalanya.
"Kenapa kepalaku sangat pusing?" Fulfi terus memijat kepalanya hingga lima menit kemudian Fulfi pingsan.
Saat fulfi tersadar kondisinya sudah berada di dalam sebuah kamar berisikan tiga orang pria yang sedang mabuk. Perasaannya sangat tidak nyaman dan sangat ketakutan melihat mereka menyergap seperti binatang buas yang kelaparan. Tangan Fulfi terikat tali yang kuat yang di sematkan di badan tempat tidur membuatnya tidak bisa berbuat apa-apa.
"Jangan!!jangan!!JANGAN!!" teriakan itu seperti teredam oleh waktu.
Ketika keesokan harinya darah segar sudah berceceran dimana-mana. Fulfi sangat ketakutan. Sampai suatu ketika ada seseorang mendobrak pintu dan syukurlah itu adalah managernya mbak Galdin.
"Sayang, ada apa denganmu?" mbak Galdin melepas tali yang terikat di tubuh Fulfi.
Fulfi menangis mendekap tubuhnya dan terus menjambak rambutnya.
"Sayang, tenangkan dirimu!"
"Jangan!! Tidak!! Kenapa!! Jangan!!Kenapa aku begini!! Tidak!!" kata-kata itu terulang dari mulutnya dan semakin histeris.
Mbak Galdin memeluknya erat dan mencoba menenangkan Fulfi.
"Sayang, aku tahu itu sulit.Tolong tenangkan dirimu. Kamu sudah aman sekarang!"

'Oh Tuhan kenapa Fulfi bernasib seperti ini?' mbak Galdin bergumam dalam hatinya.
Fulfi mengalami depresi berat dan tidak mau keluar rumah. Karirnya sebagai model yang hampir menuai kesuksesan sekarang sudah hancur karena kehamilannya.
Lima bulan kemudian.
Keadaan jiwanya kata dokter semakin hari semakin membaik, tapi dia masih sulit untuk bertemu orang lain. Fulfi sudah lama tinggal seorang diri, tanpa orang tua dan tanpa saudara karena sepuluh tahun yang lalu orang tuanya meninggal dunia karena kecelakaan dan dia adalah seorang anak tunggal. Fulfi tinggal di sebuah apartemen besar yang di dapatnya dari hasil kerja kerasnya sendiri. Semenjak Karirnya hancur sang manager mbak Galdin tetap setia disampingnya. Mbak Galdin hidup dari pekerjaan sampingannya yaitu membuka toko kue di rumah.
"Bagaimana dengan Nona Fulfi?" tanya mbak Galdin kepada bibi Darma pembantu di apartemen itu.
"Dia sudah mau makan nona Galdin. Dia sudah tidak mengamuk dan lebih sering diam di dekat jendela." kata bibi Darma.
"Terimakasih bi." mbak Galdin masuk menemui Fulfi yang sudah bisa di ajak berbicara.
"Bagaimana keadaanmu Sayang?"mbak Galdin mencoba mendekatinya dan mencari kursi untuk duduk disampingnya.

"Aku baik-baik saja mbak."Fulfi menjawabnya singkat.
"Aku hanya ingin memberitahu tabunganmu makin hari makin menipis dan selama lima bulan ini kamu sudah tidak bekerja. Sebelum tabungan kamu habis, bagaimama jika kamu menjual apartemen ini dan tinggal di rumah mbak. Kamu bisa memulai hidup baru Fi, lupakan masa lalumu yang mencekam sebentar lagi kamu juga akan menjadi seorang ibu. Aku sangat berharap kamu bisa menghirup udara bebas tanpa beban dan depresi lagi. Walaupun mbak tahu melupakan kejadian itu adalah hal yang tersulit."
"Mbak, keadaanku ini tidak biasa, aku hamil diluar nikah. Apa lingkunganmu bisa menerima orang sepertiku?" tanya Fulfi sambil meneteskan air matanya lalu mengusapnya lagi.
"Mbak akan bilang ke warga setempat dan menceritakan kejadian aslinya kepada mereka. Aku yakin mereka bisa menerima!" jelas mbak Galdin sambil memeluk Fulfi.
Fulfi akhirnya pindah ke rumah mbak Galdin dan bibi Darma terpaksa pulang ke kampung halamannya karena sudah tidak bekerja dengan Nona Fulfi.
Mbak Galdin punya toko Kue di depan rumahnya dan dia sudah berkeluarga memiliki satu orang anak perempuan yang sangat lucu. Keluarga itu sangat baik kepada Fulfi. Selalu menguatkan Fulfi sehingga sekarang Fulfi bisa menjalani kehidupan barunya dan sudah bisa untuk bertemu dengan orang lain.
Empat bulan kemudian anak yang dikandung Fulfi lahir.
Anak itu berjenis kelamin laki-laki dan diberi nama Adi. Fulfi sangat menyayangi anak itu walaupun dia harus menelan kenyataan pahit bahwa anak itu tidak memiliki ayah biologis yang jelas.
Setelah melahirkan dan sudah berselang satu bulan. Fulfi memutuskan untuk mencari pekerjaan karena tabungannya sudah semakin habis dan kebutuhan untuk anaknya semakin besar. Fulfi belum sempat berkuliah semenjak menjadi model dia terus bekerja siang dan malam. Jadi sekarang hanya berbekal ijazah tamatan SMA untuk mendaftar pekerjaan.
Waktu itu ketika berjalan di mall, dia melihat lowongan pekerjaan sebagai waitres yang tertempel di sebuah outlet di dalam mall tersebut. Yang membuat hatinya terluka adalah yang dicari berstatus single. Dia sangat bingung karena statusnya masih single tapi dia memiliki seorang anak. Akhirnya dia memutuskan tetap membuat surat lamaran dan memasukkannya ke outlet tersebut. Tidak sampai disitu sambil menunggu hasilnya dia masih terus mencari lowongan pekerjaan sesuai kriteria yang dia miliki. Sampai akhirnya lima surat lamaran pekerjaan berhasil di masukkan ke berbagai macam lowongan pekerjaan seperti waitres, pegawai salon, penjaga toko, cleaning service dan SPG. Fulfi tahu akan sulit mendapatkan pekerjaan jika sudah memiliki anak. Tapi dia tidak peduli dengan syarat yang dicantumkan karena dia sangat membutuhkan pekerjaan.