logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 7 Minta adik

Untuk sekedar memiliki anak ia masih sanggup membuatnya bersama dengan istrinya yang masih indehoy tetapi Kennan masih belum sanggup jika harus melihat istrinya hampir meregang nyawa saat terakhir kali melahirkan Fadil saat bayi.
“Udah nggak usah ngawur kamu Dil, kalo mau apa-apa bilang aja biar Papi beliin,” ucap Kennan agar anaknya tak merengek minta adik lagi pada dirinya dan Henny. Itu sungguh berhasil membuat kepalanya menjadi pening seketika.
“Papi bisa beliin adek buat aku?” tanyanya lagi pada Kennan, sungguh di luar dugaan Kennan, ia kira anaknya akan meminta PS 5 keluar terbaru agar tidak merengek tapi anak semata wayangnya malah meminta dirinya untuk membelikan adik untuk dirinya yang benar saja anak ini.
“Udah ah, Papi mau berangkat ke kantor aja, niatnya mau ilangin pening karena kerjaan di kantor, di rumah malah tambah pening karena kamu.” Keluh Kennan seraya menutup laptopnya lalu bangkit dari sofa dan meninggalkan ruang keluarga.
“Hen, mending kamu urus anak kamu itu,” ucap Kennan pada istrinya.
“Itu juga kan anak kamu, Mas,” jawab Henny.
Henny yang melihat suaminya kepusingan dengan tingkah anak semata wayangnya itu terkekeh, bukan hanya dirinya saja yang terkadang emosi dengan kelakuan anaknya tetapi suaminya pun angkat tangan.
Setelah ke ayahnya pergi dari ruang keluarga, Fadil langsung mengecek ponselnya yang sudah ada beberapa pesan masuk dari teman-temannya, tetapi satu nama yang membuat Fadil tersenyum, pesan dari Dinda. Ia pun langsung membuka pesan tersebut.
Dil, gue minta maaf ya, gara-gara kak Darma kita nggak jadi makan.
Lo pasti laper ya, jangan lupa makan ya Dil.
Setelah membaca pesan tersebut suasana hatinya menjadi membaik, sungguh perhatian sekali Dinda padanya, ia pun langsung menciumi layar ponselnya saat Henny lewat membuatnya mengelus dadanya.
“Ya Tuhan, semoga anak ku tidak punya penyakit jiwa,” gumamnya saat melihat Fadil menciumi layar ponselnya, padahal tadi anaknya terlihat sangat lesu dan tak bersemangat baru saja ia tinggal sebentar saja, sudah berubah lagi sikapnya.
***
Pagi hari di SMA Angkasa seorang murid bernama Arki melenggang berjalan menuju ke kantin sekolahnya untuk membeli gorengan. Sesampai di kantin dengan cepat ia memasukan 4 potong gorengan dalam kantong plastik dan langsung membayar jajanannya tersebut.
“Bu, nih uangnya saya ambil 2 gorengannya,” ucap Arki memberitahu ibu kantin seraya memberikan uang dua ribuan kepada ibu kantin dan di angguki oleh ibu kantin tersebut. Ia pun langsung pergi dari kantin dalam perjalanan ia mengangkat sudut bibirnya puas karena telah mengelabui ibu kantin. Di perjalanan menuju ke kelasnya ia bertemu dengan Fadil bersama dengan kedua temannya yang mengikuti di belakangnya.
“Weh, senyum-senyum bae lo, kaya kuda nyengir, jadi curiga gue,” sapanya seraya merebut bungkusan plastik dari tangan Arki. Ia langsung melihat isi dari bungkusan tersebut.
“Pantesan, kaya ada yang aneh gitu, lo pasti beli gorengan ambil 4 angkunya ambil 2 kan, ya kan ngaku aja lo,Ki,” tuduh Fadil pada Arki yang terlihat gugur dengan apa yang dikatakan oleh Fadil.
“K-kagak,Dil, gue beneran kok beli 4 bayarnya empat ribu, ngadi-ngadi aja lo nuduh gue,” elak Arki.
Bukan Fadil namanya jika tidak membuat orang mengaku dengan apa yang ia perbuat, ia pun langsung mengeluarkan selembar uang seratus ribu dari saku celana abu-abunya dan memperlihatkan pada Arki.
“Sayang banget nih, tadinya gue mau bagi-bagi duit buat orang yang ambil gorengan 4 bayarnya cuma 2,” pancingnya agar Arki mau mengaku, Arki hanya terdiam sesaat, Fadil segera memasukan uang tersebut ke sakunya kembali tetapi Arki pun mulai membuka suara.
“Eh, Dil, iya deh gue ngaku kalo tadi gue, ngambil gorengan 4 Cuma bayarnya 2,” Arki mengakui apa yang sudah diperbuat saat di kantin tadi. Sontak membuat Fadil, Dion dan Andika tertawa karena sudah membuat Arki mengakui kesalahanya.
Fadil pun langsung memberikan uang satu lembar seratus ribuan pada Arki, agar ia membayar sesuai dengan yang ia ambil tadi.
“Nih, gue kasih lo buat bayar yang tadi, soalnya gue lagi baik nih, biasa anaknya papi Kennan lagi ngabisin jatah jajan bulanan. Soalnya papi gue suka marah kalo masih ada sisa jatah jajan,” ucapnya.
“Makasih banyak, Dil.” Ucapnya berterimakasih pada Fadil yang sudah memberikannya uang karena sudah jujur dengan kesalahannya. Beruntung masih pagi sudah bertemu dengan anak sultan.
“Ki, sekalian lo beli pulpen satu pack, jangan minjem aja, terus lo sengaja nggak lo balikin tuh pulpen anak-anak kelas udah numpuk di tas lo,” ledek Fadil yang mengetahui perbuatan Arki di kelasnya, si Arki hanya tersenyum lugu dan mengangguk.
“Susah amat ya, ngomong sama jamet kudasi,” celetuk Fadil dengan sikap sok polos dari Arki. Ia pun langsung pergi meninggalkan Arki , ia niatnya ingin masuk ke kelas tetapi langkahnya terhenti karena ia melewati kelas XII IPS 2 kelas dari calon istrinya, ia melirik ke dalam kelas untuk melihat keberadaan Dinda tetapi wanita itu tidak ada di tempatnya.
“Hayo lagi ngapain lo, ngintip-ngintip kelas gue,” teriak Amel yang ada di belakang Fadil, tentu saja membuat cowok itu menjadi kaget dan mengelus dadanya, kenapa Amel ini seperti jelangkung datang tak diundang pulang tak diantar, ia selalu datang tiba-tiba pada saat yang tidak tepat.
“Gue mau nengok bebeb gue, tapi dia nggak ada di kelas,” jelas Fadil pada Amel, Amel yang mendengar penjelasan dari Fadil langsung memanfaatkan momen tersebut.
“Lo mau tahu Dinda dimana?” tanya Amel, tentu saja Fadil penasaran apakah Dinda tidak di pindah sekolah hanya karena kemarin bertemu dengan kakaknya, pikiran cowok itu sudah kemana-kemana.
“Ini dulu dong,” ucap Amel memberikan isyarat minta pulus pada Fadil, sungguh kesempatan yang baik untuk mencari uang jajan tambahan.
“Giliran duit aja lo, cepet,” ucap Fadil yang merogoh saku celananya ia pun mengeluarkan uang dua ratus ribu dan diberikan pada Amel, menang banyak dong cuma ngasih informasi dimana Dinda di kasih duit dua ratus ribu nggak usah capek jual pop es lagi.
“Nah gitu kan enak,” ucapnya seraya menerima uang yang diberikan oleh Fadil.
“Terus Dinda sekarang dimana?” tanya sekali lagi pada Amel. Cewek itu hanya tersenyum dan menunjuk di belakang Fadil cowok itu langsung membalikan badannya ternyata Dinda sedang duduk di taman yang tak jauh dari kelasnya, ini namanya penipuan. Sungguh menyebalkan sekali Amel ini. Kalo bukan sahabat dari Dinda mungkin sudah ia buang jauh-jauh.
Kemudian Amel pun langsung berlari menjauhi Fadil agar tak di amuk oleh Fadil yang sengaja ia tipu, menang banyak sekali dirinya hanya sedikit menipu Fadil sudah dapat dua ratus ribu untuk menahan uang jajan sekolahnya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (162)

  • avatar
    KurniaRiski

    bagus

    6d

      0
  • avatar
    syfaawanda

    100 banget aplikasi nya bagus bagus bagussssssssssssssss

    10d

      0
  • avatar
    HambaliDanish

    Good

    25d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด