logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Hujan di Wajahmu (2)

Saat ini langit sudah gelap, hanya cahaya bulan yang muncul, setelah awan gelap menghilang. jalan-jalan pun tampak sepi, setelah memasuki area perkampungan. Hanya terdengar suara bising dari serangga yang bernama tonggeret atau kinjeng tangis. Arina sudah terbiasa dengan suara seperti itu.
Serangga ini akan berbunyi ketika sedang peralihan musim seperti saat ini. Ada banyak orang juga yang mengatakan bahwa suara serangga ini seperti sebuah nyanyian. Tapi itu pendapat mereka.
Tapi, bunyi bising itu tidak sebising pikiran arina saat ini. Arina hanya bisa mengharapkan kebahagian pada hidupnya. Dan mencoba untuk menerima takdir. Takdir yang sangat menyakitkan baginya.
"Kita sudah sampai." Dani menghentikan laju mobilnya tepat di depan gerbang kontrakan Arina.
Di luar mobil tampak ada seseorang menunggu, di atas motor. Orang itu mengenakan jaket hitam serta membawa sebuah plastik berwarna hitam pula.
"Itu siapa?" gumam Arina.
"Ayo turun," ajak Dani.
Dani dan Arina turun bersamaan dari mobil. Pakaian mereka masih belum kering sepenuhnya, membuat dingin dua kali lipat menusuk kulit mereka.
"Bos ... Sesuai pesanan anda." Orang yang tadinya duduk di atas motor itu langsung beranjak mendekat, menunjukkan kantung plastik besar berisi makanan.
"Dani, itu siapa?" tanya Arina, penasaran. Arina juga sedikit merasa ada yang aneh saat mendengar orang itu memanggilnya bos.
"I-itu ... Aku pesan makanan online, buat nanti malam kamu makan." jawab Dani, sedikit tergagap.
Arina jadi terpikir ... Mungkin orang itu memanggil Dani bos karena terbiasa memanggil bos kepada pelanggannya.
Dani kembali berbalik, menatap pria yang tengah membawa plastik berisi makanan. Mata Dani mengerjap dua kali. Pria itu langsung mengerti apa maksud Dani.
"Mas, ini pesanannya," ucap pria itu, lalu memberikan bungkusan makanan kepada Dani. Dani pun langsung menerimanya.
"Kapan kamu pesannya?" tanya Arina heran. Yang dia tahu setelah Arina terbangun dari tidurnya, Dani sama sekali tidak menggunakan handphone miliknya.
"T-tadi pas kamu tidur," jawab Dani.
"Berarti masnya sudah lama dong nunggunya."
"Tidak masalah kok, mba." Pria yang di anggap kurir makanan itu tersenyum pasrah. Arina melihatnya agak kasihan.
"Saya tambahin bayarannya mas, maaf ya, jadi nunggu." Dani berpura-pura menganggap pria itu sebagai kurir.
Dani mulai menarik lembaran uang dari dompetnya dan memberikannya kepada orang suruhannya. Sebenarnya dia adalah orang yang di tugaskan oleh Dani untuk mengantar makanan. Dani memberikan perintah pada orang itu saat mereka baru saja akan berangkat. Lebih awal lagi. Artinya orang ini juga sudah menunggu lebih lama lagi.
"Terima kasih, mas. Kalau begitu saya pamit dulu." Pria itu langsung pergi dengan motornya, setelah menerima uang dari Dani.
"Kenapa kamu repot-repot pesan makan? Kan aku bisa sendiri," keluh Arina.
"Supaya kamu bisa istirahat, Arina. Mandi, makan lalu istirahat. Kamu kan habis kehujanan." Dani terdengar seperti orang tua yang sedang mengkhawatirkan anaknya.
"Kamu juga kan sama!"
"Aku kan lebih kuat dari kamu, Arina. Cuma tetesan air hujan seperti ini tidak akan membuatku sakit."
"Kamu jangan sok kuat begitu!" seru Arina.
"Iya ... Nanti aku langsung pulang dan mandi."
"Harga makanannya berapa?" Arina meneguk ludah, setelah melihat makanan yang terlihat banyak dalam kantung plastik itu.
"Tidak perlu ... Kamu tidak usah menggantinya. Aku memang ingin memberimu."
"Tapi--" ucapan Arina terpotong.
"Ini pemberianku mohon untuk jangan ditolak ya." Dani memohon.
Arina merasa tidak enak kepada Dani. Dia terlalu baik kepadanya, tapi di sisi lain dia juga tidak bisa menolaknya karena itu bisa menyakiti perasaan Dani. Arina terdiam sejenak. Pada akhirnya semuanya selalu berakhir sama, Arina menerima pemberian dari Dani.
"Terima kasih." Arina tersenyum lembut.
"Sama-sama."
Dalam hatinya, Arina mengutuk dirinya sendiri karena masih belum bisa terbebas dari masa lalunya. Dia merasa kalau dirinya selalu membuat Dani repot karena ulahnya. Dia benar-benar malu.
Tapi perasaannya tidak bisa di bunuh begitu saja, biarlah waktu yang akan mengurangi rasa sakitnya.
"Kalau begitu aku pamit dulu," ucap Dani.
"Tidak mau makan dulu?" tawar Arina.
"Tidak usah, kamu makan saja sepuasnya. Sampai ketemu lagi ...." Dani melambaikan tangannya. Arina membalasnya. Dani kemudian berbalik masuk ke dalam mobilnya.
Setelah itu Arina pun langsung berbalik setelah melihat kepergian Dani. Dia menghela nafas, hari ini banyak sesuatu yang terjadi tidak terduga.
Padahal dia baru mengenal Dani sekitar tiga bulan tapi dia langsung mengajaknya menikah. Dari mana semua keberaniannya itu berasal?
"Shhh ...." Tetangga kontrakan sekaligus teman Arina tiba-tiba memanggilnya.
"Kenapa?" tanya Arina.
"Orang yang tadi di depan ke mana?" 
"Orang yang tadi di depan? Siapa maksudnya ... Dani?" batin Arina menebak-nebak.
"Siapa ...? Dani?" tanyanya.
"Kalau itu aku tahu ... Yang tadi pakai motor," ujar Sinta, teman Arina.
"Katanya sih kurir, nganter pesanan makanan. Nih makanannya." Arina menunjukkan plastik yang berisikan makanan.
"Kirain maling, aku udah panik dari tadi. Soalnya udah lama banget dia di situ. Kok kamu tega sih."
Arina menggeleng pelan. "Bukan aku yang pesan, tapi Dani."
"Wah ... Parah tuh orang, mentang-mentang kaya. Tapi kalau di lihat-lihat cakep juga sih kurirnya." Sinta tertawa pelan.
"Ciri-ciri orang yang mudah di culik," lontar Arina.
Arina langsung masuk ke kamar meninggalkan Sinta yang marah kepadanya.
Arina menaruh bunga pemberian Dani ke atas meja, dia berpikir harus membeli sebuah vas kecil untuk menyimpan dua tangkai bunga sintetis yang mirip dengan mawar.
Setelah itu Arina langsung bersiap untuk mandi, untuk membersihkan badannya. Setelah itu dia mulai menyantap makanan yang di berikan oleh Dani. Semuanya sudah sesuai perintahnya. Namun sebelum istirahat Arina kembali teringat dengan kejadian itu.
Kejadian yang membuatnya terasa semakin kesal. Orang yang dia cintai dengan sepenuh hati dengan mudahnya berpindah ke lain hati, setelah berpacaran sangat lama.
"Baginya seperti apa itu cinta? Apa hanya sebatas angin lalu?" Arina mendesahkan sesuatu ke langit-langit kamarnya.
Arina beranjak dari kasurnya. Tangan-tangannya menarik gagang lemari yang terbuat dari kayu jati. Di dalam sana, lebih tepatnya di bawah baju miliknya terdapat sebuah kenangan Arina bersama pria yang tidak tahu diri itu. Kenangan itu masih tersimpan baik, dua bulan setelah dia berkhianat pada dirinya. Dia juga belum pernah menyentuhnya lagi setelah peristiwa pengkhianatan itu.
Arina berencana untuk membakar foto berukuran 5R itu.
Perasaan memang tidak bisa di bunuh begitu saja, namun beberapa kenangan bisa di bakar. Untuk apa menyimpan kenangan buruk di dalam rumahmu?
Dalam foto itu terdapat dua pasang manusia tengah tersenyum tulus. Atau mungkin ada salah satu di antara mereka yang hanya berpura-pura untuk tulus tersenyum.
Saat foto itu terbakar, air mata Arina justru menetes. Dia sempat berpikir, untuk apa menangisi kepergian orang itu. Tapi sekuat apa pun Arina mencegahnya, air mata itu tetap jatuh. Perasaannya jauh lebih kuat dari pada keinginannya.
Arina kembali ke kasur miliknya. Dia berpikir harus mencoba untuk menerima Dani, secara perlahan. Waktu pasti akan memberikan yang terbaik untuknya. Waktu pasti akan menyembuhkan lukanya. Dia percaya akan ada keajaiban datang dalam hidupnya, yang pasti dalam keajaiban miliknya tidak akan pernah ada sosoknya lagi.
Arina ingat ... Andri pernah berjanji 'untuk sehidup semati', Namun nyatanya apa? Belum mati pun dia sudah mengingkarinya. Janji benar-benar menakutkan, mengombang-ambing seluruh perasaan. Melipat-lipat hatinya lalu merobeknya begitu saja.
Salah satu hal yang paling menyakitkan dari percintaan adalah perpisahan. Di mana kita harus mencoba untuk merelakan kepergian orang yang kita sayang, meninggalkan kita sendirian. Tanpa tahu arah kita mencoba untuk terus berjalan.
Kenangan manis Arina saat bersamanya selalu menghantuinya. Seharusnya kenangan manis tetap terasa manis. Namun bagi Arina saat ini kenangan itu seperti racun, yang membunuh secara perlahan. Rasa sakitnya terus mengalir tanpa henti.
Tapi apa pun pilihannya Arina akan mencoba menghadapinya. Keajaiban akan datang, dan dia harus memilih keajaiban apa yang diinginkannya.
Arina menarik selimut dan memejamkan mata. Mengusir segala hal yang saat ini ada di pikirannya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (78)

  • avatar
    iyan kece

    dapet duit

    4d

      0
  • avatar
    Rici Gustina

    aku sangat suka cerita ini , cerita ini sangat bagus 🤩 semakin lama ceritanya juga semakin tidak membosankan

    7d

      0
  • avatar
    Indah Widya

    Bagus cerita nya

    7d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด