logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

BAB 5 PERTEMUAN

Pagi ini cerah sekali, sesekali kicau burung bersahutan dan dengan ceria mengelilingi asrinya Kampung Menjelang. Nampak beberapa warga berangkat menuju ladangnya, ada yang bersepeda, menaiki motor hingga berjalan kaki.
Bu Sri sudah pergi ke pasar rumput diujung kantor lurah untuk membawa kue buatannya. Setiap hari Bu Sri sudah berangkat pagi-pagi sekali untuk mengantar kue yang dibuatnya. Kue yang di buat ibunya Aji dan Andi ini dititipkan kepada penjual kue di pasar. Nanti sekitar pukul 10 atau 11 baru dijemput hasil jualan dari pengepul kue. Jadi Bu Sri tidak perlu repot menjajakan kue sendiri.
Bapak yang sedang duduk diteras rumah pun tak lepas dari sapaan para tetangganya yang lewat.
“Pagi Pak Amin!” Sapa Pak Danang sambil memikul satu ikat kayu junjung dipundaknya. Kayu itu nantinya akan digunakan sebagai junjung sayuran kacang panjang yang ia tanam sekitar 3 minggu lalu.
“Pagi juga Pak Danang!” Balas Pak Amin tersenyum ramah.
Hari ini Pak Amin akan berangkat ke pasar kecamatan untuk membeli beberapa barang. Rencananya Pak Amin akan pergi bersama Mas Mamat dan tak ketinggalan bersama dua orang pendekar Aji dan Andi, sekalian Mas Mamat ingin pergi juga membeli beberapa alat pertanian.
Mas Mamat memang merawat ladang sendiri, terkadang jika saat akan menanam dan panen Mas Mamat memperkerjakan 2-3 orang untuk membantunya bekerja. Ladang yang dimiliki Mas Mamat cukup luas, ladang ini hasil dari warisan kakeknya dahulu yang awalnya diturunkan kepada Kakek Badun dan sekarang berlanjut ke tangan dingin Mas Mamat.
Di ladang ini Mas Mamat menanam 3 jenis sayuran, ada cabai rawit (yang harganya bisa melejit sangat tinggi dikala ramadhan datang), ada kacang tanah, dan sayuran hijau beragam seperti kangkung dan bayam serta sesekali diselingi selada.
Rencananya Pak Amin akan memberi sepasang bantal dan guling baru serta dua lembar selimut. Sedangkan Mas Mamat rencananya akan membeli tangki semprot dan 2 mata cangkul.
Pukul 9 pagi, Pak Amin, Aji, Andi dan Mas Mamat berangkat bersama menaiki sepeda motor. Andi bersama Pak Amin, sedangkan Aji bersama Mas Mamat. Sekitar 20 menit perjalanan mereka tempuh dengan Andi dan Aji yang asik membentangkan tangan merasakan angin dari laju sedang sepeda motor mereka.
Setelah membayar Rp 2.000,- pada petugas parkir di gerbang pasar akhirnya mereka memarkirkan motor dan sepakat untuk berjalan berpisah menyesuaikan dengan kebutuhan belanja masing-masing, namun setelahnya bertemu kembali ditempat dimana motor mereka terparkir.
Andi dan Aji menengok ke kiri dan ke kanan, melihat pasar yang penuh dengan orang-orang berlalu lalang.
Pagi itu pasar Kecamatan Muntok sangat ramai. Pedagang maupun pembeli dari kecamatan-kecamatan lain berdatangan ke sini. Ada juga mobil penjual sayuran dari kabupaten tetangga, bahkan ada yang menawarkan dagangannya dengan pengeras suara. Untuk menarik pembeli, dipertontonkan pula atraksi sulap dan lagu-lagu. Orang tua maupun anak-anak berkerumun mengelilinginya. Ada penjual minyak bul-bul bahkan minyak ular. Tidak kalah ramainya lagu-lagu dangdut yang terpancar dari penjual speaker berikut elektornik lainnya.
Pak Amin menelisik penjual yang tokonya terpajang karpet bulu rasfur didepannya. Diikuti dengan dua pendekar yang terus mengekor dibelakang bapaknya, sambil bersikut karena ingin menunjukan barang-barang yang menarik perhatian keduanya.
“Kak, coba lihat disana. Ada ikan cupang yang cantik sekali!” Sikut Andi kepada kakaknya sambil membulatkan mata melihat hal yang baru saja melihat ikan berwarna merah dengan sirip kuning keemasan.
“Ssst, sabar dulu. Setelah bapak belanja nanti kita baru ke sana. Semoga bapak ada uang lebih untuk kita.” Tukas Aji yang tetap memperhatikan adiknya agar tidak tertinggal diantara kemurunan orang-orang.
Pak Amin memulai tawar menawar dan diakhiri kesepakatan harga. Penjual telah mengikat dua pasang bantal guling agar mudah dibawa dalam perjalanan pulang.
“Pak, apa boleh kita membeli sesuatu?” Tanya Aji gugup saat bapaknya mengeluarkan uang untuk membayar pembeliannya barusan.
“Hmm. Kalian mau membeli apa?” Tatap Pak Amin bergiliran kearah keduanya.
Dengan ragu Andi menunjuk toko penjual ikan disisi sebrang toko, “Itu Pak, ikannya bagus sekali. Aku ingin membawanya pulang Pak!” Ucap Andi ragu.
“Baiklah setelah dari sini kita ke sana dan kalian boleh membeli satu masing-masing.” Ucap Pak Amin sambil tersenyum.
“Yey, hore! Terimakasih Bapak.” Balas Aji dan Andi bersamaan. Terlihat bahwa mereka bahagia sekali dengan keputusan Pak Amin tadi.
Di sebrang blok dari toko yang dimasuki Pak Amin dan anaknya, Mas Mamat terlihat sesekali berhenti didepan toko pertanian dan sempat mencari apa yang dia butuhkan, namun belum ada yang cocok dengan pilihannya.
Saat baru 5 langkahnya melintas, terlihat mata cangkul yang menarik Mas Mamat mendekat.
“Bruuk.. aduh!” Seorang gadis muda berumur sekitar 22 tahun jatuh terduduk dan kantong plastik ditangannya juga berhamburan di jalan.
“Maaf, maaf!” Ujar Mas Mamat cepat sambil membantu gadis muda itu untuk berdiri dan mengumpulkan buah jeruk yang menggelinding karena plastik yang membawanya sudah robek. “Maaf, aku tidak sengaja sehingga menabrakmu. Akan aku minta ditoko depan plastik yang baru, tunggu sebentar.”
Gadis itu memandang melihat Mas Mamat yang melangkah pergi untuk meminta plastik, “Tampan juga lelaki itu.” Gumam gadis itu dalam hati.
“Ini buahnya, maaf ya tadi sudah membuatmu jatuh.” Tangan Mas Mamat terulur untuk meminta maaf kepada gadis tadi.
“Iya mas, saya ga kenapa-kenapa. Terimakasih juga sudah menolong saya.” Ujar gadis itu sedikit tersipu.
“Saya Mamat. Nanti kalau ada keluhan lain bisa langsung bilang ke saya, saya dari Kampung Menjelang.” Ucap Mas Mamat sambil berkenalan.
“Oh iya baik Mas, saya Bunga dari Kampung sebelah, di Keranggan. Saya permisi dulu ya Mas, terimakasih!” Kali ini Bunga mengucapkan dengan sedikit tersenyum.
Deg.. dada Mas Mamat berdesir ketika gadis itu tersenyum, “manis sekali”. Mas Mamat tertegun beberapa saat melihat gadis yang baru saja tersenyum kepadanya. Baju dress bunga sakura kecil yang ia gunakan sangat cantik di tubuh gadis itu, anggun dan tentu saja cantik. “Semoga aku bisa bertemu dengannya lagi.” Batin Mas Mamat, lalu melanjutkan pencariannya kepada penjual alat pertanian.
Sekitar 45 menit lamanya kedua lelaki dewasa yang awalnya berpisah untuk mencari kebutuhan masing-masing sudah berkumpul ditempat parkir.
“Bagus sekali ikanmu dik.” Puji Mas Mamat kepada Aji yang duduk dibelakang jok motornya sambil terus tersenyum senang sambil memegang plastik bening berisi ikan cupangnya.
“Iya Mas, tadi bapak yang belikan buat kita. Bagus ya mas, ekor dan siripnya bagus sekali.” Jawab Aji merespon pujian kepada ikannya.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (186)

  • avatar
    AbilinaslpKatrina

    nice

    20/08

      0
  • avatar
    ZahroFatimatul

    iyo

    20/08

      0
  • avatar
    SAFITRINABILAH

    🙃🙃

    19/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด