logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

7. Mimpi Bunga Belati

Adin berada di sebuah taman indah, banyak bunga yang indah di sana. Adin tiba-tiba mengenakan sebuah gaun putih, memakai mahkota dari rangkaian bunga. Berwarna putih juga. Dia memainkan sekuntum bunga berwarna putih. Semuanya berwarna putih. Tapi hatinya seperti gelisah menunggu seseorang. Setiap Adin menengok sekeliling, hanya taman luas yang di dapatnya. Tidak ada orang yang di maksud. Lama-kelamaan Adin merasa lelah menanti dan menangis. Adin duduk dengan kaki terlipat ke belakang dan tersedu di pojok taman. Tapi, tiba-tiba sorang pangeran berjubah putih datang dan memeluknya dari belakang. Adin tersentak, menengok ke belakang dan dengan segera bibirnya tersenyum. Sang pangeran berjubah putih itu menghapus air mata Adin dengan lembut. Dinginya tangan itu seperti nyata terasa di pipi Adin. Kemudian mereka berdua pergi menunggangi seekor kuda putih. Adin bahagia dan merasa sangat tenang di sisi laki-laki berkuda itu.
Bibirnya tiba-tiba tersenyum sementara matanya masih terpejam. Tak lama matanya terbuka perlahan, senyumnya masih terkembang. Mimpi yang indah, gumamnya. Matanya bergerak ke arah jam dinding lalu kemudian terbelalak dengan kenyataan bahwa dia sudah tidur selama empat jam lebih. Karena jarum pendek jam menunjuk angka lima sedangkan jarum panjangnya juga menunjuk angka lima. Jadi tepat setengah enam kurang lima.
Adin memaksa badanya bangun dari kasur. Kemudian menengok handphonenya untuk mengecek. Biasanya selalu ada setidaknya satu pesan dari Lingga. Namun, kali ini hanya kembali terlihat wallpaper dirinya dan mobilnya lagi. Adin berdiri siap-siap untuk mandi. Setelah badanya menjadi segar kembali karena baru saja terguyur air. Adin turun ke bawah. Makan malam yang terlalu pagi. Tapi perutnya sudah lapar lagi. Adin berteriak memanggil Bi Ami. Dengan segera makanan untuk Adin sudah tesaji di meja makan yang berkursi delapan orang itu. Tidak tahu kenapa Mamanya membeli meja makan yang terlalu besar, padahal kan anggota keluarganya hanya tiga orang.
Adin makan dengan lahap. Hanya dengan waktu sepuluh menit ia sudah dapat menghabiskan makan malamnya itu. Terasa sedikit keanehan di perasaanya. “Makan malem di rumah? Sendiri?” Sekejap ia merasa seperti tuan putri di mimpinya, tapi bedanya tidak ada pangeran, tidak ada bunga-bunga berwarna putih. Tidak ada penantian. Tiba –tiba ia merasa sendiri dan kembali memikirkan mimpi itu. Adin jarang bermimpi, tapi kenapa kali ini mimpinya bahagia sekali, seperti kenyataan. “Apakah aku akan bahagia bersama seorang pangeran?”
Tiba-tiba lamunannya buyar ketika mendengar suara mobil menderu masuk ke dalam rumahnya. Ditengoknya keluar lewat jendela samping. Terlihat sebuah Mercy New Eyes berwarna silver masuk dari pagar tinggi berwarna hitam. “Papa sudah pulang. Tapi kenapa cepat sekali, bukanya kata Mama, Papa tiga hari ke Kalimantan?” Otak Adin berputar. Adin masih berdiri di samping jendela. Melihat papahnya keluar dari mobil dan tiba-tiba ada sesosok perempuan berumur sekitar 25 tahunan mengenakan rok span dan tank-top berwarna hitam. Lekuk tubuhnya sangat terlihat. Rambutnya yang panjang ikal membuatnya tambah terlihat seksi. Papa terlihat ramah dengan wanita itu. Mengajaknya masuk.
Adin masih mencoba menenangkan pikiranya. Mencoba berpikir bahwa itu adalah teman kerja Papa. Mungkin Papa tidak jadi ke Kalimantan, melainkan malah rekan kerjanya di Kalimantan itu yang datang ke Jakarta. Adin memutuskan untuk masuk kamar. Walau sebenarnya, hati kecilnya tahu bahwa Papanya sedang serong.
Niatnya, Adin ingin pura-pura cuek dan tidur kembali. Namun perutnya yang kenyang belum cukup untuk membuatnya merasa ngantuk kembali. Tidur siang empat jam membuat matanya seperti di charge kembali.
Di dalam kamar Adin, menyalakan televisi. Mencoba memfokuskan mata dan otaknya pada sinetron di channelnya. Tapi, tiba-tiba rasa kedetektifannya muncul. Dikecilkannya suara televisi itu. Adin berjalan mendekati pintu kamar dan menempelkan telinganya pada dinding pintu. Berusaha menangkap pembicaraan papah dan wanita itu.
“Om, istri om kemana?”
“Oh, istri saya sedang pulang ke kampung halamannya, ibunya sakit katanya”
“Lho, Om kok ngga ikut? Mertua sakit, kok Om malah di sini sih?”
“Yah… ngapain lah...Dia kan sudah besar. Masa mengurus ibunya sendiri saja masih butuh aku!”
“Lagi pula, kan di sisni ada kamu, ya pasti aku milih kamu dong, Sayang.”
“Ah, Om bisa aja…”
“Kamu tahu, malam ini kamu terlihat cantik sekali…”
“Makasih ya Om. Ngomong-ngomong, Om sekarang cuma sendirian? Tadi, soalnya saya lihat ada mobil di depan?”
“Iya, itu anak saya satu-satunya. Paling sekarang dia ikut Mamanya atau sedang nonton tv di kamarnya”
Tanpa sadar keringat dingin Adin turun di leher jenjangnya. Entah marah atau sedih, ia sendiri pun bingung. “Jadi, selama ini kalau Papa bilang kerja sama Mama, ternyata cuma selingkuh sama cewek murahan itu!!” Hati Adin memaki sekaligus berdegup kencang. Pilihannya antara keluar dan melabrak Papanya atau diam saja di kamar dan pura-pura tidak tahu. Namun, tiba-tiba muncul seorang wanita setengah baya yang masih terlihat cantik di bayangannya. Mengelus-ngelus rambutnya saat ia masih kecil. Raut wajah sendu Mamany menghiasi pikirannya. Dan dengan kekuatan penuh, Adin membuka pintu kamarnya. Berjalan menuju tangga. Adin turun. Namun langkahnya terhenti saat melihat sesosok laki-laki setengah baya berciuman panas dengan wanita brengsek itu.
“Papa!!” sentak kaget Adin.
“Eh… Mmh… kamu di rumah, Din?” Papanya gelagapan, tidak bisa menjelaskan apapun.
“Adin nggak sangka Papa brengsek seperti ini! Jadi ini yang namanya ke Kalimantan? Nenek sakit bukannya simpatik, malah selingkuh sama perempuan murah ini!” Adin nyerocos sambil menumpahkan pandangan dendamnya ke wanita itu.
“Bukan… bukan gitu, Din…”
“Adin benci Papa!!”
***

หนังสือแสดงความคิดเห็น (59)

  • avatar
    A******a@gmail.com

    BAPERRREEUUUU AAAAA BAGUS POKOKNYA LAGI NUNGGU CHAPTER SELANJUTNYA

    09/03/2022

      5
  • avatar
    Yunita Maria

    goddd

    06/11/2022

      0
  • avatar
    Chaw Pqt

    nice

    23/06/2022

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด