logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 2 Halo, Kakak Kelas!

Pagi itu, karena pemandangan tak biasa, setiap siswa dan siswi penghuni kelas 3A.1 yang baru saja tiba di Sekolah, lebih dulu melempar pandangannya ke arah lapang. 
Sora, teman sekelas Chelsea yang baru saja kembali dari Kantin, teralih perhatiannya pada sosok pemuda tampan yang tengah berdiri hanya dengan satu kaki, dengan kedua tangan yang memegangi sepasang telinganya. Dan juga sebuah kertas karton bertuliskan 'Maafkan aku, Kak!' yang melingkar di leher salah satu Adik kelasnya itu, membuat Sora mempercepat langkahnya memasuki kelas. 
Sementara itu di dalam kelas, Chelsea tengah duduk di bangkunya dengan membolak-balikan halaman buku pelajaran yang sepertinya sama sekali tidak ia pelajari. Sepasang tangan lentik yang tiba-tiba saja mendarat di atas halaman bukunya, membuat Chelsea mau tidak mau mendongakan kepalanya, dan mendapati Sora tengah menatapnya dengan sorot mata bertanya-tanya. 
"Ada apa?" tanya Chelsea, ketus.
"Apa kamu tidak kasihan? Brandon Mussu! Adik kelas kita yang Flower Boy itu, kamu hukum sampai seperti itu?" Sora menunjuk-nunjuk ke arah luar kelas. "Dia sudah berdiri di depan kelas kita hampir setengah jam, Chelsea Linn!" tegur gadis berambut ikal itu merasa iba pada Brandon yang rela melakukan hal konyol demi mendapatkan maaf dari Sang mantan ketua Osis. 
Namun masih dengan sikap dinginnya, Chelsea berujar, "Biarkan saja, lagi pula bukan aku yang memintanya seperti itu. Nanti jika dia sudah merasa lelah, Adik Kelas kurang ajar itu juga pasti akan menyerah dengan sendirinya." sahutnya dengan beralih memalingkan tubuhnya ke samping, enggan melihat wajah teman sebangkunya yang merupakan salah satu fans Brandon tersebut. 
"Memangnya kesalahan besar apa yang sudah Brandon lakukan padamu sampai-sampai dia rela menghukum dirinya seperti itu, huh?" 
"Bocah Tengik itu tidak salah. Yang salah adalah mulutnya yang bagaikan saus cabe level 100! Bisa-bisanya dia mengatai bahwa Kakak-kakak kelas yang mengidolakannya itu adalah Gadis tua yang kecentilan. Jika kalian tahu sebrengsek itu mulutnya, apa kamu juga masih tetap mengidolakannya?!" sembur Chelsea nampak berapi-api. 
Sikap yang berbeda justru ditunjukan oleh Sora yang malah tertawa cekikikan menanggapinya. "Serius Brandon bicara seperti itu? Ahaha ..., aku rasa, selera humornya Out of the box sekali ya." Timpalnya santai yang dibalas dengusan kesal oleh Chelsea. "Sudahlah, jangan dianggap seserius itu candaan Brandon. Meski itu memang sedikit menyakiti hati nuraniku, tapi cobalah kamu berpikir waras. Jika melihat idolanya dihukum seperti itu, apa kamu tidak takut jika nanti kamu diserbu oleh para fans-fans'nya?" timpal Sora berusaha mengingatkan. 
"I dont care, Sora!" cetus Chelsea menutupi kepalanya dengan sebuah buku pelajaran. Sembari sebelah tangannya bergerak mengisyaratkan Sora untuk pergi. 
Sora memutar bola matanya jengah, melihat tingkah si ranking 1 di kelasnya tersebut, sejurus kemudian ia beringsut pergi keluar dari kelas. Tentu untuk menyuruh Brandon mengakhiri hukuman konyolnya itu. 
"Aku tidak bisa, Kak. Aku bersalah pada Kak Chelsea. Dan aku rasa ini hukuman yang pantas untukku. Sebelum Kak Chelsea sendiri yang memintaku untuk menyudahi hukuman ini, aku tidak akan berhenti." ungkap Brandon dengan bibirnya yang mengulum senyum, Sora mengembuskan napasnya kasar, lalu setelah itu bergerak menjauh dari tubuh Brandon yang masih kekeuh untuk melanjutkan hukumannya, meski saat ini kaki pemuda itu pasti sudah mulai kesemutan. 
Chelsea yang ternyata terganggu juga dengan ucapan Sora tadi, menutup keras buku pelajarannya. Kemudian bangkit berdiri. Menjulurkan lehernya sedikit lebih tinggi untuk mengintip dari jendela kelas, apakah benar Adik kelas yang mengatainya gadis tua juga kakak kelas yang agresif itu masih setia pada hukuman; yang awalnya hanyalah sebuah keisengan Chelsea saja pada saat Brandon menghampirinya untuk meminta maaf. 
Chelsea yang masih kesal dengan hinaan flower boy itu, tentu enggan memaafkannya dengan mudah dan menyuruh Brandon untuk berdiri menggunakan satu kaki sementara kakinya yang lain diangkat, juga kedua tangannya yang menjepit telinga sendiri selama satu jam, maka setelah itu Chelsea akan mempertimbangkan permintaan maaf dari Brandon. 
Tidak pernah gadis itu sangka, ternyata Brandon benar-benar melakukan permintaannya. 
Melihat Matahari mulai terik bersinar, kemarahan Chelsea sedikit demi sedikit mulai mencair, seiring bola matanya yang menangkap rasa lelah dari raut wajah Brandon yang diperhatikannya dari balik jendela kelas. Meski awalnya ragu, namun akhirnya kaki jenjang Chelsea bergerak juga untuk menghampiri Brandon. 
Air muka Brandon berubah sumringah seketika, melihat gadis yang membuatnya merasa berdosa itu keluar dari dalam kelas. 
"Halo, Kak!" serunya menyapa seraya tersenyum riang, bagi para gadis yang merupakan fans-nya Brandon pasti sudah kejang-kejang sekarang jika mendapat sapaan juga senyuman mautnya tadi, beruntung Chelsea bukanlah salah satu dari mereka. 
"Sudahlah, menyerah saja. Jangan siksa dirimu seperti itu." goda Chelsea tersenyum sinis dengan menyandarkan punggungnya di depan pintu kelas. 
"Tidak bisa. Jika ini adalah satu-satunya cara agar Kakak mau memaafkanku, maka aku akan terus seperti ini." tolaknya keras kepala. 
"Mau sampai kapan, hum?" tanya Chelsea dengan melipat tangannya di depan dada. 
"Sampai kamu mau memaafkanku." jawab Brandon singkat. 
"Ooh ..., baiklah kalau begitu, lanjutkanlah. Aku yakin sebentar lagi kamu pasti akan menyerah." celetuk gadis dingin itu melenggang pergi entah ke mana, Brandon pun tidak tahu itu. 
Hal utama yang Brandon pertahankan saat ini adalah bagaimana caranya agar ia tetap menyelesaikan hukumannya, meski sebelah kakinya sudah kesemutan. 
Buliran keringat yang ada di dahi pemuda itu perlahan meluncur ke bawah dan jatuh tepat di atas kelopak matanya, membuat pengelihatan siswa emas itu sedikit terganggu, Brandon mengerjapkan matanya sekali berharap dengan cara itu air keringatnya dapat hilang, namun yang ia rasakan justru pusing di kepalanya jadi teramat sangat, ketika matanya sedetik lalu ia pejamkan. Seiring dengan kepalanya yang terasa pusing, tubuh Brandon pun mulai kehilangan keseimbangannya, seperti rumput yang tertiup angin, kadang ke kiri kadang ke kanan tidak tentu arah. Hingga pada akhirnya, Brandon tidak sanggup lagi untuk berdiri di sana. 
BRUGH. 
"Brandon ...!!" 
Tubuh Idol Sekolah itu terjatuh lemas tepat di pangkuan Chelsea yang ternyata sejak tadi masih mengamatinya dari kejauhan, samar-samar dari kelopak matanya yang terbuka sedikit, Brandon mengintip sosok yang menyelamatkannya. 
"Hehe ..., Halo, Kak." lirih Brandon tersenyum manis, tepat sebelum ia benar-benar kehilangan kesadarannya. 
©Rainsy™
Saat ini Chelsea dan Brandon tengah berada di Kantin sekolah, dengan menyesap orange juice di gelasnya menggunakan sedotan, bibir Brandon tak henti-hentinya mengulas senyum dengan sesekali melirik gadis manis yang duduk satu meja dengannya. Brandon menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri, sepertinya saat ini pemuda itu tengah bahagia. 
"Jika kamu belum sarapan sama sekali, lalu kenapa kamu melakukan itu semua?!" tegur Chelsea setengah membentak, masih merasa bersalah karena telah membuat Adik kelas setenar Brandon jatuh pingsan. Terlebih lagi saat kejadian itu terjadi, semua orang menyalahkannya. Jika Brandon tidak cepat sadar, mungkin waktu itu Chelsea akan habis dicakar oleh para fans-nya yang meminta pertanggungjawaban. 
"Kenapa aku melakukannya? Itu tentu demi mendapatkan maaf darimu, Kak." sahut Brandon dengan wajah polosnya, 
Chelsea mendengus, kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain. "Kamu sudah selesai bukan? Kalau begitu, aku harus kembali ke kelas sekarang." selorohnya beranjak berdiri dan dengan gerakan cepat Brandon menangkap sebelah tangan Chelsea. 
"Tunggu, kamu mau ke mana, Kak? Aku belum menghabiskan semua sandwich-ku, jadi tetaplah di sini menemaniku." pinta Brandon merengek seperti anak kecil sembari bergelayut manja di lengan Chelsea. 
Gadis berlesung pipi itu menghela napasnya berat, setelah melihat sosok pemuda lain tengah berjalan menuju Kantin, "Lepaskan! Aku benar-benar harus pergi dari sini." tukas Chelsea menghempaskan kasar tangannya lalu segera pergi menjauh. 
Brandon mengernyit bingung melihat sikap kasar Chelsea barusan, meski ia tahu bahwa Chelsea merupakan tipikal gadis yang acuh tak acuh, namun perlakuan tadi bukanlah Chelsea yang Brandon tahu. 
Di tengah kebingungannya, perhatian Brandon teralihkan pada sosok pria yang memiliki postur tubuh lebih tinggi darinya datang ke Kantin untuk mencari Chelsea. 
"Kamu mencarinya? Untuk apa? Bukankah kalian berdua sudah putus?" cetus salah seorang gadis yang duduk bersama ketiga temannya yang lain. 
"Aku dan Chelsea belum putus! Dia hanya salah paham saja denganku, jadi tolong beritahu aku, di mana dia?" tanya pria yang tak kalah tampan dari Brandon tersebut. 
"Dengar ya, Daniel Mahendra, Sang kapten tim basket yang terhormat. Kamu mungkin populer dikalangan para gadis, tapi jika pacarmu saja kamu hianati, maka otomatis kepopuleranmu itu akan menurun. Aku sangat benci pria peselingkuh sepertimu! Terlebih lagi kamu malah berselingkuh dengan sahabat pacarmu sendiri." sela salah satu gadis lain, menbuat Brandon yang sejak tadi menguping, terbelalak kaget. 
Tanpa mencari tahu sebelumnya, sekarang Brandon mengerti, penyebab kenapa gadis cantik seperti Chelsea bersikap sedingin es. 
"Heh! Aku hanya menanyakan pada kalian, di mana Chelsea! Bukan menyuruh kalian untuk menceramahiku!" sembur Daniel menggebrak meja. 
Brandon yang melihat suasana Kantin mulai tidak kondusif karena ulah satu orang itu pun memilih untuk beranjak pergi dari tempatnya. 
Seiring derap langkah Brandon yang  bergerak menjauh, kepergiannya itu dibersamai dengan picingan tajam sepasang mata Daniel yang baru mengetahui dari gadis yang ditanyainya tadi, bahwa ternyata Adik kelas yang populer itu tengah mendekati Chelsea. 
©Rainsy™
"Halo, Kak!" 
Chelsea yang baru saja keluar dari Toilet terkejut, mendapati Brandon sudah berdiri menunggunya di luar, menyapanya lagi dengan senyuman mautnya. 
"Kamu?! Bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini?" tanya Chelsea merasa aneh, karena Brandon dapat dengan cepat menemukan keberadaannya. 
"Itu mudah. Karena seorang gadis, cenderung lebih sering menutupi isak tangisnya di balik suara bising keran air yang menyala. Oh iya, ini untukmu." jawabnya sembari mengacungkan sebatang cokelat pada Chelsea. 
"Apa ini?" 
"Sebatang cokelat untuk perekat hati yang pecah." 
Sebelah alis mata Chelsea terangkat ke atas, merasa bingung dengan ucapan Brandon atau lebih tepatnya merasa aneh. Karena dari mana Flower Boy ini tahu bahwa sejak tadi di dalam Toilet, Chelsea tengah menangisi penghianatan dari kekasih dan sahabatnya beberapa waktu lalu. 
Meski sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin Chelsea tanyakan pada Pemuda di depannya itu, namun mengingat mood-nya sedang tidak baik, ia pun memutuskan untuk melangkah pergi meninggalkan Brandon, setelah sebelumnya menolak cokelat pemberian pemuda itu. 
"Hei, Kak! Tunggu aku!! Kenapa kamu tidak menerima cokelatku?!" tanya Brandon berseru, karena Chelsea sudah terlalu jauh untuk diraih tangannya lagi. 
"Aku tidak suka cokelat! Cokelat membuatku gemuk, aku lebih suka bunga tulip yang selalu berhasil membangun mood-ku yang sedang buruk!" balas Chelsea yang juga ikut berteriak. 
Chelsea melangkah menaiki satu persatu anak tangga menuju lantai dua, tepatnya ruang Perpustakaanlah tempat yang akan gadis itu singgahi. Namun begitu ia menyusuri koridor, dari lantai atas, Chelsea tak sengaja melihat Daniel tengah beradu argumen dengan Ayumi, sahabat Chelsea yang menjadi selingkuhan kekasihnya itu di lantai bawah. 
"Mau sampai kapan kamu seperti ini?!! Aku dan Chelsea sama-sama seorang wanita. Tapi kenapa sekarang kamu justru lebih mementingkan perasaannya? Dia sudah menjadi mantan untukmu, Daniel Mahendra!! Dia hanyalah mantan!!" teriak Ayumi menarik-narik seragam sekolah Daniel. 
"Jangan meneriakiku seperti itu, Ayumi! Please ..., tolong jangan memperumit keadaan. Berhentilah bersikap kekanakan seperti ini! Aku memang mencintaimu, tapi aku juga tidak ingin hubunganku dengan Chelsea berakhir buruk seperti ini. Aku ingin memutuskannya dengan cara yang baik-baik, jadi bersabarlah. Aku akan tetap memilihmu." ungkap Daniel menarik tubuh Ayumi ke dalam rengkuhannya. 
Chelsea memejamkan matanya perih. Tak kuasa terlalu lama menyaksikan momen itu, chelsea pun  bergegas pergi. Namun baru beberapa langkah gadis itu mengayunkan tungkainya ke depan dengan kepala yang masih tertunduk, sepasang sepatu hitam yang mendadak muncul, malah menghalangi jalannya. Penasaran dengan si pemilik sepatu, perlahan Chelsea mengarahkan matanya pada sosok tersebut. 
"Halo, Kak! Apa kamu juga ingin aku peluk?" tanya Brandon merentangkan kedua tangannya lebar. Chelsea berdecih lantas memilih untuk menghindari Brandon dengan mengambil jalan kosong di sampingnya. Alih-alih membiarkannya sendirian, Brandon Sang Adik kelas itu justru tetap mengekor di belakangnya. 
Daniel yang melihat kejadian itu dari lantai bawah, menggeram dalam hati. Meski dalam pelukannya ada seorang gadis cantik, namun hati dan pikiran Ketua Tim Basket Sekolah itu tetap tidak rela melihat Chelsea didekati oleh pria lain, apalagi pria itu adalah Juniornya. 
©Rainsy™ 
Chelsea sampai di Perpustakaan, ia mengambil salah satu buku dari sebuah rak dengan asal. Kemudian bergerak menuju sebuah bangku yang sudah lebih dulu Brandon geser untuknya, dengan tersenyum lembut ia mempersilakan Chelsea untuk duduk layaknya seorang Pangeran pada Sang Putri yang akan diajaknya berdansa. 
Bukannya langsung duduk, Chelsea justru memutuskan untuk duduk beralaskan lantai Perpustakaan, dengan punggung yang ia sandarkan pada rak buku besar di belakangnya. 
Melihat hal itu, mau tak mau, Brandon juga mengikuti apa yang gadis manisnya lalukan, ia duduk bersilah menghadap Chelsea yang mulai serius membaca buku yang tadi diambilnya. 
Suasana sunyi Perpustakaan perlahan membuat Brandon yang suka sekali berbicara, mulai merasa tidak nyaman. Karena tak betah dengan keheningan di sekitarnya, ia pun menarik buku yang menutupi wajah Chelsea ke bawah. 
"Kak! Boleh aku bicara?" tanya Brandon meminta izin. 
Chelsea yang sebenarnya tidak ingin diganggu, kembali mengangkat buku itu untuk menutupi wajahnya. 
"Meski aku melarangmu untuk bicara, kamu pasti akan tetap mengoceh." jawabnya membuat Brandon terkekeh. 
"Kamu tahu? Kemarahan adalah sumber utama datangnya penyakit hati bernama kebencian. Jika Kakak tidak cepat menghilangkan kemarahanmu, Kakak bisa menjadi orang jahat nantinya." ungkap Brandon berlagak bijak. 
"Menjadi orang jahat? Mungkin lebih bagus seperti itu, dari pada seperti sekarang ini. Jadi baikpun percuma, jika terus menerus disakiti dan dikhianati. Sepertinya aku sudah salah menjadi orang baik, karena kedua orang yang aku sayangi sekarang menusukku dari belakang." timpal Chelsea dengan matanya yang ternyata sudah berkaca-kaca. 
"Kak, menjadi orang baik bukanlah sebuah kesalahan. Saat ini kamu hanya salah menempatkan diri saja." balas Brandon menciptakan kerutan samar di dahi Chelsea. 
Brandon yang menangkap ketidakpahaman di wajah Kakak kelasnya tersebut, lantas berdehem pelan kemudian berkata, "Bersikap baiklah padaku. Maka aku akan membalasnya dengan jutaan kali lipat kebaikan." sambung Brandon menelisik lebih dalam makna di balik ekspresi wajah Chelsea yang sendu dari samping. 
"Jangan salahkan dia yang sudah menghianatimu. Karena jika dua orang gadis tumbuh dan bersahabat sangat dekat, maka kemungkinan mereka akan jatuh cinta pada satu pria yang sama, sangatlah besar. Dan itu sudah dibuktikan keakuratannya oleh psikolog. Maka dari itu jangan membenci sahabatmu, karena meski sekarang Kakak merasa tersakiti, bisa saja saat ini perasaan sahabatmu itu jauh lebih sakit." 
"Benarkah? Dari mana kamu tahu semua kata bijak itu?" tanya Chelsea takjub, karena ia merasa pemuda di depannya itu jauh lebih dewasa dari Chelsea yang usianya lebih tua. 
Brandon cengengesan dengan sebelah tangannya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Aku, membacanya dari sini." tuturnya menunjukan gadget di tangannya. 
Chelsea mendelik, menatap layar gadget Brandon. Sejurus kemudian ia tersenyum, dan senyuman itu perlahan-lahan mengembang menjadi sebuah tawa lebar dan diikuti oleh Brandon yang ikut tertawa lega, karena dapat membuat gadis dinginnya menjadi hangat. 
"Chel. Ikut aku, ada yang ingin aku bicarakan denganmu!" sela Daniel yang mendadak muncul entah dari mana, menarik paksa lengan Chelsea dan menyeretnya keluar dari Perpustakaan, menyisakan Brandon dengan ribuan perasaan yang berkecambuk di hatinya. 
"Pendekatan, bukanlah proses di mana kita mencari tahu sebanyak-banyaknya tentang apa yang gadis kita sukai. Melainkan pendekatan adalah sebuah proses di mana kita mencari tahu berapa banyak hal yang gadis kita benci. Karena saat gadis yang kita sukai itu tengah bad mood, setidaknya kita tidak melakukan sesuatu hal yang membuatnya semakin membenci kita."-Brandon Mussu, Next Love. 
To be Continued

หนังสือแสดงความคิดเห็น (18)

  • avatar
    PonorogoNanda

    ceritanya bagus dan Sangat menghibur ke gabutan saya

    16/07

      0
  • avatar

    keren

    15/07

      0
  • avatar
    HAFIZHMUHAMMAD

    5000

    15/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด