logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Ketakutan yang Teramat Sangat

Tia masih mematung tak percaya apa yang baru saja ia lihat. Bayangan itu membalikkan badannya. Dengan perlahan tapi pasti Tia melihat mukanya yang hancur, matanya yang merah, seketika dia mencium bau amis yang sangat membuatnya ingin muntah, mulut dengan gigi runcing, layaknya binatang buas ingin segera menerkam, kuku tangannya yang sangat tajam membuat Tia ingin segera meninggalkan tempat itu, tapi dengan cepat makhluk itu berada di depan nya.
Tia memejamkan matanya, bahkan untuk bernafas pun Tia tak sanggup, dia menahan nafas, dengan muka ketakutan, mulut yang tak sanggup berteriak sepatah kata pun. kukunya menyentuh pipi Tia, kukunya sangat panjang, dengan bererapa jari tangan yang tak seperti manusia. Makhluk itu menggoreskan kukunya ke pipi Tia sehingga meninggalkan luka, Tia tak tau harus bagaimana. Matanya hanya terpejam, badannya bergidik ketakutan, dia tak berani membuka matanya. Dia tak sanggup melihat makhluk itu.
Kemudian tiba-tiba terdengar suara, suara yang sangat berat, suara seperti seseorang yang sangat kesakitan. Tia yang terlalu takut dia tak mendengar jelas apa yang dia katakan. Ya, sepertinya makhluk itu ingin berkomunikasi.
Tia memberanikan diri membuka matanya perlahan, matanya melihat mulut monster itu terbuka lebar, terlihat gigi taringnya yang sangat tajam, mengeluarkan bau yang sangat menjijikkan. Tia merasa lemah melihat hal tersebut, air liurnya yang menetes mengenai baju Tia, kemudian meleleh seperti lilin.
Kulit tia yang terkena air liur itu membiru, padahal hanya satu tetes kecil yang terkena. Bagaimana kalau Tia sampai tergigit? Makhluk itu mengerang kuat. Seperti akan memakan Tia, kemudian Tia tebangun dari tidurnya, jam menunjukkan pukul 02.00 pagi, badan Tia masih bergetar mengingat mimpi yang seperti nyata. Dia memeluk tubuhnya, badannya basah keringat nya mengucur di mana-mana. Dia melihat sekeliling, masih tak bisa membedakan mana kenyataan. Hanya dia yang terbaring di tempat itu, dia melihat kedua tangannya yang masih bergetar.
Meraba sikunya yang dalam mimpinya biru terkena liur makhluk itu. Ternyata terdapat lubang yang sama persis seperti mimpinya, baju yang ia kenakan meleleh, siku nya pun berwarna biru seperti dalam mimpi, dia sangat shock, memegang pipi kirinya. Ternyata darah mengalir di pipinya. Seperti bukan mimpi, Tia melihat sekeliling dengan keadaan takut yang luar biasa, dia memegang kepalanya yang masih tak mempercayai kejadian yang ia alami, sungguh sangat mengerikan.
****
Bagaimana jika makhluk itu datang dan membunuhnya? Bahkan untuk membayangkan itu Tia tak sanggup. Tia yang masih dalam keadaan antara sadar dan tidak mendengarkan erangan yang pernah ia dengar. Itu adalah erangan makhluk dalam mimpinya, terdengar sangat dekat, begitu dekat, Tia hanya bisa duduk di atas kasur dan menutup matanya.
Dia tak tahu apa yang terjadi, sulit baginya untuk mempercayai hal yang baru saja terjadi. Terdengar suara keras mendobrak pintu kamar nya. Dan sesuatu masuk ke kamarnya, Tia tidak berani membuka matanya. Dia menyelimuti badannya dengan selimut miliknya.
Lampu kamarnya redup, hanya lampu tidur yang menyala, tapi Tia bisa merasakan sesuatu mendekat, semakin dekat, bayangannya berada di samping kamar Tia. Tia semakin ketakutan, dia menutup mulutnya dengan tangan, menutup matanya, menahan nafasnya kemudian sesuatu yang tak di inginkan terjadi.
Makhluk yang ada dalam mimpinya menyibakkan selimut Tia, Tia kembali berhadapan dengan makhluk mengerikan itu, Tia melihatnya dengan tatapan ketakutan. Kemudian makhluk itu mencengkram nya dengan tangannya yang mengerikan, mengangkatnya kemudian membantingnya ke lantai.
Dengan begitu Tia tebangun dari tidurnya. Baru kali ini dia terbangun yang nyata, dia terkejut di depan nya sudah ada Tiara dan Joe. Dia yang masih tak sadar antara mimpi dan kenyataan pun hanya melotot mengingat kengerian yang baru ia rasakan. Rasanya seperti sangat nyata, dia melihat sikunya, menyentuh pipi kirinya, ternyata tidak ada apa-apa.
Dia melihat jam di depannya, ternyata masih jam 02.00 bedanya dia terbangun di ruang tamu, da nada Joe beserta Tiara di depannya. Tia kembali larut dalam lamunan, badannya terasa lemas.
Mukanya pucat pasi seperti baru lari dari kematian.
“Tia, loe kenapa?” Tanya Tiara sambil menggoncangkan tubuh Tia, dia melihat Tia yang shock setelah bangun dari pingsan.
Tia yang masih dalam keadaan trauma hanya menghiraukan Tiara.
“Tia!!” seru Tiara mengancurkan kegelisahan dan kengerian Tia yang baru ia rasakan
Tia reflek memeluk Tiara kuat, sangat erat, seperti orang yang ketakutan. Akhirnya setelah beberapa menit dia mulai melepaskan pelukannya.
“Kalian kenapa di sini?” tanya Tia.
“Loe tiba-tiba pingsan, kurasa loe kecapekan Tia” kata Tiara.
“Pingsan?”
“Iya, setelah Jeslyn dan yang lain pergi aku janji mau nginap, tapi baru mau ku masukin barang ku tiba-tiba Joe teriak minta tolong,”
“Iya sayang, kamu pingsan dari semalam, kalau kamu merasa sakit, kita bisa undur sampai kamu merasa enakan,” kata joe perhatian.
“Aku nggak apa kok!” kata Tia meyakinkan
Tia kembali mengingat mimpinya di saat dia pingsan, terasa nyata. Bahkan untuk mimpi kengeri an itu masih membekas, belum pernah ia rasakan ketakutan yang sangat mendalam. Dia beruntung itu hanya mimpi. Joe menghela napas,
“Kami memang tak pernah bisa mengubah tekadmu,”
“Semua akan baik-baik saja Joe, tak perlu khawatir, Aku strong kok!”
“Oke, kali ini aku tak bisa menolak lagi. Tapi kamu harus banyak minum vitamin sama istirahat yang cukup setelah kita sampai di sana.”
Dengan begitu mereka beristirahat untuk sekejab sbelum mempersiapkan keperluan untuk menginap di Shady Sack. Pagi itu pukul 05.00 dia melihat sekitanya hanya ada Joe yang tidur di sofa, sementara Tiara tidak ada di sampingnya.
Dia pun turun dari ranjang nya, pergi keluar mencari Tiara,
“Tiara,,” panggil Tia yang tak kunjung mendapat balasan.
“Prang,,,” suara barang pecah terdengar nyaring pagi itu. Suara tersebut datang di lantai satu arah ruang makan.
Tia masih sesekali memanggil Tiara sambil berjalan menuruni tangga dengan perlahan. Sesampainya di bawah dia melihat bayangan seseorang di daerah ruang makan, kembali dia memanggil nama sahabatnya.
“Tiara,,,”
Dia berjalan perlahan, pelan tapi pasti menuju ruang makan, sesampainya di sana dia tak dapat menemukan siapapun, dia menghela nafas lega. Dia berjalan menuju dapur, mengambil roti dan mengolesi selai strawberry yang ada di sampingnya. Baru saja makanan itu masuk di mulut nya, dia melihat ada bayangan di belakangnya lewat teko minum yang mau ia ambil.
Kemudian “Bruak, Prang ”
“Aaww,,,” Tia yang membalikkan badannya terbentur sesuatu kemudian terjatuh, teko yang ia pegang terpelanting ke lantai. Sementara Tia terjatuh dengan mulut masih penuh dengan roti yang ia buat.
“Ya ampun Tia, loe kenapa, sih? “ Tanya Tiara sambil mengulungkan tangannya kepada Tia.
“Loe sih ngagetin, gue kira siapa?”
“Emang siapa? Cuma ada kita bertiga di rumah ini Tia,” kata Tiara.
Tia pun berdiri dibantu oleh Tiara, “Loe gak apa-apa, kan?” tanya Tiara.
“Aku gak apa-apa kok! Kamu ngapain di sini pagi-pagi buta gini!”
“Aku laper, baru juga mau minum susu, eh aku dengar ada yang manggil aku di atas. Karena kaget jatuh lah minum ku. Pas aku beres-beres tangan ku kena pecahan kaca, jadi aku plaster tangan ku dulu, setelah itu aku melihatmu di sini”
Terlihat tangan Tiara ada yang ia balut dengan plaster, menandakan ia berkata yang sejujurnya.
“Kasian, ternyata sahabatku ini lapar”
“Terus kamu ngapain di sini?” tanya tiara penasaran.
“Aku tadi yang manggil kamu, tapi aku cari kamu nggak ada, terus aku makan deh karena lapar” kata Tia menjelaskan dengan tangan masih memegang roti.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (23)

  • avatar
    Putra AsmaraDanta

    bagus banget cerita nya pokok nya de best

    07/10

      0
  • avatar
    ZhafiraFun With

    okeh lumayan

    04/08/2023

      0
  • avatar
    Fitri

    ceritanya menarik dan manantang saya suka

    26/05/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด