logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Bab 6

Nadhif terkekeh puas sambil memandang room chat grup sahabat-sahabatnya yang mulai ramai. Meski Nadhif tahu Qiren tak 'kan senang, tapi bukan Nadhif namanya jika belum update berita. Sebelumnya ia mengabarkan ke semua teman-teman sekolahnya bahwa ia dan Qiren baru saja jadian kemarin. Dan seketika semuanya langsung heboh.
"Pak, sarapan sudah siap." Seorang wanita berseragam maid menghampiri Nadhif yang ada di ruang tengah. Rambutnya pendek berwarna kemerahan, wajahnya lumayan imut.
Nadhif mendongak seraya mengangguk. "Oke, makasih, Jen!" Serunya pada maid bernama Jeni itu. Ia bangkit, menyempatkan diri mengelap piano putih yang terpajang di dekat jendela besar. Nadhif tersenyum samar sambil memandanginya.
Sekelebat bayangan muncul di kepalanya. Tentang gadis berambut pendek berumur lima tahun yang bermain piano di paviliun sebuah mansion. Melodinya yang sesejuk embun, dan senyumannya yang memikat seakan tak bisa hilang dari ingatan.
"Janji, ya?! Kita bakal sama-sama kayak Kak Arsena sama Kak Gara!"
Hanya kalimat itu yang mampu Nadhif ingat di antara percakapan mereka dua belas tahun silam. Ia menghela napas, mengambil ransel dan bergegas menuju ruang makan.
Begitu sampai di ruang makan, seorang pria berjas hitam menyambut Nadhif. "Pak, soal perusahaan—"
"Gak tertarik, makasih." potong Nadhif seenak jidat membuat si Pria tak bicara lagi seraya mengusap wajah lelah.
Jeni yang sedang menata piring tertawa kecil. "Mungkin belum waktunya, Pak Arthur." ujarnya membela Nadhif.
Nadhif menjentikan jari. "Pinter." sahutnya, kembali membuat dua orang dewasa di sana menggelengkan kepala.
🍁
Qiren sama sekali tidak menyangka bahwa kabar ia dan Nadhif jadian bisa menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru sekolah. Siapa lagi pelaku yang menyebarkannya kalau bukan Nadhif sendiri? Cowok setan super kepo dan tukang gosip seanterio sekolah. Harusnya Qiren tidak mengiyakan Nadhif begitu saja saat festival. Benar-benar merepotkan.
Qiren menghempaskan tubuhnya ke kursi. Rara—teman sebangkunya—sudah ada di sampingnya sejak tadi. Wajah cewek itu terlihat berseri, berbanding terbalik dengan wajah Qiren yang sejak awal sudah ditekuk.
Tanpa basa-basi lagi, Rara menunjuk-nunjuk Qiren antusias. "Lo jadian sama Nadhif!"
Pertanyaannya lebih terdengar sebagai pernyataan memaksa di telinga Qiren. Tak mampu lagi menyangkal, cewek berambut pendek itu mengangguk pasrah.
Mata Rara semakin berbinar. "Wih, keren! Gue pikir kalian berdua itu bener-bener musuhan dari kelas sepuluh, gak nyangka akhirnya kalian jadian juga ...!"
"Ya, gue gak nyangka juga akhirnya lo sama Davin terbebas dari ikatan friendzone." Sahutan malas Qiren membuat Rara nyengir lebar, sahabat sekaligus teman sekelasnya dari kelas sepuluh itu juga memiliki kisah cinta yang rumit. Kemudian Qiren bertopang dagu dengan sebelah tangan. "Soal pikiran lo sama hubungan gue sama Nadhif itu bener, gue sama dia emang musuh abadi."
Mendengar itu Rara terdiam, membuat Qiren melanjutkan.
Qiren tersenyum lebar, berdiri sambil mengepalkan tinjunya dan berseru dengan semangat. "Pacar itu titipan Tuhan!! Jadi kalo kalian putus, anggap aja pacar kalian udah diambil Tuhan. Semoga gue sama Nadhif cepet putus, biar dia cepet mampus!"
Tawa keras Qiren yang terkesan jahat membuat siswa-siswi seisi kelas menatapnya heran—merinding, mereka pun kembali acuh tak acuh dan berharap Qiren dapat diberikan hidayah.
🍁
Ryan, Clara dan yang lainnya saling lirik, sementara dua pasangan di depan mereka sibuk dalam pembicaraan sambil memakan mie ayam di kantin.
"Dif, langitnya cerah, bagus, ya?" Qiren tersenyum berseri sambil menatap langit biru dan awan putih di atas. Sang pacar mengangguk menyetujui membuat Qiren tersenyum lagi. "Iya, bagus, sayangnya gara-gara ada lo jadinya jelek banget. Suasana hati gue jadi jelek, sumpah." Lanjutnya.
Nadhif melirik Qiren sengit—kesal. Tapi kemudian sebuah ide terlintas di kepalanya. Ia pun tersenyum penuh arti. "Ren, inget gak, waktu kita kehujanan terus neduh di bawah pohon?"
Seperti tertarik, Qiren menoleh dan menatap Nadhif dengan tanda tanya dalm sorot matanya.
Nadhif menampilkan senyum separuhnya sebelum menjawab. "Padahal kalo lo kesamber petir, itu romantis banget, loh."
Qiren tersedak minumannya sendiri, sementara Nadhif tertawa renyah. "Anak setan."
Teman-teman mereka yang ada di sana hanya melempari tatapan datar. Seharusnya tidak mudah percaya bahwa Nadhif dan Qiren benar-benar jadian. Yang ada kini mereka resmi menjadi musuh bebuyutan.
Qiren bangkit dari duduknya hendak mengembalikan mangkuk mie dan membeli minuman. Sebodo setan dengan Nadhif yang terus menertawainya, sepertinya orang gila itu sangat puas membalas kejahilannya.
Selagi Qiren pergi, Bram yang duduk di hadapan Nadhif pun memajukan wajahnya seraya berbisik, namun suaranya mampu didengar seisi meja mereka. "Dif, lo sama Qiren ... beneran pacaran apa gimana? Masa iya, pacaran kayak begitu? Yang bener aja lo."
Nadhif tertawa keras, sangat keras hingga Qiren meneriakinya 'sinting'. Menatap Bram humor, cowok itu menjawab. "Lo tau Bram ...?"
Bram menggeleng membuat Nadhif tersenyum smirk. Nadhif berdiri dan mengepalkan tinjunya, wajahnya mendongak seolah menantang angin yang berhembus cukup kencang. "PACAR ADALAH MUSUH, MUSUH ADALAH PACAR! Karena pacar itu bakal berakhir jadi mantan, dan mantan adalah musuh. Jadi pada dasarnya, pacar itu musuh yang nyata!!"
Ryan tersedak minumannya sendiri, ia menepuki dadanya pelan sedangkan matanya melotot horor. "Astagfirullah!!!"
Qiren sudah kembali duduk di samping Nadhif, Nadhif juga sudah duduk dengan tenang. Qiren tersenyum seolah menatap Nadhif dengan bangga. "Lo emang musuh sejati gue, Dif."
Nadhif mengangguk menyetujui.
Sementara Bram dan Ryan sudah gatal ingin membunuh mereka berdua. "Sinting!"
🍁
"PACAR ADALAH MUSUH, MUSUH ADALAH PACAR!"
Pangeran yang sedang mengambil minuman kaleng di mesin minuman pun langsung berbalik mencari sumber suara. Ia memerhatikan Nadhif yang berseru dengan semangat di meja tengah kantin. Teman-temannya mengerubunginya.
Cowok itu tersenyum begitu melihat Qiren bergabung. Qiren terlihat santai namun sesekali memaki Nadhif dengan guratan emosi yang tersirat.
"Cewek modelan emak-emak sadis ternyata ada juga, ya?" Pangeran terkekeh geli. Kini ia terdiam memandangi Qiren lurus.
Tanpa sadar cewek itu kini balas menatapnya, Pangeran merapatkan bibir begitu Qiren tersenyum ke arahnya. Cowok itu tak berkomentar, memilih berbalik dan pergi memunggungi Qiren yang masih menatapnya di kejauhan.
🍁
Qiren tidak lagi menghiraukan teman-temannya yang sibuk berkomentar tentang hubungannya dengan Nadhif. Ia tidak akan ambil pusing, toh semua ini Nadhif yang memulai.
Qiren menenggak minumannya sambil menyapu pandang ke seluruh kantin. Ia berhenti minum dan menatap lurus sepasang mata berbalut kacamata setebal tutup botol yang juga sedang menatapnya dari kejauhan.
Beberapa menit mereka menumbuk mata, Pangeran memutuskan berbalik dan beranjak dari sana.
Qiren mengernyit, cowok itu lagi. Kenapa setiap kali Qiren melihatnya, Pangeran selalu ...,
Sendirian.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (243)

  • avatar
    PakasiMargaret

    bagus

    04/08

      0
  • avatar
    TapatabSelviana

    kocak Juga si ini crta

    31/07

      0
  • avatar
    AmandaClaura

    bagus

    24/05

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด