logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

บทที่ 3 Pura-pura Sakit

Aku berencana untuk pura-pura sakit agar Risma tak selalu bertanya kenapa aku tidak bekerja. Setelah aku mengetahui dia anak orang kaya aku dan Ibu bekerjasama dalam hal kepura-puraan ku, agar Risma yakin kalau aku benar-benar sakit.
"Ibu harus bisa bersandiwara agar Risma yakin kalau aku beneran sakit, Bu!"ucapku
"Tenang saja, Ibu lebih tahu apa yang harus Ibu lakukan," balas Ibu.
"Oke Bu, kita akan beraksi agar kita Kaya," ucapku.
"Siap anak ganteng," balas Ibu.
Sambil menunggu Risma pulang dari rumah mewah itu, aku bermain game di ruang tamu.
"Riyan ..!teriak Ibu. Suka banget sih teriak-teriak nggak bisa apa lihat orang bersantai-santai.
"Ada apa Ibu!"tanyaku dengan nada halus.
"Kenapa kamu bisa sesantai ini, sebentar lagi kan Risma pulang. Ayo ke kamar, kamu harus pura-pura sakit seperti biasa, Riyan," sungut Ibu.
"Bentar, Buk! Masih nanggung nih gamenya," sahutku.
"Game terus yang kamu pikirkan, ayo Riyan jangan sampai Risma tahu kalau kamu pura-pura sakit," sungut Ibu.
Begitulah Ibu jika aku tidak menurut, Ibu tahan satu harian merepet dan mengomel. Sedangkan Riko selalu di sayang dan di sanjung-sanjung terus.
"Riyan, kamu dengar nggak sih! Risma sebentar lagi pulang?"sungut Ibu.
Entah anugerah apa yang dia peroleh hingga tahan satu harian mengomel.
"Apaan sih Buk, Risma nggak bakalan curiga Buk, aku kan hanya duduk di sofa nanti bila Risma bertanya, ya tinggal bilang saja kalau Ibu yang membantu aku keluar dari kamar," ucapku sambil meneruskan game yang sempat kalah akibat mendengar omelan Ibu.
"Terserah kamu lah, asal jangan kamu bawa-bawa Ibu jika Risma curiga dan bertanya-tanya," ucap Ibu.
"Iya Buk, Risma itu wanita yang gampang dibodoh-bodohi. Ibu tenang saja lebih baik Ibu pura-pura mengurus Tania saja," balasku.
Semenjak aku berencana ingin berpura-pura sakit aku memecat Bik Jum. Risma tidak bertanya soal pemecatan Bik Jum karena Ibu mengambil alih tugas Bik Jum.
Aku sudah mengatur semuanya agar Risma tidak curiga padaku. Kenapa aku menyuruh Ibu menggantikan Bik Jum, itu semua agar rencana ku berjalan dengan mulus.
Riko juga aku suruh membuntuti Risma, agar aku tahu seberapa banyak harta istriku itu. Dan sejauh ini yang aku ketahui Risma memiliki tiga perusahaan terkenal di kota ini, dan ada juga di luar negeri.
"Riyan ...! Kenapa kamu malah melamun, ayo cepat kamu harus pura-pura lemas tidak lama lagi Risma akan pulang," sungut Ibu yang membuat aku sangat terkejut.
"Ibu, bisa nggak sih, nggak usah ngomel-ngomel, telingaku panas mendengar omelan, Ibu," balasku.
"Jangan melawan, ayo cepat kamu harus pura-pura lemas. Kamu nggak takut jika Tania ngadu ke Risma," ucap Ibu.
"Tania masih kecil Buk, baru juga dua tahun tahu apa dia tentang sandiwara kita," balasku.
"Kamu itu kalau di kasih tahu menjawab terus, persis seperti almarhum bapak kamu," ucap Ibu.
"Udah deh Buk, nggak usah banyak omong, ya sudah cepat Ibu ambil air dan handuk untuk mengompres keningku," ucapku.
"Cepat sini biar Ibu bantu kompres," ujar Ibu setelah mengambil air dan handuk.
"Assalamu'alaikum," ucap Risma. Ternyata dia sudah pulang, untung saja aku cepat bertindak kalau tidak aku bisa ketahuan.
"Walaikumsallam," Aku dan Ibu menjawab salam Risma berbarengan.
Kami masih pura-pura tidak tahu kalau Risma anak orang kaya. Dengan begini aku lebih leluasa melakukan aksiku.
"Sayang kamu sudah pulang," ucapku dengan lembut.
"Iya, kamu belum baikan ya, Mas! Gimana kalau kita berobat saja," pintanya. Ku tatap ke arah Ibu dan dia menggeleng kan kepalanya.
"Nggak usah, Dek, biar Ibu saja yang rawat Mas. Nanti juga sembuh," balasku.
"Sudah lima hari kamu sakit, Mas! Apa salahnya kita periksa," ucap Risma.
"Nggak usah nanti Riyan minum jamu saja, ngapain berobat ngabisin duit saja mending duitnya untuk Ibu saja," cerocos Ibu. Kutatap Ibu sejenak, Ibu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Ya sudah terserah kamu Mas, kalau besok masih sakit juga kita ke rumah sakit ya Mas," ucap Risma seraya berlalu ke kamar mandi. Aku menelan saliva ku sejenak.
"I-iya Dek," balasku.
Gawat jika Risma besok benaran ngajak ke rumah sakit alasan apa lagi yang harus aku katakan.
"Buk, bagaimana jika besok Risma beneran ngajak ke rumah sakit?"tanyaku pada Ibu.
"Ibu juga nggak tau! Pokoknya jangan sampai Risma membawa kamu ke rumah sakit. Kamu harus buat alasan yang membuat Risma percaya padamu," ucap Ibu. Bukannya bantu mikir malah mengomel. Haduh si Ibu!
Aku berpikir sejenak alasan apa yang harus aku katakan agar Risma yakin dan percaya denganku.
"Mas, minta duit dong," ucap Riko. Entah sejak kapan dia masuk ke dalam rumah ini.
"Kamu ngapain minta duit ke rumah ini, besok kan bisa aku transfer ke rekening kamu. Kalau kamu kesini cuma minta uang nanti Risma bisa curiga dan marah sama Mas," sungutku.
"Kamu ini Rik! Datang-datang minta duit. Kamu tau nggak Mas kamu ini lagi pusing mikirin alasan apa yang harus ia katakan besok pada Risma agar Riyan tidak di bawa ke rumah sakit besok," ujar Ibu.
"Kamu ada ide nggak! Agar besok Mas tidak di bawa ke rumah sakit?"tanyaku. Riko tampak berpikir sejenak.
"Tenang, aku ada ide," ucap Riko.
"Ide apaan?"tanya Ibu.
"Aku akan menyamar sebagai dokter, sebisa mungkin aku akan buat Mbak Risma tidak memgenali aku," ucap Risma. Sejenak aku berpikir.
"Ibu setuju, bagaimana dengan kamu, Riyan?"tanya Ibu.
"Hmmm ... Bagaimana ya Bu, aku takut jika Risma tahu penyamaran Riko," kata ku.
"Tenang saja Mas, Risma tidak akan mengenali aku nanti," ucap Riko.
"Terserah kamu yang penting jangan sampai Risma tahu kalau kamu menyamar jadi dokter," balasku.
"Siapa yang menyamar jadi dokter, Mas!" tanya Risma tiba-tiba. Gawat! Jangan sampai Risma mendengar obrolan kami.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (88)

  • avatar
    Khaina8nZul

    good

    2d

      0
  • avatar
    ShiraHafiza

    sangat bagus

    3d

      1
  • avatar
    Imas Novidesi

    Bagus cerita nya

    6d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด