logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 6 Jangan pergi! hati-hati! api!

Joe pergi ke depan setelah mendengar suara mobil mendekat. Dia terkejut melihat sosok yang dibawa Glen, orang tua renta dengan luka di tangannya. Luka persis dengan luka yang di buat oleh sang pelaku.
“Ayo masuk!” bentak Glen
“Dia,,,?”
“Nanti gue jelasin, sekarang kita masuk,Joe.” Kata Glen melangkah masuk ke dalam rumah.
Mereka bertiga masuk kedalam, Glen dengan kasar menarik orang tua itu kemudian mendorongnya kedepan Tia, hingga orang itu jatuh tersungkur.
“Apa-apaan sih loe Glen? Udah gak waras loe ya?” Kata Tiara sembari membantu mendirikan orang itu.
“Ngomong! Apa perlu gue paksa?” bentak Glen
Orang itu ketakutan melihat Glen, badannnya bergetar hebat, semua mata tertuju padanya, rasa takut, dan ragu menyelimutinya. Glen yang tak sabar kembali memaksanya bicara dengan cara mendorongnya ke hadapan Tia.
“Cepet!”
“Ssa ssa,,”
“Buruan!!”
“Ssa ya, saya minta maaf neng,” kata nenek tua itu sambil memegang tangan Tia.
“Lama amat sih ngomong gitu doing! Dia ini pelakunya!” kata Glen.
Semua orang terkejut atas ucapan Glen, semua tak menyangka nenek itu pelakunya, badannya yang kecil, penuh luka lebam, membuat mereka iba, tapi, apakah betul dia pelakunya?
“Kenapa? Untuk apa, Nek?” tanya Tia
“Neng tidak boleh pergi neng, bahaya, neng harus hati-hati, api!!!” kata nenek itu yang kemudian histeris seperti orang gila, dia tertawa, menangis, menggenggam erat tangan Tia, Khenzo yang di samping Tia meraih Tia, melepaskan Tia dari genggaman nenek itu.
Sang nenek mundur, mendongak ke atas, tertawa, menangis, mengatakan hal yang tak masuk akal.
“Jangan pergi, dia akan marah! Dia bangkit, hahahaha, anak sialan itu bangkit, hahahaha kalian semua pelakunya!!!” kata sang nenek dengan segala ekspresi yang ia keluarkan, membuat semua orang di ruangan itu bergidik ngeri, dia tersenyum, kemudian menangis, kemudian marah kepada Tia, melarangnya untuk pergi.
Pak Ujang kemudian memukul tengkuk nenek itu hingga kemudian dia pingsan, “Dasar orang gila,” umpatnya.
“Apa maksud semua ini Glen?” tanya Tia.
“Seperti yang loe lihat, dia orang gila, gak usah peduli”
“Terus maksudnya dia? Dia siapa? Hati-hati api? Apa maksudnya?”
“Dia pernah kehilangan anak nya di tempat itu, anaknya terkena kebakaran berapa tahun yang lalu, terus anaknya meninggal. Ya seperti yang kalian lihat, dia jadi gila, dia pembantu gue. Mungkin dia denger pas gue ijin ke bokap kalo gue mau ke Shaddy Shack, terus dia jadi ingat anaknya. Cukup jelas?”
Sejujurnya hal itu masih mengganjal dibenak Joe, bagaimana bisa orang gila tau rumah Tia? Tapi yang terpenting pelaku nya sudah tertangkap, jadi semua bisa tenang untuk sementara, tetapi dia mulai ragu untuk pergi ke tempat itu setelah kejadian ini. Dia merasa ada hal janggal yang disembunyikan Glen.
“Ayo pulang” kata Jeslyn kepada Glen.
“Sorry,, gue,,” kata Joe terputus
Jeslyn mengangkat tangan kirinya tanda Joe untuk mengakhiri pembicaraan. “It’s ok!”
Hanya itu yang terucap oleh Jeslyn kemudian melangkah pergi bersama Glen, mereka membawa pembantunya bersama, kemudian menghilang dibalik pintu. Untuk beberapa saat semua menjadi hening.
“Kalian yakin masih ingin pergi?” Khenzo membuka suara.
“I’m not sure!” kata Joe.
“Kita tetap pada rencana!” kata Tia yakin.
“Setelah semua kejadian ini? R u kidding me?” kata Joe heran terhadap sikap Tia yang tak tergoyah setelah kejadian itu.
Joe memegang kepalanya yang tak pusing, dia kemudian menggapai tangan Tia, menanyakan Tia untuk terakhir kalinya.
“Kamu yakin?”
“Iya, bahkan setelah kejadian ini, aku makin yakin”
“Aku akan membatalkan sesi kalau tiba-tiba terjadi sesuatu” kata Joe yang kemudian melepas genggaman Tia. Kemudian pergi keluar, dia merasa kecewa dengan sifat Tia yang egois dan tak mementingkan yang lain.
“Joe tunggu!” Teriak Khenzo, kemudian lari mengejar Joe.
Tiara kemudian menyambut Tia, merangkulnya,
“It’s okay, Tia, dia Cuma butuh waktu,” kata Tiara
Tia hanya memegang tangan Tiara, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Tiara mengajaknya untuk duduk, Tia yang masih down memegang kepalanya, dia merasa dia membuat kesalahan.
“Aku merasa Joe selalu memaafkan ku, tapi sepertinya hari ini aku membuat kesalahan yang tak bisa dimaafkan,” kata Tia.
“Tenang Tia, aku rasa dia cuma butuh waktu buat sendiri!”
Sementara itu di mobil Jeslyn berdebat dengan Glen,
“Jelasin, maksudmu apa? Kita udah sampai sejauh ini! Kenapa bisa manusia ini datang? Gimana kalo mereka cancel pemotretan itu” tanya Jeslyn .
“Gak masalah, semua akan tetap pada rencana, sekarang Tia pasti tetep kekeh pada pendiriannya, aku tau Tia seperti apa! Yang wajib kita khawatirin itu Joe, dia pasti bakal aware ada sesuatu yang gak beres sama kita” jawab Glen sambil mengendarai mobilnya.
“Oke, kalo gitu apa rencana kita?”
“Menunggu, cuma itu yang bisa kita lakuin sekarang,”
Ternyata apa yang Jeslyn lalukan di depan semua orang hanyalah bohong belaka, jujur awalnya dia kaget karena dia tak merasa melakukan terror tersebut, bahkan dia sempat takut untuk melanjutkan niatnya, tetapi setelah dia tau siapa pelakunya dia lebih takut kalau rencana yang mereka susun gagal.
Setelah insiden tersebut, hari berjalan seperti biasa, tidak terjadi terror menakutkan lagi, Tia dengan tenang melewati harinya, bahkan Joe sudah kembali men-supportnya. Sehari sebelum kepergian, mereka kembali bertemu di rumah Tia untuk memastikan plan tetap berjalan seperti semula. Joe sejujurnya masih ragu untuk melakukan perjalanan tersebut, tapi apa boleh buat, semua sudah fix, tiket sudah dibeli, resort sudah dipesan, semua berjalan sesuai keinginan Tia. Jeslyn dan Glen saling menatap kemudian tersenyum karena rencana mereka berjalan sesuai rencana.
“Jadi, jangan lupa besok jam 06.00 kita harus udah kumpul di rumah Tia, oke?” Jelas Tiara.
“Oke” semua orang setuju untuk berkumpul pukul 06.00 pagi.
***
Malam harinya Tia duduk di teras rumahnya, melihat ada bayangan hitam lewat gerbang rumahnya. Tia yang penasaran, kemudian berjalan menuju gerbang rumahnya. Berjalan mengendap, perlahan, kemudian memanggil.
“Bi,, Pak,,, Bi Sumi,,!! Pak Ujang,,,!!!?”
Hal yang tidak mungkin adalah mereka datang kembali setelah mereka mendapat kabar mereka akan libur selama Tia melakukan perjalanan ke Pulau Pinang. Tiba-tiba terdengar suara barang jatuh,
“Gubrakk!!”
Suara yang sangat keras sehingga Tia terkejut, kemudian melihat ke arah suara itu. Dari kejauhan terlihat bayangan hitam yang membungkuk. Dia seperti terjerat sesuatu, seperti ketakutan, gelisah, dan terburu-buru.
“Bi Sumi,,!!” seru Tia mendekati bayangan hitam tersebut.
Bayangan itu tetap tidak memperdulikan Tia, dia tetap berusaha melepaskan kakinya yang terjerat, dan tidak bisa terlepas.
Tia berjalan perlahan, dengan gerakan mengendap, agak ragu-ragu apakah benar itu Bi Sumi, ataukah orang asing. Tangan Tia memeluk tubuhnya, rasa takut mulai menyelimuti, tapi rasa penasarannya tak kalah besar.
“krak,,” Tia tak sengaja menginjak ranting yang jatuh.
Tia menghentikan langkahnya ketika melihat bayangan itu berhenti, rasa takut kembali menghantui. Dekapan tangannya makin erat, badan Tia bergetar kencang. Untuk beberapa saat dia merasa waktu terhenti, peluh nya turun ke pipi. Muka Tia mulai pucat pasi, degan perlahan bayangan itu bergerak memutarkan kepalanya, mulai mengarah ke Tia.
Tia menatap bayangan itu, mematung tak bisa bergerak, maupun berbicara. Dia tak bisa menggambarkan apa yang ia lihat di depan matanya. Tia hanya menelan ludahnya, ingin lari dari tempat itu tapi badannya tak bisa dia gerakkan. Ingin berteriak tapi mulutnya hanya terbuka tanpa mengeluarkan suara sedikit pun.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (23)

  • avatar
    Putra AsmaraDanta

    bagus banget cerita nya pokok nya de best

    07/10

      0
  • avatar
    ZhafiraFun With

    okeh lumayan

    04/08/2023

      0
  • avatar
    Fitri

    ceritanya menarik dan manantang saya suka

    26/05/2023

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด