logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Akibat Mencoba Kabur

Part_7
-----------
Author PoV
"Sinta, kamu dirumah saja, awas kalau pergi-pergi, saya mau ada perlu sebentar. " Ibu Niken memberitahu Sinta yang masih sibuk dengan setumpuk setrikaan baju.
"Iya, Mah. " jawab Sinta pelan tanpa melihat kearah mertuanya.
"Kalau nanti Vina pulang kuliah dia mau makan kamu bisa gorengkan lauk nugget atau ayam untuk dia." lagi Ibu Niken berpesan kepada Sinta.
"Vina udah gede kali Mah, bukan anak SD lagi, kalau lapar dia bisa bikin makanan sendiri, bisa pesan lewat aplikasi juga. " sindir Sinta pelan.
Blug..
"Heh, nggak usah protes kalau pun dia mau pesan lewat aplikasi kamu yang harus bayarin, ingat kesalahan kamu kemarin. " bentak Ibu Niken dengan menggebrak. Meja setrikan dengan keras, bahkan sampai berdecit.
Sinta terlonjak kaget, dia memegang setrikaan agar tidak terjatuh mengenai kakinya nanti. Dia menudukkan kepala sudah felling akan terjadi tidak baik kepada dirinya.
"Hheh!!" Ibu Niken dengan ringan menjambak rambut Sinta. "Masih mau tinggal dirumah ini kan, masih mau jadi istri Riyan kan? kalau gitu harus nurut jangan banyak tingkah." bentaknya lagi.
"Aaaww.. Sakit Mah, ampun. Maaf lain kali nggak gitu lagi. " Sinta menangis meminta ampun kepada mertuanya.
"Makanya jangan macam-macam kamu. " hardik Ibu Niken, dia mendurung Sinta dan hampir jatuh ke lantai.
"Ingat tadi pesan aku apa? "
"Iya Mah. "
"Gitu dong, nyuruh sederhana saja pake drama dulu. Telatkan aku ini. " cerocos Ibu Niken, setelahnya dia pergi meninggalkan Sinta.
Kini posisi Sinta hanya seorang diri dirumah, sebab semenjak Riyan menikah dengan dia entah disengaja atau tidak ART dirumah ini di pindahkan kerumah Kakaknya Ibu Niken. Otomatis semua pekerjaan rumah dikerjakan oleh Sinta seorang diri.
Bahkan sekarang walau ada Riyan dirumah pun, Ibu Niken tetap masih sering menyuruh-nyuruh Sinta walau tidak separah ketika Riyan tidak ada dirumah.
Sinta tau rumah ini tidak seluruhnya dilengkapi cctv, yang dilengkapi kamera pengintai hanya ruang kerja Riyan, ruang tamu, ruang tengah serta depan teras. Ini kesempatan yang baik menurut Sinta untuk dia kabur, dia akan pergi dari rumah ini dan mencoba meminta tolong kepada Bima, walau dia sadar posisi rumah mertuanya dengan rumah Bima lumayan jauh.
Sinta meninggalkan kegiataannya menyetrika baju, tapi sebelumnya dia lepas sambungan kabel dari stop kontak. Dengan cepat Sinta keluar dari pintu belakang, dia yakin ini kesempatan yang tidak akan terulang untuk kedua kalinya. Jadi Sinta harus memanfaatkan situasi ini dengan baik.
"Eeh, aku bawa motor nggak ya? Kalau bawa takutnya cepat kelacak. Tapi kalau nggak bawa, apa yakin aku sanggup jalan kaki dari rumah kerumah Bima." gumam batin Sinta ragu.
"Haduuhh Sinta, yang namanya kabur itu nggak bawa apa-apa, kalau bebawaan mau jalan-jalan namanya. " gerutu batinnya sendiri.
Akhirnya dengan modal nekat disiang terik Sinta terpaksa menyusuri jalanan kompleks yang sepi hanya sesekali ada motor atau mobil lewat. Untuk jaga-jaga takut nanti ada yang mengenali Sinta menutup mukanya dengan masker.
Pelan tapi pasti, akhirnya Sinta hampir keluar dari Blok rumah dia, tinggal satu Blok lagi dia sudah memasuki Gang yang menujuh rumah Bima. Sinta sudah bermandikan keringat tapi demi lolos dari terkaman mertua jahatnya dia tidak mempedulikan kondisinya saat ini, yang ada dipikiran dia agar cepat sampai dirumah Bima.
Ketika dia sedang berjalan memasuki Blok kediaman Bima, dari arah depan melintas mobil, sayangnya dia nggak ngeh' pemilik mobil terus tapi si pengendara sadar bahwa perempuan yang berjalan itu adalah Sinta walau Sinta menggunakan masker, tapi dia mengenali dari pakaian yang dipakai Sinta.
"Itu bukannya Sinta ya? Mau kemana perempuan itu? Hah jangan-jangan dia mau kabur lagi. " gumam Vina dari dalam mobil.
Ya pengendara mobil yang melintasi Sinta tadi adalah Vina adik iparnya. Sinta tidak terlalu memperhatikan jalan karena yang ada dipikiran dia bagaimana caranya agar cepat sampai dirumah Bima tanpa ada yang tahu. Padahal Vina menggunakan mobil yang sebenarnya Riyan berikan untuk dia, tapi di minta dengan paksa oleh Vina.
"Kurang ajar itu j*lng mau kabur rupanya. Kalau dia bisa keluar dari rumah itu artinya Mamah sedang tidak ada dirumah. Ini nggak bisa dibiarin, untung aku pulang lewat jalan sini kalau jalan samping nggak bakal ketemu dia. " terlihat Vina sudah emosi melihat Sinta kabur dari rumah.
Dengan cepat dia memutar balik dan menghampiri Sinta yang masih berjalan sambil menundukan kepala, mungkin karena kepanasan atau takut ada yang mengenalinya.
Greep..
"Bagus ya, mau coba-coba kabur ya Loe?! " Vina langsung menarik rambut sekaligus mencekal lengan Sinta dari belakang.
Sinta yang tidak tau akan dihadang dari belakang tidak bisa berbuat apa-apa. Mukanya terlihat sangat terkejut sekaligus ketakutan.
"Aaawww.. Sakit!! Vi-vina, aaww sakit Vin. Ampun. " teriak Sinta meng-ibba air matanya sudah berlinang.
"Br*ngs*k loe, mau bikin malu kakak dan keluarga gue, loe. Kabur dari rumah. Udah di baikin malah ngelunjak. Masuk loe ke mobil. " dengan keras Vina menarik Sinta masuk kedalam mobil, dia juga mengikat kedua tangan dan juga kakinya lalu menidurkan Sinta dijok belakang.
"Vina, ampun, Vin. Jangan perlakukan aku seperti buronan gini. " mohon Sinta lagi, ketika Vina sudah melajukan mobilnya.
"Loe yang pengen dijadiin buronan. " bentak Vina hanya melihat dari kaca spion dalam mobil.
Terlihat dia menggunakan headseat, sepertinya ingin menghubungi seseorang, mungkin ingin mengadu kepada Ibu Niken.
"Hallo, Mah. Mamah lagi ada dimana sekarang? " tanya Vina, dan ternyata benar yang dia telepon adalah Ibu Niken.
"...... " Vina tengah mendengarkan suara Ibu Niken disebrang telepon.
"Mamah mending sekarang cepat pulang, perempuan j*lang ini berusaha mau kabur dari rumah." dengan intonasi keras Vina memberitahu Mamahnya.
".... "
"Iya makanya Mamah cepat pulang, untung aku ketemu sama dia kalau nggak keluarga kita bikin malu sama ini orang. " lagi Vina memberitahu Mamahnya.
"Ini orangnya aku iket dijok belakang, mulutnya juga aku plester biar dia nggak teriak-teriak, dia lagi nangis. Ya udah Mamah cepat, pulang ya "
Setelahnya Vina menutup sambungan telepon, dia menoleh jok belakang dimana poisisi Sinta ditidurkan kaki dan tangan diikat serta mulut ditutup. Plester, sudah persis orang yang akan diculik, hanya isakan tangis saja yang terdengar dari dia.
"Udah dikasih enak malah mau kabur, dasar nggak tau diuntung banget jadi orang. " hardik Vina.
Mobil sudah memasuki halaman rumah, dengan cepat Vina menurunkan Sinta menyeretnya masuk kedalam rumah, Sinta berusaha meronta tapi keadaan dia yang terikat membuat pergerakannya tidak leluasa.
"Loe akan tetap kayak gini sampai Mamah pulang. diam loe duduk disini gue mau ganti baju. "
***
"Vina Mamah pulang. "
"Dimana Sinta? Br*ngs*k banget itu perempuan. Pake acara kabur segala benar-benar minta disiksa dia. " dengan langka cepat Ibu Niken masuk kedalam ruang tengah.
Dan benar disana sudah ada Vina dan Sinta yang masih dalam keadaan terikat kaki dan tangannya.
"Hheh!!" tanpa basa basi Ibu Niken langsung menghampiri Sinta dan mencekik lehernya.
"Uukkk.. M-ma-mah. A-am-ampun. J-ja-ja-ngan ... " suara Sinta tercekat akibat cekikan mertuanya, Vina memang sudah melepas plester di mulut.
"Mah, jangan cekik dia. Kalau sampai dia m*ti kita juga yang repot. " lerai Vina melepaskan cekikan dileher Sinta.
"Uuhhuukkk.. Uuhhuukk.. " Sinta terbantuk, dia menghirup udara yang tadi sempat terhenti.
"Mamah marah Vina, baru ditinggal belum ada satu hari sudah mau kabur. Kurang ajar sekali. " teriak Ibu Niken emosi.
"Mamah pernah cerita kalau waktu itu di Mall ketemu sama keluarganya Mantan tunangan dia. Besar kemungkinan keluarga mantannya tinggal diBandung, atau bisa jadi tinggal dikompleks ini juga. Makanya dia berani kabur, sepertinya dia mau minta tolong kesana. " Vina menjabarkan alasan Sinta kenapa mau kabur.
"Bisa jadi, rupanya dia sudah merencanakan ini semua. " Ibu Niken memandang tajam kearah Sinta, yang dipandang hanya menudukan kepala memegangi lehernya yang nyeri.
Ibu Niken melirik sekilas kearah Vina memberi kode kepada anak gadisnya. Vina paham apa maksud dari lirikan Mamahnya. Lagi-lagi Sinta harus menahan sakit karena tangannya ditarik paksa mengikuti langkah lebar Vina, tangan dan kakinya yang terikat yang membuat dia makin kesakitan.
Sinta dibawah kekamar mandi miliknya. Dan didudukan dengan paksa oleh Vina lalu dari atas guyuran air sower mengucur tepat dikaki jenjangnya.
"Aaarrrgggg panassssss.. Ampun Mah, panass.... " teriak Sinta dengan kuat, dia merasakan kakinya seperti melepuh setelah mendapatkan guyuran air panas dari sower.
"Hahahahahaha... Mamp*s loe, ini yang kedua. " Vina dan Ibu Niken justru tertawa bahagia.
Kali ini dia menyalakan air dingin untuk mengguyur badan Sinta, kaki Sinta merasa perih akibat guyuran air panas lalu berganti air dingin.
"Ma-mah, di-dingin, please s-st-stop Mah. Aku udah nggak kuat. " Sinta memohon didepan mertuanya dengan linangan air mata yang sangat menyedihkan.
Bukannya merasa Ibbah atau kasian Ibu Niken justru menyuruh Vina untuk mengambil es didalam freezer, entah untuk apa. Tapi dengan patuhnya Vina menuruti perintah Mamahnya.
"Ini, Mah. Esnya. " ujarnya sambil menyodorkan seplastik besar bungkusan Es kristal.
"A-apa ya-yang akan Mamah lakukan?" tanya Sinta sudah ketakutan.
"Emang es mau buat apa sih Mah?" Vina pun ikut bertanya.
"Nanti kamu bakal ngerti sendiri. Ubah duduk dia, kakinya diluruskan pas dibawah sower dan badannya pinggir tembok kamar mandi. Lalu ikat bawah bajunya sekarang. " perintah Ibu Niken dengan seringai yang sangat menakutkan untuk dilihat.
"Udah Mah. " beritahu Vina setelah selesai mengerjakan semua yang suruh Mamahnya.
"Kamu nyalakan sower di air panas dan masukan semua es batu ini kedalam bajunya semua sampai batas leher. " perintahnya.
"Mah, Mah, please jangan Mah, Ampun. Sinta janji nggak bakal kabur-kaburan lagi. Tolong jangan lakukan ini Mah, Ampun. " Sinta lagi-lagi memohon, membayangkan saja sudah mengerikan apa yang akan terjadi pada dirinya.
Dengan tanpa ampun Vina memasukan semua es kristal yang dibawanya tadi kedalam baju Sinta, dingin yang teramat sangat mendera badan bagian atasnya, ditambah kakinya benar-benar melepuh akibat siraman air panas dari sower.
"Hahahahaha, mampus emang enak. " Vina dan Ibu Niken tergelak dengan bahagia.
"Aaarrrggghhh tolong, panas, sakit. Mah udah Mah, ammmppuunnnnnn.. " teriak Sinta merasakan kesakitan yang tidak bisa dijabarkan.
Ada rasa dingin ngilu, panas dan perih jadi satu. Sejujurnya ini penyiksaan yang paling parah yang pernah mertuanya lalukan, Sinta tidak mengira rencananya akan gagal total bahkan dia mendapatkan 'hadiah' yang sangat menyakitkan.
"Kamu jujur, mau kabur kemana kamu Hah?! " bahkan kali Ini Ibu Niken menjambak rambut Sinta.
"Aawww.. Ampun Mah, aku nggak mau kabur cuma pengen beli bakso. " Sinta masih tidak mau jujur.
"Hehhh, gue hapal ya kalau mau kewarung bakso lewatnya mana. Jangan bohong loe. " kali ini Vina menginjak tangan Sinta dengan kakinya.
"Aaawww.. Aarrggghh ampun iya aku ngaku, aku mau kabur kerumah Bima, dia tinggal dikompleks ini hanya berjarak satu Blok dua Gang dari rumah ini. " akhirnya Sinta mengaku juga. Karena dia berpikir siksaanya akan berhenti jika dia mengaku.
🌶🌶🌶

หนังสือแสดงความคิดเห็น (266)

  • avatar
    GrandeCandy

    Cerita best sangat.. 😊 Seperti kisah benar dizaman skarang..

    30/03/2022

      2
  • avatar
    HusaenMuhammad

    terimakasih

    18d

      0
  • avatar
    Muhammad RaziMunir

    bagus

    21d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด