logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

menikah

Delapan bulan berlalu, akhirnya Vika, kakakku menikah juga. Ibu ku tampak bahagia sekali.
Pernikahan Vika digelar dengan pesta yang sangat meriah, bahkan tamu undangan nya mencapai ribuan.
Begitu juga dengan dekorasi dan pelaminan, semua serba mewah.
Aku bertugas di tempat kado dan souvenir, anakku kututipkan pada saudara, tugasku sekarang mencatat setiap kado yang datang dan memberikan souvenir kepada mereka yang membawa kado.
Ketika aku sedang asik menyusun kado, tiba tiba datang dua sepupu ku dari pihak ibu, mira dan wirna.
"Wah meriah banget ya pesta hajatan si Vika, gak ada apa apa dari hajatan kamu sari" Celetuk mira tanpa memikirkan perasaanku.
"Husssh...jangan bilang sama dia dong" Sahut wirna menyenggol lengan mira.
"Maksud kamu apa bilang begitu? " Tanyaku pada mira yang suka nyinyir itu.
"Meskipun aku gak buat pesta hajatan semewah Vika, tapi aku gak pernah ngutang sama orang, biar hajatan terlihat mewah sama orang. Gak kayak kamu pingin dilihat mewah tapi ngutang sana sini"
Ibu Mira memang berhutang pada ayahku waktu acara pesta hajatan pernikahan mira.
Raut wajah mira yang semula ceria berubah cemberut.
"Kamu... Berani beraninya ngatai aku? " Bentak mira tak suka.
"Loh.. Apa yang ku katakan memang benar kan? " Sahutku
"Makanya kalau gak mau disentil jangan suka menyentil" Ejekku pada mira yang mulai kepanasan.
"Awas kamu ya.. " Balas mira lalu pergi.
Mood ku mulai tak enak, aku meninggalkan temoat souvenir lalu meminta orang lain untuk menggantikan tugasku.
Aku bergegas mencari anakku.
Ternyata anakku digendong sama ibuku. Ketika aku mendekati ibu, bibi dari bapakku berkata..
"Eh sari punya anak itu dijaga, jangan disuru jaga sama neneknya. Kan neneknya lagi sibuk kok kamu nyuruh ibumu jagain anakmu? " Tanpa bertanya dulu si bibi malah menuduh ku.
"Bik.. Jangan asal bicara ya. Aku gak suruh ibu ku untuk menjaga anakku, dari tadi anakku dipegang sama si A lalu dipegang sama si B, aku juga kesini juga gak duduk aja aku juga bekerja disini.
Soal anakku dipegang sama ibuku, ya wajar karena itu cucunya aku gak nyuruh ibu buat jaga anakku kok. Kalau gak percaya tanya sama ibuku"
"Iya.. Sari gak suruh jaga anaknya. Kebetulan tadi azka nangis, makanya aku gendong" Sahut ibuku.
"Nah.. Dengar sendiri kan apa kata ibuku, makanya jangan suka nuduh orang sembarangan. Heran sekali punya sodara semua suka nyinyir"
"Apa katamu barusan? "
"Iya.bibi suka nyinyir"
"Gak sopan kamu ya sama orang tua"
"Bibi sadar udah tua? Tapi omongannya kok gak seperti orang tua? Biasanya orang tua itu menasehati bukan nyinyir"
"Kamu ya makin lama makin ngelunjak sari"
"Kalau dulu iya sari diem aja waktu kalian buly, tapi sekarang enggak lagi. Sari udah capek mendengar bullyan kalian"
Aku mengambil azka dari gendongan ibuku lalu pergi meninggalkan bibi dan ibuku.
Sudah terlalu banyak beban mental yang aku Terima apalagi setelah melahirkan azka, semakin lama jika ku biarkan merka membully ku maka beban di hatiku semakin menumpuk, lama lama aku bisa stress bahkan bisa gila.
Aku tidak ingin menumpuk beban itu semakin banyak. Maka sejak saat ini aku akan membalas setiap bullyan. Bahkan dari saudaraku sekalipun.
Sakit hati dan kesedihan yang berlarut akibat mendengar kata kata bullyan membuat keberanianku tumbuh.
Kalau dulu jika ada yang mengejek atau membully ku, aku hanya bisa menangis dan memendam sakit hati. Tapi tidak untuk sekarang, sudah terlalu banyak air mata uang ku keluarkan akibat kata kata mereka yang berbisa.
***
Acara hajatan kakaku akhirnya usai, semua tamu dan saudara sudah pulang.
Tinggal aku dan suami dirumah ibu yang hendak pulang ke rumah kontrakan ku.
"Buk... Sari ijin mau pulang ya"
"Tunggu dulu sari, ini bawa pulang lauk untuk kamu sama suamimu makan dirumah ya"
Ucap ibuku sambil menyerahkan rantang padaku.
"Iya buk, makasih"
Aku pun pulang kerumah kontrakan bersama suami dan anakku.
***
Dua bulan bulan kemudian, aku mendengar kabar bahwa kakaku sudah hamil.
"Yang benar bu? Sudah berapa bulan? "
Tanyaku pada ibu melalui telephone
"Katanya sih dua bulan"
"Syukurlah kakak sudah hamil, semoga kandungannya sehat ya bu"
"Amin... Ya sudah ibuk mau masak dulu ya sari. "
"Iya bu, sari juga belum masak ni"
Cepat juga hamilnya kakakku, tidak seperti ku yang harus menunggu selama dua tahun baru bisa hamil.
Aku turut senang, aku ingin pulang kerumah
Dan membawa buah buahan untuk kakakku.
Aku sengaja memebeli beberapa buah mangga muda dan delima agar nanti kakaku bisa ngerujak.
Sesampainya dirumah, aku langsung memberikan buah buahan itu kepada kakakku.
"Kak... Kata ibuk kakak hamil ya, ini sari bawa buah buat kakak"
"Buah apa coba lihat" Ucap Vika, kakakku.
"Buah apa ini, pasti kamu beli nya di pinggir jalan kan, ini tidak higinis sari"
"Tapi kak, kan bisa di cuci? "
"Aku gak mau, aku maunya buah yang dijual di supermarket. Lebih higinis dan sehat."
"Ya ampun kak, aku waktu hamil dulu juga makan buah ini, aku dan janinku gak kenapa kenapa kok"
"Ya, itu kamu. Kamu makan gak dijaga Makanya kamu melahirkannya susah, harus di operasi"
Duh, kakak satu ini udah menikah dan hamil pun sifatnya tidak berubah. Semoga saja dia nanti melahirkan sama seperti ku.
"Kak, kakak itu lagi hamil, omongan kudu dijaga jangan sampai apa yang kakak ucapkan akan berbalik ke kakak sendiri" Ucapku menasehatinya.
"Ih.. Amit amit dah, aku pokoknya nanti bakal lahiran normal gak kayak kamu''
" Yakin bisa lahiran normal? "
"Ya yakinlah, aku kan makanan ku jaga, gak makan sembarangan. Nih, buah nya kamu ambil balik aja aku gak mau"
"Sombong banget sih kamu kak? "
"Aku bukan sombong ya, tapi aku jaga kesehatan gak mau makan makanan yang kurang higinis, apalagi aku lagi hamil"
"Nyesel aku bawa buah ini, lebih baik aku sedekah buat orang lain aja"
"Terserah" Ucap Vika tanpa peduli perasaanku.
Sifat sombong dan ketusnya itu tidak hilang hilang juga, aku kira dengan menikah dan hamil dia akan berubah. Ternyata aku salah.
Aku langsung pulang, ada yang sakit didalam hati mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari kakakku. Aku bahkan sudah melupakan bagaimana dia membully ku dulu sampai aku terkena baby blues.
"Sari.. Kamu mau kemana nak? " Panggil ibu tiba tiba dari depan rumah.
"Ibu dari mana, kok tadi sari lihat tidak ada? "
"Ibu habis dari rumah tetangga, biasa duduk sama ibuk ibuk. Loh itu apa nak dalam plastik kresek? " Tanya ibu penasaran.
"Sari bawa buah mangga muda sama delima buat kak Vika, kata ibuk Vika lagi hamil makanya dari bawa buah ini biar bisa dibuat rujak, tapi baru sari tawarin Vika udah nolak pemberian sari"
"Loh.. Kok gitu si Vika? "
"Katanya buah yang sari bawa tidak higinis, karena sari beli dipinggir jalan, padahal kan bisa dicuci kan buk? "
" Kalau Vika gak mau, Buat ibuk saja nak"
"Jangan buk, sari udah sakit hati sama penolakan Vika. Biar sari kasih ke orang lain saja"
"Maafin kakakmu ya nak, dia lagi hamil, kakakmu lagi sensitif"
"Buk... Kenapa sih ibuk selalu belain Vika? Aku juga pernah hamil buk, aku bahkan pernah merasakan yang lebih parah dari Vika. Saat aku melahirkan pun Vika membully ku habis habisan, kenapa ibuk malah belain Vika? Apa karena Vika punya banyak duit? "
"Nak.. Bukan gitu... "
"Lalu kenapa buk? Kenapa? Bahkan saat perut sari belum sembuh oleh luka secara ibuk bahkan tak peduli saat sari kesakitan saat mencuci baju. Ibuk lebih mendengarkan hasutan Vika agar tidak membantu sari saat sari kesakitan"
"Nak.. Dengarkan ibu dulu"
"Ya sekarang sari mau dengar"
"Ibuk bukan belain Vika, apa yang fikatat Vika ada benarnta juga"
"Apa buk? Sudah jelas jelas ibuk membenarkan perkataan Vika, lalu ibuk bilang gak belain Vika? "
"Ibuk saat itu cuma pingin suami kamu tanggung jawab, ibuk ingin suami kamu yang bantuin kamu. "
"Cuma itu? Hanya karena itu ibuk tega lihat sari kesakitan dan mengurus bayi sendiri saat perut sari bernanah? "
"Maafkan ibu nak. Ibuk hanya ingin suami kamu itu ya temenin kamu disini, jagain bayi, nyuci baju, dan rawat kamu waktu melahirkan"
"Makasih buk, maksih banyak"

หนังสือแสดงความคิดเห็น (135)

  • avatar
    Norina Mohamad Najib

    👍🏼👍🏼💗

    25d

      0
  • avatar
    Konijali

    aku butuh duit

    17/08

      0
  • avatar
    StwnFikri

    sangat cocok

    14/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด