logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Istriku Tuli

Istriku Tuli

Yati Suryati


Bab 1

Istriku Tuli
Part 1
#Devandro
#Sekar
Kak Dev,
begitulah cara Sekar memanggil nama lelaki itu. Devan mengenalnya sejak di bangku SMA, Devan yang terkanal bandel, urakan karena berasal dari keluarga konglomerat akhirnya diungsikan kakek ke sebuah desa.
Di sinilah Devan mengenal Sekar, gadis yatim piatu yang berjuang hidup sendirian dengan cara membantu-bantu Bu Asih membersihkan sekolah.
Devan berharap tetap dia yang menjadi pemegang kekuasaan, namun dia salah, ada anak pemilik peternakan dan kebun terkaya di desa itu yang bernama Bagas, dia lah yang berkuasa di sekolah itu.
Pernah suatu siang, Bagas menantang Devan berkelahi, perkelahian yang tidak seimbang, satu lawan lima, tentu Devan kalah, bersyukur saat itu sekar lewat menggunakan sepeda tuanya, sehingga perkelahian yang sudah tidak seimbang itu dapat diakhiri.
"Hai, itik buruk rupa jangan ikut campur!" Begitu ucap Bagas kepada Sekar.
Mendengar itu, Devan menjadi kesal. Devan bangkit dan akan memberi sebuah bogem mentah di wajah Bagas.
"Sudah Kak Dev, nggak usah!" Sekar melarang Devan.
Yang herannya kenapa Devan kesal. Bukannya dulu dia juga sering membully teman-teman sekolah.
Sekar bukan itik buruk rupa, dia memiliki wajah asli Indonesia dengan kulit kuning langsat. Hanya saja dia menggunakan kaca mata yang modelnya sudah terlalu jadul.
Dengan sepeda tua itu Sekar mengantar Devan pulang kerumah. Selama perjalanan Devan banyak bercerita namun tidak satu pun yang direspon oleh sekar.
Sepeda memasuki rumah dengan dinding kayu jati nan elegan, beberapa pohon tumbuh di halaman rumah sehingga menambah keasrian bangunan itu.
"Terima kasih, Kar," ucap devan saat turun dari sepeda dan menghadap Sekar.
"Sama-sama, Kak." Sekar pamit, setelah mengucap salam dia menggayuh sepeda dengan tenang dan meninggalkan Devan yang kebingungan, kenapa saat di perjalanan Sekar tidak merespon pembicaraannya akan tetapi setelah sampai rumah dia masih ramah.
***
Aku dan Sekar duduk sebangku, dia tidak menjawab jika aku ajak ngobrol, matanya hanya fokus menatap ke depan mendengar penjelasan semua guru yang mengajar, semua pertanyaaan dan soal dapat dia selesaikan dengan baik.
"Kamu kenapa mau duduk dengan dia?" tanya salah satu siswi yang termasuk kembang desa.
"Emang kenapa, emang dia makan orang?" jawabku santai
"Ih, dia itukan tuli."
Jawabannya mengagetkanku, tentu kaget terkadang aku nyambung ngobrol dengan dia,
"Becanda deh, Lu. Buktinya dia anak pintar, semua penjelasan guru dia nangkap, tuli dari mana?" tanyaku heran
"Tuli dari dulu." Empat orang disini tertawa semua.
Aku tetap tidak percaya mendengar cerita mereka. Mereka juga tidak putus asa membuktikannya kepadaku.
Kebetulan sekali sekar melintas di depan kami yang sedang berkumpul. Salah satu dari kami memanggilnya sampai berteriak, benar sekali, Sekar tidak merespon dan juga tidak menoleh.
Tiba-tiba murid yang lain berdiri dan menepuk bahunya.
"Mau kemana?" tanya murid yang menepuk bahu sekar tersebut.
"Mau bersih-bersih sekolah, saya pamit, ya," jawab sekar sambil berlalu.
Devandro yang masih bingung, belum mengerti maksud semua ini. Kenapa bisa begitu. Dia bangkit dan mengikuti langkah Sekar, tidak dipedulikan lagi pangglin kawan-kawannya.
"Sekar," panggil Devandro
Dia tetap sibuk dengan kerjanya, ternyata tanpa Devandro sadari ada Buk Asih yang memperhatikannya.
"Den vandro!" Buk Asih melambaikan tangan memanggilnya.
Derap sepatu terdengar dari lantai semen bangunan sekolah. Devandro melangkah mendekati Buk Asih yang sedang menyapu daun-daun kering jatuh berguguran.
"Den Vandro belum tau, ya? Sebenarnya Sekar itu tuli," jelas Buk Asih
"Tapi ...."
"Dia hanya bisa membaca gerak bibir kita, jadi kalau kita berbicara menghadap dia, dia akan mengerti."
****
Begitulah Sekar Kusuma Dewi wanita yang Devandro nikahi setahun yang lalu. Pernikahan bukan tanpa alasan dan yang pasti bukan karena cinta.
Devandro yang sudah selesai SMA melanjutkan kuliah, setelah selesai kuliah dan bekerja mengurus perusahaan kakeknya, dia dipaksa menikah dengan wanita pilihan orang tua jika dia tidak bisa membawa calon istrinya sendiri.
Entah setan apa yang merasuki pikiran Devandro saat itu, hanya nama Sekar yang akan dimanfaatkannya. Pasti gadis itu masih sendiri, siapa yang mau menikahi gadis tuli seperti dia. Beruntunglah dia bahwa ada lelaki kaya raya yang mau menikahinya walau hanya untuk melancarkan tujuan, mendapatkan lima puluh persen saham milik keluarga Pramesti.
Sekar yang polos, tidak menyadari maksud Devandro bertamu malam hari kerumahnya, Semua sudah diatur. Mereka yang tidak melakukan apapun dituduh berzinah sehingga mereka dipaksa menikah malam itu juga.
"Buk, Sekar tidak melakuakan apa-apa. Kak Dev hanya datang bertamu dan kami hanya duduk di luar." Begitu pembelaan Sekar, air mata mengalir membasahi pipi mulusnya
warga yang sudah dibayar tetap memprovokasi.
maafkan saya, Sekar! saya manfaatkan ke polosanmu.
Malam itu juga, mereka dinikahkan oleh penghulu setempat, dengan mas kawin sebuah jam tangan mahal milik Devandro.
Menikah menjadi impian setiap wanita, tetapi yang pasti bukan pernikahan seperti ini.
Sekar hanya tertunduk tidak lagi sanggup melihat kerumunan warga, sebenarnya lebih baik begitu, sehingga dia tidak mengetahui caci maki yang mereka lontarkan.
"Usir dia dari kampung ini! sudah berani-beraninya membawa laki-laki kota masuk ke dalam rumah,"
"Usir ...."
"Usir ...."
Sekarang dengan sekejab status Sekar sudah menjadi Nyonya Devandro Pramesti. Istri sah dari tuan muda pemilik lima puluh persen saham perusahaan Pramesti Grop dan penerima warisan terbanyak karena hanya dia anak laki-laki satu-satunya.
Kini tujuan mereka sudah berhasil, warga-warga dibubarkan dari kerumunan. Teganya mereka mengerjai anak yatim piatu dan memiliki kekurangan seperti Sekar.
Devandro memegang dagu Sekar dan menegakkan kepalanya.
"Mari ikut saya sekarang!"
"Beri saya waktu beberapa menit untuk membereskan pakaian," ucap Sekar dengan sisa tangisnya.
"Nggak perlu, kita beli saja nanti tiba di kota," perintah Devandro
"Kalau begitu, saya mau mengambil sesuatu dulu, cuma sebentar." Sekar berlari kedalam rumah.
Tidak lama dia keluar dengan membawa sebuah figura ukuran 3R foto usang gadis remaja dengan sepasang suami istri.
mungkin itu orang tuanya.
Mobil Devandro menerobos gelap dan dinginnya malam, Sekar yang mungkin kelelahan menghadapi situasi seperti tadi tertidur dengan pulasnya.
tidak lama, sekar terbangun, dia meminta untuk menepikan mobil yang Dovandro kendarai karena merasa ingin muntah.
mobil menepi di gelapnya malam, Sekar yang ingin turun dilarang oleh Devandro, cukup buka saja pintu mobilnya, perintah Devandro. Setelah semua keluar, barulah Sekar merasa nyaman.
"Maaf, Kak. Saya tidak biasa naik mobil, pasti mabuk," ucap Sekar dengan polosnya.
Devandro hanya tersenyum, gadis polos dan lugu seperti inilah yang dia butuhkan untuk melancarkan rencananya. Dia menikah tetapi tidak harus terbebani dengan maunya istri yang bisa membuatnya repot.
Dia tidak akan mendengar apapun jika tidak melihat.
Sekar hanya pasrah menerima takdir, mungkin ini takdir hidupnya, mungkin juga Devandro orang yang dikirim Tuhan untuk menjaganya walaupun dengan cara yang tidak indah.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (127)

  • avatar
    m******d@gmail.com

    nice story

    03/03/2022

      7
  • avatar
    WijayantiIva

    sangat bahgus ceritanya

    6d

      0
  • avatar
    30Itamanis

    good

    05/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด