logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Next  Love

Next Love

Rainsy


บทที่ 1 Bus

Lonceng tanda pulang sekolah baru saja dibunyikan, ratusan siswa dan siswi dari dalam kelas mereka masing-masing, berbondong-bondong menyerbu gerbang utama Sekolah umum tingkat akhir itu. 
Namun ada pemandangan berbeda tepat di depan kelas 1A.4 yang memperlihatkan, beberapa gadis dengan wajah manis sedang berkerumun di depan kelas. Tepat saat seorang pemuda berwajah tampan, keluar dari kelas yang baru dihuninya sejak satu bulan lalu. 
Suara riuh teriakan kekaguman menggema di seluruh lorong kelas. Gadis-gadis itu, sengaja mengesampingkan rasa lelah ingin segera beristirahat di rumah mereka masing-masing, hanya demi mengantar pemuda yang memiliki nama lengkap Brandon Mussu itu untuk pulang --ya walaupun hanya sampai di depan Halte Bus saja. Karena faktanya, Brandon selalu memagari pengagum-pengaggumnya itu agar tidak terlalu jauh mengetahui kehidupan pribadinya. 
"Brandon! Jangan lupa ya, nanti hubungi aku dinomor ini!" ucap salah seorang gadis berponi, menyodorkan secarik kertas bertuliskan angka ponsel pada flower boy yang selalu dikerubuti lebah-lebah twiler itu. 
Brandon yang kedua lengannya dirangkul ke sana kemari oleh gadis lain, hanya dapat menganggukan kepalanya, seraya mengulas senyum yang bagaikan angin Surga bagi gadis yang memberikan nomor ponselnya tadi. 
"Brandon, ini untukmu. Tolong disimpan baik-baik ya? Dan jadikan dia teman tidurmu!" ucap salah satu gadis lainnya lagi, memberikan boneka berbentuk hati pada pria yang suka sekali memakai hoodie itu. 
"Baiklah, aku terima. Sekarang, bisakah kalian melepaskan aku, Nona-nona? Karena Bus-ku akan segera datang." timpal Brandon mengakhiri rangkulan yang sejak tadi menggelayuti jemari, lengan, bahu, dan juga punggungnya. 
Meski tidak rela melepas Brandon yang notabene seorang artis yang sedang naik daun untuk menjauh pergi, namun pada akhirnya, mereka harus tetap menerima perpisahan itu. Toh masih ada hari esok dan esoknya lagi. 
Ketika tubuh Brandon telah sepenuhnya terlepas dari jamahan para penggemar, Brandon lantas melambaikan tangannya, sebagai salam perpisahan untuk para gadis yang didominasi oleh Kakak-kakak kelasnya itu, seraya mengerlingkan sebelah matanya genit. Dan hal itu sukses mengundang teriakan takjub dari para fans-fans fanatik'nya. 
Rupanya kebahagiaan yang tercipta di sana, tak serta merta ikut dirasakan oleh seorang gadis berseragam sama yang tengah duduk seorang diri di Halte Bus, dilihat dari mimik wajahnya, sepertinya gadis dengan name tag Chelsea Linn di seragamnya itu tampak terganggu. 
Videotron di Jalan yang dilihatnya sedang menayangkan sebuah iklan minuman dengan menggunakan sebuah anggota boyband sebagai modelnya, menjadi pemandangan yang kerap gadis itu jumpai di berbagai kelokan jalan Ibu Kota. Memang, tahun ini kemunculan Boyband cukup menjamur. Dan tak dipungkiri juga untuk Chelsea mengakui, bahwa ada beberapa boyband dalam negeri yang kualitasnya cukup mumpuni. Namun, jika mengingat ketenangan suasana Sekolahnya jadi terusik oleh kehadiran seorang siswa baru yang notabene merupakan salah satu member dari grup boyband yang sedang merintis, rasa-rasanya kegemaran Chelsea terhadap boyband jadi sedikit menurun dibuatnya. 
Enggan mendengar lengkingan teriakan yang dianggap berlebihan itu, Chelsea memilih untuk memasang earphone putih di kedua telinganya, lalu menyalakan musik dengan volume tinggi untuk meredam suara teriakan tersebut. 
Melihat apa yang Chelsea lakukan, sepasang mata Brandon yang semula tertuju pada pergerakan mobil Bus yang baru saja berhenti, kini beralih menatap makhluk cantik yang justru mengabaikannya. Ketika gadis manis itu berlalu di hadapannya guna menaiki kendaraan umum tersebut, mendadak semilir angin musim semi datang berembus ke arah Brandon. Membawa bunga dari pohon Tabebuya yang sedang  berguguran itu datang menghiasi pertemuan pertama mereka. 
Tak ingin kehilangan kesempatan berkenalan dengan gadis yang sukses menaikan ritme degup jantungnya saat kali pertama bertemu, Brandon bergegas mengekor di belakangnya. Saat langkah kaki Brandon telah sempurna menapak di atas lantai Bus, dan melihat bahwa suasana dalam mobil besar tersebut lengang, tanpa ragu, pemuda itu segera menempatkan diri duduk di kursi kosong yang menjadi targetnya. 
Awalnya, Brandon dan Chelsea hanya saling diam meski posisi duduk mereka berdekatan. Mulut Brandon seolah kelu, tak dapat ia gerakan seketika. Padahal niat hati, pemuda itu sangat ingin menyapa gadis manis di sampingnya itu. Bahkan, suara yang biasa Brandon gunakan untuk memuji para gadis fans garis kerasnya pun mendadak tak dapat keluar dari kerongkongannya. 
Astaga .... 
Apakah memang sehebat ini efek dari jatuh cinta pada pandangan pertama? Brandon Sang Idola bak manekin hidup dalam beberapa menit di awal perjalanan Bus itu melaju. Setelah belasan kilometer terlewati, barulah keberanian Brandon muncul. Tepat setelah telinga Brandon sayup-sayup menangkap suara emas G-Dragon yang Chelsea gunakan untuk menyumpal telinganya. Brandon yang penasaran, akhirnya memutuskan untuk membuka obrolan. 
"Itu Black-nya GD feat Jennie Kim bukan? Kamu suka KPOP ya ternyata? Apa kamu juga nge-fans sama leader Bigbang?" celetuknya sekaligus bertegur sapa. 
Merasa ditanya, Chelsea melepas satu earphone-nya lalu menoleh ke samping tepat ke arah manik mata Brandon. "Ya. Sama halnya seperti gadis-gadis yang mengerumunimu tadi, mereka juga menyukai musik yang sama denganku." sahut gadis berparas imut itu kembali memasang earphone yang sempat ia lepas tadi, namun sedetik kemudian Brandon melepasnya lagi dan memasangkan ke telinga kirinya sendiri. 
"Gadis-gadis itu adalah Kakak kelas yang agresif. Mereka memberikan banyak barang untukku dengan cuma-cuma. Padahal aku saja tidak tahu nama mereka." ucap Brandon sembari memeluk sebuah boneka berbentuk hati pemberian fans'nya tadi. Sadar ocehannya tak ditanggapi, Brandon lantas tersenyum miring, "Padahal aku belum menjadi adiknya G-Dragon Bigbang, tapi fansku sudah menjamur di sini," lanjutnya terdengar seperti sedang menyombongkan diri. 
Alih-alih merespon lawan bicaranya yang tengah naik daun wara-wiri diundang oleh banyak stasiun TV karena bakatnya dalam bernyanyi dan dance, Chelsea yang mendengar celotehan sombong Brandon pun memilih tak mau ambil pusing. Gadis bersurai hitam sebahu itu segera beranjak berdiri dari kursinya, membuat earphone yang ada di telinga Brandon secara otomatis terlepas. 
"Nek, silakan duduk saja di sini." 
Brandon dibuat terkesima melihat kebaikan hati Chelsea yang memberikan tempat duduknya pada seorang wanita tua yang baru masuk ke dalam Bus. 
"Sungguh? Apa tidak apa-apa, Nak? Jika Nenek menempati kursimu? Lalu, bagaimana dengan pacarmu?" timpal sang Nenek membuat Brandon mengangkat sepasang alis tebalnya terkejut. 
"Oh, tentu saja tidak apa-apa, Nek. Silakan, duduk. Biar saya berdiri saja." Sahut Brandon yang baru menyadari bahwa ternyata mobil Bus yang ditumpanginya tersebut sudah penuh orang. Alhasil, karena kursi mereka ditempati oleh Sang Nenek yang membawa sebuah tas besar, Brandon dan Chelsea pun mau tak mau harus berdiri dengan satu tangan yang bergelantungan erat pada besi penyangga. 
Kini, Brandon yang berdiri sejajar dengan Chelsea menghadap ke arah jendela, kembali mencuri-curi pandang ke arah samping. Melihat sebelah earphone yang menggantung di bahu kanan Chelsea menganggur, tanpa meminta izin lebih dulu Brandon langsung menyambar dan kembali memasangkan earphone itu ke telinga kirinya. 
Tampaknya Brandon sangat menyukai salah satu musik karya G-Dragon tersebut. Hingga bukan hal yang aneh jika ia ingin mendengarkan juga lagu idolanya yang diputar Chelsea sampai selesai. 
"Jika kamu jadi salah satu penggemarku, kamu pasti bangga dan bahkan mungkin bisa salah tingkah karena dianggap sebagai pacarku oleh Nenek ini." Lirih Brandon setengah berbisik di dekat daun telinga Chelsea. "Tapi untungnya, kamu bukan golongan mereka. Jadi kamu tidak sampai hyperaktif mendapat pujian itu. Benar begitu 'kan?" Lagi. Untuk yang kedua kalinya, kalimat yang Brandon lontarkan sebagai wujud gurauannya itu tak digubris sama sekali oleh Chelsea yang masih konsisten memasang sikap dinginnya. 
Pantang menyerah, Brandon kembali mencari topik pembicaraan lainnya. "Jika mengingat keseharianku di Sekolah. Presepsiku jadi sedikit berubah. Karena aku pikir ..., hanya gadis muda seusiaku dan di bawahku saja yang selalu bersikap kecentilan. Tapi ternyata, gadis tua pun membuatku kuwalahan karena keagresifannya." celetuk Brandon berikutnya yang dibalas tolehan tajam oleh Chelsea. 
"Apa?! Gadis tua katamu?" 
"Iya, gadis tua. Gadis yang usianya di atasku. Seperti Kakak kelas di sekolah kita tadi, mereka lebih liar dibanding gadis yang memanggilku Oppa. Bahkan meski menyadari usianya di atasku, ada saja Kakak kelas kita yang tetap memanggilku Oppa. Hahaha ..., itu lucu bukan!" timpal Brandon tertawa renyah, namun ekspresi itu sangat kontras dengan mimik muka Chelsea yang mengeras dan memilih melempar pandangannya kembali ke arah jendela Bus. 
Menyadari guyonan dari celotehannya tidak berhasil membuat gadis imut di sampingnya ikut tertawa. Gurat lebar di wajah Brandon pun perlahan menyusut. "Ehm, tidak lucu ya?" ujarnya memasang kembali sikap cool di wajahnya. 
"Jika kamu tidak menyukai Kakak-Kakak kelas itu, lalu untuk apa kamu memberikan banyak perhatian pada mereka? Itu namanya memberi akses untuk mereka tetap menganggapmu spesial. Apa semata-mata demi kelangsungan kariermu itu? Atau hanya demi menjaga imej? Apapun itu alasannya, menurutku kamu terlalu kejam. Karena kamu sama saja sedang mempermainkan perasaan tulus para Kakak kelasmu itu." balas Chelsea tanpa melihat wajah lawan bicaranya barang sedikit pun. 
Brandon kembali berdehem, menyadari bahwa semua perkataan pedas yang Chelsea katakan benar adanya. Lagi pula, Brandon adalah tipe pria yang suka sekali diperhatikan oleh banyak orang, dan jika sikap tebar pesonanya itu ia hentikan untuk para gadis, rasanya Brandon akan kehilangan separuh jiwanya. 
"Siapa bilang keramahanku hanya demi menjaga Imej. Sikapku begini juga karena aku tulus mencintai semua fans-ku. Hanya saja. Aku cukup bangga dan percaya diri karena kegantengan wajah dan kesempurnaan penampilanku. Kepercayaan diri itu wajib hukumnya buat kita miliki." ungkap Brandon yang disambut nyinyiran tipis di bibir Chelsea. 
"Menurutmu, bagaimana?" tanya Brandon yang lantas menghadap Chelsea dengan kedua tangan yang sibuk merapikan tatan rambutnya. 
"Bagaimana apanya?" 
"Apa pendapatmu tentang diriku?" papar Brandon memperjelas maksud pertanyaannya barusan. 
Dengan malas, Chelsea melihat kilas ke samping dan mendapati Brandon tengah mengerlingkan mata padanya. 
"Ya. Harus Kuakui, kamu itu memang tampan dan ... Eum, dan ...," 
"Dan apa?" sela Brandon antusias tak sabar menunggu hasil dari babak penentuan pujian Chelsea. 
"Dan sepertinya menderita syndrom percaya diri akut!" ulas Chelsea melanjutkan kalimatnya. 
Brandon yang seolah mendengar pujian terakbar dari bibir manis gadis di sampingnya itu, seketika melonjak girang. 
"Yes!! Aku menderita syndrom ..., Apa kamu bilang tadi?" tanya Brandon lagi setelah menyadari bahwa sepertinya ada sesuatu yang salah dari ucapan yang telinganya tangkap. Mana mungkin bukan, gadis cantik di sampingnya baru saja menghinanya dengan memvonis bahwa Brandon menderita sebuah penyakit bernama, "Syndrom percaya diri akut kamu bilang?" ucapnya melemah. Chelsea mengangguk enteng. 
Ingin rasanya Brandon untuk memprotes ejekan Chelsea. Namun karena ia tidak ingin merusak suasana, Brandon pun memilih untuk ikhlas dikatai seperti apapun oleh gadis bermata besar nan berbibir mungil itu. 
"Oh ya, sejak tadi kita belum berkenalan. Namaku Brandon, Brandon Mussu dari kelas 1A.4 calon adik dari G-Dragon Bigbang. Dan siapa namamu? Kamu kelas 1 apa?" ujar Brandon mengalihkan kekecewaannya lewat proses perkenalan secara resmi dengan mengulurkan tangannya ke arah Chelsea. 
Gadis berlesung pipi itu menatap telapak tangan di depannya kilas, lalu beralih menatap wajah sang pemilik tangan. Seraya tangannya yang menjabat tangan Brandon, ia berujar, "Perkenalkan, namaku Chelsea Linn, dari kelas 3A.1. Senang bisa berkenalan denganmu, Adik Kelas!" ujarnya penuh penekanan yang berhasil membuat Brandon terkena struk mendadak. 
"Ja-jadi, kkamu ...," 
"Ya, benar. Aku adalah salah satu gadis tua yang menjadi Kakak Kelasmu." potong Chelsea mempertegas identitasnya. 
Bagai terkena sambaran petir di siang bolong, mata dan mulut Brandon terbuka lebar  ketika mendengar pengakuan dari gadis imut di sebelahnya. 
"Ini tidak mungkin, bagaimana bisa gadis semanis dirimu menjadi Kakak Kelasku?" gumamnya yang nampak masih syok. Chelsea tersenyum miring, kemudian menunjukkan kartu siswa miliknya pada Brandon yang sudah seperti manekin hidup itu. 
"See, kamu lihat bukan? Berapa tanggal lahirku yang tertera di sana? Biar kuperjelas, tak semua gadis tua yang kamu cap agresif itu benar-benar agresif dan kekanakan. Kamu mengerti, Adik?" tuturnya mengacak kesal tatanan rambut Brandon sebelum beranjak keluar dari dalam Bus. 
Brandon menepuk dahinya keras, berusaha menghilangkan rasa malunya dengan menutupi wajah menggunakan kelima jarinya. "Mati aku!!" 
©Rainsy™ 
"Pertemuan pertama, adalah tolok ukur yang sangat berpengaruh pada apa yang akan terjadi di pertemuan kedua, dan yang berikutnya." -Next Love. 
To be continued

หนังสือแสดงความคิดเห็น (18)

  • avatar
    PonorogoNanda

    ceritanya bagus dan Sangat menghibur ke gabutan saya

    16/07

      0
  • avatar

    keren

    15/07

      0
  • avatar
    HAFIZHMUHAMMAD

    5000

    15/06

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด