logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 Wajah yang Sama

suara grasak - grusuk dari siswa - siswi sekolah SMA Adiwira membuat seorang pemuda yang berdiri menjulang di depan gerbang sekolah mengernyitkan keningnya. Melihat seorang satpam penjaga sekolah yang berleha - leha langsung saja pemuda itu mendatangkan ke arah pos jaga satpam.
"Pak Amir lagi makan gaji buta, ya?" tanya pemuda itu yang mengandung makna sindiran.
Sontak tubuh gempal milik Amir selalu satpam sekolah SMA Adiwira berdiri dari duduknya seketika.
"Eh, nak Arsen. Bapak tadi cuma istirahat 'kan pinggang Bapak doang. Lagian pintu gerbang sudah ditutup, kok," jawab Amir yang menyangkal atas sindiran yang diberikan oleh Arsen.
Arsen menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Kalau gerbangnya sudah ditutup, kenapa saya bisa masuk!" sentak Arsen mengangkat sebelah alisnya dengan memasang wajah galak.
Wajah terkejut dari Amir sangat lucu, apalagi keseluruhan wajahnya memerah menahan malu. "Sudahlah kamu masuk saja, Sen. Ketahuan kamu sudah telat masa segala pakai komentarin saya," gerutu Amir yang mengusir Arsen untuk pergi dari hadapannya.
Senyuman puas penuh kemenangan tercetak jelas di wajah Arsen. Tangan Arsen menepuk dua kali bahu Amir, kemudian pergi masuk ke dalam sekolah lebih dalam sambil bersiul.
"Selamat pagi Arsen," sapa Anna dengan senyuman manisnya yang cerah.
Langkah Arsen pun terpaku terhenti saat mendapatkan sapaan dari Anna. Dengan senyuman kaku, Arsen membalas sapaan Anna dengan senyuman yang terlihat riskan.
"Kamu diantar sama siapa?" tanya Arsen yang memulai pembicaraan di antara mereka berdua.
"Aku diantar sama kak Rayhan," jawab Anna dengan suara lembutnya dan juga sekaligus lemah.
Arsen merasa tidak beres mendengar suara Anna yang mendadak berubah menjadi serak. Apalagi rona di wajah Anna hilang sedetik tergantikan dengan warna putih pucat.
"Kamu lagi sakit?" tanya Arsen menelisik setiap jengkal garis wajah Anna.
Gelengan lemah dan juga senyum kelembutan di bibir pucat Anna menandakan bahwa gadis itu sedang tidak baik - baik saja.
"Kamu mengkhawatirkan aku?" tanya balik Anna yang berpura - pura ceria di hadapan Arsen.
Tangan besar Arsen langsung menyentuh kening Anna, namun gadis itu seketika melangkah mundur menghindari sentuhan dari Arsen.
"Ayo kita ke kelas. Tadi bel-nya sudah bunyi loh," ajak Anna yang langsung menarik tangan Arsen untuk mengalihkan fokus Arsen kepadanya.
Banyak siswa - siswi yang berseliweran di koridor tidak bisa mengelakkan matanya dari objek tangan Anna yang sedang menggandeng tangan Arsen. Mereka berdua pasangan terkenal di warga sekolah, terlebih Anna yang baik hati mampu menghapus ingatan warga sekolah untuk menghilangkan sosok Andrhea dalam kenangan mereka semua.
"Serius kamu enggak apa - apa?" tanya Arsen lagi saat merasakan hawa dingin dari tangan Anna.
Tanpa menghentikan langkah kakinya, Anna menatap lekat - lekat wajah Arsen. "Kamu enggak usah khawatir. Aku pasti baik - baik saja. Kan, sekarang jantung aku sudah sehat seperti normal kembali," tutur Anna menenangkan Arsen meski dirinya sendiri harus berbohong.
Rahang Arsen mengeras. Ada rasa bersalah menyusup dalam hatinya.
"Maaf," bisik Arsen yang langsung menghentikan langkah kakinya.
Kepala Anna menggeleng dengan tegas. "Aku enggak butuh belas kasihan kamu, Sen. Dan jangan sekali lagi kamu meminta maaf sama aku, karena semua ini bukan salah kamu. Ini semua sudah menjadi takdir Tuhan. Aku sudah menerimanya dengan ikhlas, meski aku sempat menolaknya."
Dalam kedipan mata, tubuh Anna sudah masuk ke dalam pelukan hangat dari Arsen. "Ingat Anna, jangan menganggap kalau diri kamu sendiri. Masih ada aku yang siap menjadi tameng kamu."
Anna tidak membalas ucapan dari Arsen, tetapi belitan tangannya pada punggung Arsen semakin mengerat. Bertanda bahwa gadis itu sangat takut kehilangan sosok seperti Arsen.
***
"Mana yang namanya Shea?!" tanya seorang gadis yang bernama Ratu dengan berteriak menggelegar.
Semua pasang mata penghuni kelas sepuluh IPS saling berpandangan saat mengetahui kakak tingkat mereka yang terkenal atas kekejamannya datang dengan amarah yang meletup - letup.
"Sekali lagi gue tanya, mana yang namanya Shea!" teriak Ratu lagi dengan urat di lehernya yang terletak jelas dan juga kedua tangan mengepal menahan emosi.
Mata Ratu semakin berkilat marah saat semua tangan menunjuk ke arah gadis yang duduk di pojok kanan ruangan dengan kepala tertunduk.
Dengan kasar Ratu menghempaskan pintu untuk kedua kalinya. Lalu berjalan mendekati Shea yang sudah ketakutan.
"Lo yang laporin gue ke guru BK, kan?" tanya Ratu marah dengan kedua siku bertumpu pada meja dan tubuhnya yang condong ke depan.
"Iya, Kak," jawab Shea takut - takut dengan suara lirihnya.
"Gue butuh alasan dari lo," ucap Ratu yang mengandung makna sangat mematikan.
Ratu menarik kursi yang kosong dengan kasar. Semua orang yang ada di dalam kelas hanya mampu menelan ketegangan berserta ketakutan yang menggila.
"Lo tahu gue siapa?" tanya Ratu dengan nada yang rendah.
Shea menganggukkan kepalanya pelan. "Saya tahu, Kak," cicit Shea yang tidak berani beradu pandang dengan Ratu.
"Hei, lo mandangin apa 'sih di bawah sepatu lo?" tanya Ratu yang menampilkan senyuman smirk.
"Ratu, lo lupa ya kalau tuh anak enggak bisa melihat. Bisa disebut dia itu buta!" sahut Raisa selaku teman Ratu yang langsung menyindir Shea habis-habisan.
Tubuh Shea menggigil ketakutan. Giginya saling menekan satu sama lain untuk meredam tangannya.
Shea hanya akan diam menerima semua yang akan diberikan oleh Ratu. Memangnya dia bisa melawan Ratu dengan penglihatan yang gelap gulita? Pasti jawabannya tidak, itu tidak akan pernah terjadi.
"Ups ... Sorry, kayaknya gue salah ngomong," sesal Ratu yang tangannya mengelus rambut hitam milik Shea dengan lembut.
Namun, dalam hitungan detik itu juga. Rambut Shea sudah ditarik kasar okeh Ratu hingga kepala Shea mendongak ke atas.
"Maaf, Kak," lirih Shea yang sesekali meringis menahan sakit di kepalanya.
"Apa? Gue enggak dengar lo ngomong apa," ucap Ratu dengan sinis.
"Harusnya lo sadar diri, Shea! Lo laporin gue ke BK sama saja lo mengantarkan nyawa lo sendiri dengan suka rela ke gue," desis Ratu tajam yang semakin mengeratkan cengkeraman tangannya di rambut Shea.
"Lepasin, Kak," mohon Shea yang sudah tidak bisa menahan isak tangisnya.
Ratu memandang seisi kelas dengan pandangan bertanya. "Kalian - kalian semua mau lepaskan nih bocah buta?" tanya Ratu yang tersenyum miring dengan mengangkat sebelah alisnya.
Semuanya terdiam. Tidak ada yang berani menjawab selain membungkam mulutnya rapat - rapat. Dan menghiraukan tindakan yang dilakukan oleh Ratu.
"Raisa, seret Shea keluar!" perintah Ratu tegas pada temannya itu.
Dalam satu tarikan tubuh Shea terpelanting dengan kaki menabrak meja ataupun kursi. Mencoba berontak, tetapi kekurangan Shea kalah lebih besar dari pada Raisa. Dengan hanya mengandalkan suara - suara yang bergema di gendang telinganya, Shea merapalkan doa di dalam hatinya.
Shea merasakan sebuah cahaya menusuk ke dalam retina matanya, meski warna gelap menyelimuti.
Brak ...!
Kening Shea terantuk ujung tiang koridor yang lumayan lancip, hingga mengeluarkan banyak darah.
Banyak siswa - siswi berbisik satu sama lain menonton pembully-an yang dilakukan Ratu terhadap Shea, tanpa mau menolong sedikitpun.
Tangan Shea meraba keningnya dengan kedua mata terpejam. Bibir pucatnya bergetar hebat.
"Ampun kak Ratu," mohon Shea bersujud di lantai dengan berlawanan arah dari tempat berdirinya Ratu.
Tawa Ratu bersama Raisa dan juga siswa - siswi bergema menusuk indra pendengar Shea.
"Ngapain lo sujud di depan tong sampah?" tanya Ratu pongah, lalu menarik rambut panjang Shea hingga mendongak mengikuti tarikan rambutnya.
"Harusnya lo sujud di kaki gue!" Ratu berseru seraya membalikkan tubuh Shea dengan kasar sampai mencium sepatu yang dikenakan oleh Ratu.
"Wih ... Sepatunya sekalian dijilat, dong," celetuk Raisa mengejek Shea yang masih mencium sepatu Ratu dengan air mata yang sudah tumpah ruah.
"Ampun, Kak," lirih Shea yang suaranya hampir tidak terdengar oleh Ratu.
Ratu membukukan tubuhnya seperti rukuk. "Lo ngomong apa barusan?" tanya Ratu memastikan pendengarannya.
Shea semakin menggigit bibir dalamnya kuat - kuat. Menggelengkan kepalanya pelan, karena merasa terancam atas pertanyaan dari Ratu.
Dug!
Kepala Shea terdorong ke belakang seketika saat kaki Ratu yang dibalut sepatu menendang sengaja dagu Shea.
"Kalian berdua kurang kerjaan, ya?" celetuk seorang pemuda dingin dengan tangan merangkul bahu seorang gadis cantik.
Ratu membalikkan tubuhnya ke belakang guna untuk mengetahui siapa pemilik surat yang berani ikut campur urusannya.
"Lo!" mata Ratu melotot melihat sosok Arsen berdiri di hadapannya dengan tatapan tajamnya.
"Kenapa? Lo juga mau bully gue?" Arsen mengangkat sebelah alisnya.
Spontan Ratu memundurkan beberapa langkahnya. "Kok, lo ada di sini," ucap Ratu yang sangat kentara sekali kalau ia gugup.
"Punya hak apa lo sampai melarang gue ada di sini?" tanya Arsen sinis, yang langsung dijawab dengan gelengan kepala Ratu.
"Kamu keterlaluan, Ratu," sahut Anna yang juga ikut campur mengomentari urusan Ratu.
Mendadak Ratu tidak bisa berkutik sama sekali. Dan dirinya terselamatkan ketika Raisa dengan berani membawa kabur dirinya meninggalkan Arsen dengan sejuta kemarahannya.
Melihat kepergian Ratu, Anna melepaskan rangkulan tangan Arsen secara lembut. Lalu, menghampiri korban pembullyan Ratu.
"Kamu enggak apa-apa, kan?" tanya Anna memegang pundak bergetar gadis itu.
Aliran darah Anna terasa membeku ketika tangan dingin milik gadis itu menyentuh pipinya.
"Terima kasih, sudah mau menolong aku," ucap Shea senang melemparkan senyuman kelegaan.
"Andrhea," gumam Anna yang mencoba menahan perih dalam hatinya.
"Namaku Shea, Kak," ralat Shea yang masih memasang senyum manisnya meski wajahnya terkotori oleh darah.
Melihat bola mata Shea yang menatapnya secara berkeliaran membuat Anna menjauhkan dirinya.
"Kamu buta?" tanya Anna terkejut bukan main.
Hati Shea langsung tersentil mendengar pertanyaan itu. Kepalanya semakin menunduk secara dalam-dalam.
Sedangkan Arsen hanya mampu menatap lekat-lekat wajah Shea tanpa berkedip sedikit pun.
"Kamu balik lagi, Sayang," gumam Arsen dalam hatinya.
***
Jangan lupa Review, subscribe, dan star vote.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (298)

  • avatar
    KhotimahNurul

    aku sangat suka dengan cerita ini

    3d

      0
  • avatar
    Pred

    kata kata ini menarik

    7d

      0
  • avatar
    bagos123toif

    bagus

    18d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด