logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Gugusan Renjana

Gugusan Renjana

Candramawa_1


Hujan di Wajahmu

"Aku ingin menikahimu!"
Di antara hujan Dani memegang erat setangkai bunga sintetis berwarna merah. Dia membungkuk di hadapan seorang perempuan yang cantik, dengan mata yang indah, bibir yang mungil, serta rambut yang panjang terikat. Nama perempuan itu adalah Arina.
Arina lalu memayunginya, dia tidak mau pria yang sang sangat baik kepadanya itu tersentuh air hujan.
"Bukankah itu terlalu cepat?"
"Aku ingin memilikimu sepenuhnya, Arina."
"Dani ... Berdiri dulu!"
"Aku akan berdiri kalau kamu menjawabnya." Dani menatap dalam Arina. Sorot matanya sangat menaruh harapan penuh padanya.
Namun, Arina saat ini di landa kebingungan yang amat hebat. Baginya Dani adalah sosok yang sangat hebat, dia selalu ada bahkan di saat dia membutuhkan bahu untuk bersandar. Dani juga adalah orang yang membantunya untuk sedikit keluar dari belenggu yang bernama masa lalu. Meski dia tak sepenuhnya lepas dari belenggu itu.
Sejak awal Arina tahu bahwa Dani memang tidak suka berpacaran, dia lebih suka langsung menikah. Berpacaran bisa setelahnya. Dani juga pernah mengatakan kepada Arina bahwa ia menyukainya. Dia mengatakan itu tanpa malu, di sebuah tempat awal mereka bertemu. Sebuah kafe terbesar di kota ini.
"Maaf ... Aku belum siap," ucap Arina, lirih.
Baginya Dani tetaplah masih orang baru. Hanya baru beberapa bulan dia mengenalnya. Tapi Arina percaya bahwa Dani lebih baik dari Andri, mantan kekasihnya.
Arina sebenarnya masih takut untuk memulai sesuatu yang baru lagi. Saat ini Arina juga masih terikat pada masa lalu yang menyedihkan. Orang yang sudah dua tahun bersamanya, memilih untuk bersama perempuan lain.
Masa lalu itu bagaikan rantai yang mengikat. Menghilangkannya perlu keberanian dan kekuatan. Orang yang belum selesai dengan masa lalunya tidak akan pernah bebas.
"Aku mengerti ... Aku akan terus menunggumu, sampai kamu selesai dengan masa lalumu. Yang perlu kamu tahu, Arina. Perasaanku benar-benar nyata." Dani tersenyum tipis. "Tapi aku ingin kamu menyimpan bunga ini sebagai bukti bahwa aku telah mengatakan isi hatiku ...." Dani memberikan bunga sintetis itu kepada Arina.
"Kamu tahu kenapa aku memilih bunga sintetis, Arina ...? Aku tahu bahwa kau tidak akan pernah menjawab perasaanku. Maka dari itu aku memilih bunga ini. bunga ini tidak pernah layu. Meski kamu mengabaikannya sekalipun. Sama seperti yang kurasakan saat ini." Dani berdiri, dengan tangan yang masih memegang bunga yang masih tak kunjung Arina ambil.
"Terimakasih ...." Arina menyentuh tangkai bunga itu.
Bunga itu memang tidak nyata. Hanyalah buatan tangan manusia. Tapi perasaan Dani benar-benar nyata. Bagi Dani, saat Arina menyentuh tangkai bunga itu, Arina benar-benar telah menyentuh hatinya dan juga isinya.
Bunga itu memiliki perasaan si pemiliknya. Dan sekarang bunga itu tak lagi di tangannya. Yang artinya perasaannya telah ia berikan kepada orang yang kini telah membawa bunga itu.
"Kamu harus pulang Arina!"
"Kenapa kamu terus peduli kepadaku?" Mata Arina berkaca-kaca.
"Karena aku mencintaimu ...."
"Kenapa kamu menyukai orang sepertiku?" tanya Arina, rintih. "Aku selalu mengabaikanmu ... Aku memanfaatkanmu ... Aku tidak tahu diri!" Air mata mulai menetes bersamaan dengan air hujan yang jatuh ke tanah.
"Aku lebih suka saat kamu terus memanfaatkanku ... Bahuku selalu ada untuk sandaranmu, punggungku selalu ada untukmu ... Sebagai tempat untuk menyembunyikan tangisanmu."
"Aku boleh meminjam punggungmu lagi?" tanyanya, sambil berusaha menahan air mata yang sebenernya sudah jatuh.
"Boleh ... Tentu saja, kapan pun kau mau. Punggung ini selalu ada untuk setiap kesedihanmu." Dani berbalik, mempersilakan Arina untuk menangis sepuasnya.
Di sini tidak ada yang melihat mereka, tempat ini yang jarang di lalui orang.
Arina melemparkan payung miliknya, dan langsung menjatuhkan wajahnya ke punggung Dani. Dia menangis sesenggukan, semua rasa sedihnya luruh bersamaan dengan hujan.
Dani sebenarnya mengkhawatirkan Arina, saat dia melemparkan payung miliknya. Arina bisa saja kebasahan dan sakit, tapi untuk saat ini Dani tidak bisa mengganggu Arina yang tengah menumpahkannya seluruh kesedihannya. Dan untungnya, hujan tak begitu deras.
Hubungan yang bertahan cukup lama, hancur begitu saja. Ada kalanya seseorang bisa bosan denganmu. Mereka hanya berlagak mencintaimu ... Cinta itu palsu ....
Bertahan dengan orang seperti itu hanya akan membuat hatimu sakit. Rasanya benar-benar sakit. Luka yang tak terlihat tapi nyata. Tersimpan dalam hati dan sulit untuk diobati. Bahkan orang kuat sekali pun akan tumbang jika hatinya tersakiti.
Dani menatap langit dia memasrahkan wajahnya untuk disinggahi oleh butiran air yang jatuh ke bumi. Dengan kata lain hujan bisa menyembunyikan air matanya ... Mereka bisa berbaur. Air mata dan hujan seakan memiliki ikatan tali persaudaraan.
Dani mengatur nafasnya, entah mengapa dia merasa sesak. Rintihan air hujan ini terus menghantuinya ... Air hujan ini seakan bercerita tentang kisah menyedihkannya.
Arina mencengkram erat baju Dani. Alunan kesedihan mengisi suasana hujan. Menaruh kepercayaan kepada seseorang begitu menyakitkan. Kedua orang itu kini sama sakitnya.
Sesaat kemudian suara tangisan itu menghilang, bersama redanya hujan.
"Kamu sudah selesai?" Dani bertanya.
"Iya," jawab Arina pelan.
Dani mulai berbalik. Dia menatap wajah Arina yang tampak menyedihkan.
"Ingusmu keluar." Dani tertawa pelan, meledek Arina.
Setelah Dani mengatakan itu Arina tampak malu, dia langsung mengusap hidungnya. Melihat reaksi Arina yang seperti itu membuat Dani kembali tertawa. 
Tertawa adalah obat sementara untuk sebuah luka yang tidak terlihat oleh mata.
"Ayo, aku antar pulang," ajak Dani.
"Tapi bajuku basah, nanti mobilmu bagaimana?" Arina merasa tidak enak.
"Kita berdua kan basah, Arina. Tidak mungkin aku mengatakan : 'Pulang sana cari taksi sendiri!' kepada orang yang sangat kusayangi."
Arina menarik simpul senyum. Dani selalu membuat perasaannya lebih baik. "Terimakasih ...."
Dani langsung mengantar Arina ke tempat mobilnya berada. Mobil itu terparkir tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Suasana sudah semakin larut sore, angin pun membuat tubuh mereka semakin kedinginan. Jaket Dani basah kuyup, dia harus segera melepaskannya.
"Arina, kamu masuk dulu saja."
Arina mengangguk pelan, dan mulai masuk ke dalam mobil milik Dani. Dari dalam mobil, dia bisa melihat Dani tengah menelpon seseorang suaranya tidak begitu terdengar karena kaca pintu mobil tertutup rapat. Arina juga tidak ingin menguping percakapan Dani, karena dia sering kali di bantu oleh Dani. Arina harus sopan kepada orang yang membantunya, dia masih tahu diri!
Tak lama kemudian Dani selesai dengan percakapannya di telepon.
"Maaf ... Menunggu."
"Iya ... Tidak masalah," jawab Arina.
Cahaya matahari kian menghilang saat mereka masih di tengah perjalanan. Arina tertidur dengan kondisi pakaian basah. Melihat itu Dani segera menepikan mobilnya sejenak. Dia mengambil selimut tebal yang tersimpan di belakang untuk menyelimuti Arina yang tampak pulas. Wajahnya tetap terlihat cantik meski sedang tertidur.
Namun baru saja mengagumi kecantikan Arina, Dani melihat air mata Arina keluar. Bahkan dalam tidur pun Arina masih memimpikan pria itu.
"Orang yang meninggalkannya benar-benar bodoh!" batin Dani mengutuk.
Dani kembali melanjutkan perjalanannya, dia harus segera membawa Arina ke kontrakannya sebelum dia terserang demam. Namun keadaan jalan tidak begitu baik. Adzan Maghrib sudah terdengar namun dia masih terjebak dalam kemacetan.
Dani hanya bisa menghela nafas berat.
Tak lama kemudian Arina terbangun dari tidurnya akibat klakson dari pengendara yang lain. Dia melihat sekeliling yang ramai dengan berbagai kendaraan.
"Kamu terbangun?"
"I-iya ... Kamu yang kasih aku selimut?" tanya Arina.
"Iya ... Soalnya kamu terlihat kedinginan, maaf ya, aku seenaknya kasih kamu selimut. Kalau kamu tidak suka, bilang ya ...."
"Tidak ... Justru aku sangat berterima kasih padamu. Maaf ya aku selalu ngerepotin."
"Tidak masalah ... Aku lebih suka kalau kamu begitu."

หนังสือแสดงความคิดเห็น (78)

  • avatar
    iyan kece

    dapet duit

    4d

      0
  • avatar
    Rici Gustina

    aku sangat suka cerita ini , cerita ini sangat bagus 🤩 semakin lama ceritanya juga semakin tidak membosankan

    7d

      0
  • avatar
    Indah Widya

    Bagus cerita nya

    7d

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด