logo text
เพิ่มลงในห้องสมุด
logo
logo-text

ดาวน์โหลดหนังสือเล่มนี้ภายในแอพ

Sedekat Tangan dan Kaki

Sedekat Tangan dan Kaki

dyfs


BAB 1 PENGHUNI BARU

Sudah sepuluh hari ini keluarga Pak Amin menempati rumah kontrakannnya yang baru. Keluarga Pak Amin terdiri dari Pak Amin, istrinya yang bernama Sri dan dua anak mereka yaitu Aji dan Andi.
Mereka mengontrak di rumah kakek Badun. Rumah yang ditempati keluarga Pak Amin bersebelahan dengan rumah yang ditempati kakek Badun. Sebelum dikontrak oleh Pak Amin, rumah tersebut sebenarnya menjadi satu dengan rumah yang ditinggali kakek Badun sekarang.
Ketika kakek Badun mengijinkan Pak Amin mengontrak rumahnya, kakek segera menyekat rumahnya dengan triplek pemisah. Sebagai tempat keluar dan masuk keluarga Pak Amin dibuatlah pintu menghadap ke barat. Tak ketinggalan dua buah jendela dibuat di samping pintu. Bahan pembuat dua jendela dan pintu sama, triplek.
Cukup sederhana memang, namun baik Pak Amin, istri dan kedua anaknya merasa senang tinggal disitu.
“Alhamdulillah, akhirnya kita dapat rumah kontrakan yang baru,” kata Pak Amin waktu itu setelah selesai memindahkan semua barang-barangnya.
“Ibu juga senang tinggal di sini. Dekat dengan pasar, jadi tidak usah naik motor,” Kata Bu Sri Gembira.
Maklum, selama ini Bu Sri adalah pembuat makanan tradisional seperti lemper, nagasari, putu ayu. Praktis, tiap hari ia pergi ke pasar. Selain untuk membeli bahan baku pembuat lemper, nagasari dan putu ayu, Bu Sri rutin pergi ke pasar untuk menyetorkan barang dagangannya.
Tidak beda dengan kedua orangtuanya, Aji dan Andi senang tinggal di rumah kontrakannya yang baru. Dua anak itu memang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Belum ada seminggu mereka sudah dapat banyak teman baru. Teman-teman barunya adalah anak-anak tetangga kakek Badun. Bahkan, antara Aji dan Andi yang usianya selisih satu setengah tahun itu terjadi semacam persaingan dalam mendapatkan teman baru.
“An, aku dapat teman baru nih,” kata Aji memulai pemanasan.
“Siapa namanya?” Tanya Andi adik Aji.
“Dea”.
“Dea? Dea yang tinggal di samping lapangan voli kan? Ha.. ha.. ha.. aku sudah kenal lebih dulu. Week..!” Andi mengejek Aji, kakaknya. Kedua telapak tangannya diletakkan di samping telinga. Lidahnya dijulur-julurkan.
“Hei, coba kalau Toni, kamu kenal nggak?” Aji belum mau kalah.
“Toni? Toni yang mana ya?” Tanya Andi mengingat-ingat.
“Toni. Toni itu berdadan gemuk. Rambutnya keriting. Ke mana-mana selalu membawa minum,” Jawab Aji.
“Yang benar? Namanya Toni? Aku juga pernah lihat dia di masjid. Aku pernah kenalan juga kok. Nah! Aku ingat sekarang. Namanya bukan Toni, tapi Roni! Roni! Er, er, bukan te!”.
“Hu…”, Andi menjewer telinga Aji. Yang dijewer tak terima, Aji balas menjewer.
Bu Sri yang melihat anaknya bertengkar segera melerai. “Stt.. jangan bertengkar. Nanti kakek Badun terganggu. Nih, makan nagasari saja ya. Satu-satu. Eh, hop! Masih panas. Dikipasi dulu ya!” Bu Sri mengulurkan mangkok berisi dua nagasari yang dibungkus daun pisang. Aji dan Andi segera meraihnya.
“Setelah nagasarinya habis, tolong antarkan piring ini,” pesan Bu Sri pada Aji. Aji mengganguk. Ia mengerti apa maksud ibunya. Ia disuruh mengantarkan piring berisi dua lemper dan dua nagasari ke rumah kakek Badun.
Memang, sudah menjadi kebiasaan, sebelum mengantar dagangannya ke pasar, Bu Sri selalu menyediakan lemper dan nagasari untuk kakek Badun dan Mamat, anak bungsu kakek Badun. Walaupun tidak banyak, kakek sangat senang menerima pemberian itu.
Pemberian lemper dan nagasari hangat itu merupakan salah satu dari beberapa hal yang membuat kakek Badun senang Pak Amin dan keluarga mengontrak di rumahnya.
Hal lain yang membuat kakek Badun senang adalah halaman depan rumahnya yang pagi-pagi sudah bersih karena disapu Pak Amin. Di siang hari pun, ketika Mas Mamat pergi kerja, kini kakek Badun tak kesepian.
Aji, Andi dan beberapa temannya sering bermain di bawah pohon sawo yang rindang. Kalau sudah begitu, kakek akan duduk di kursi terasnya memandang keasyikan anak-anak bermain.
Walaupun banyak yang membuat kakek Badun senang, namun ada juga yang membuatnya tidak senang. Ya, maklum saja. Hidup bertetangga, ada suka, ada pula dukanya. Yang membuat kakek Badun kadang tidak senang adalah keributan yang sering terjadi antara Aji dan Andi. Kadang berebut mainan, berebut makanan, salah paham atau yang lainnya.
Seperti sore itu, sehabis mandi kakek Badun mendengar pertengkaran Aji dan Andi. Entah karena apa pertengkaran itu terjadi, yang jelas kakek Badun mendengan suara teriakan Aji dan Andi beradu mulut dari balik triplek.
“Kamu ngajak bertengkar duluan!” terdengar suara Aji meninggi.
“Kamu!” Bantah Andi tak kalah keras.
“Coba kalau kamu nggak merusak mainanku, aku nggak akan marah.”
“Menuduh kamu ya! Siapa yang merusak mainanmu? Mana buktinya? Jangan asal ngomong!” suara Andi membela diri.
Biasanya, bila Aji dan Andi mulai bertengkar, sebentar kemudian akan terdengar suara Pak Amin dan Bu Sri yang melerai pertengkaran. Namun, kala itu tidak. Adu mulut antara Aji dan Andi berlangsung agak lama. Kadang terdengar pula oleh kakek Badun suara buk! Buk! Seperti bantal yang dipukulkan.
Barangkali saja Pak Amin dan Bu Sri belum pulang. Kakek Badun mengambil inisiatif, ia ingin melerai pertengkaran itu sebelum menjadi tambah sengit. Tok! Tok! Tok! Tok tok tok! Kakek badun mengetuk-ngetuk dinding triplek pembatas. Pertengkaran masih berlanjut. Rupanya Aji dan Andi tak mendengar suara ketokan di triplek.
Kakek mengeraskan suara ketokannya.
Tok tok tok!
Tok tok tok!
Tok tok tok tok tok tok!
Usaha kakek Badun berhasil. Suara pertengkaran berhenti sejenak.
“Hei! Aji, Andi! Jangan bertengkar terus. Nanti kakek laporkan ke bapak kalian! Biar kalian dimarahi! Ayo damai! Aceh saja sudah damai! Masa kalian .. huk.. huk.. huk!” Kakek Badun melantangkan suaranya sampai berbatuk-batuk.
Akhirnya Aji dan Andi diam dan saling menatap sejenak. Kemudian Andi mengulurkan tangannya untuk bersalaman, cukup lama Aji akhirnya menjabat tangan Andi dan mereka berdamai.
Mereka berdua kemudian keluar rumah, akan bermain dengan teman-teman mereka. Kakek Badun merasa lega. Kakek tidak peduli lagi yang dilakukan Aji dan Andi, yang penting tidak terdengar lagi olehnya kerusuhan dan tidak mengganggunya lagi.

หนังสือแสดงความคิดเห็น (186)

  • avatar
    AbilinaslpKatrina

    nice

    20/08

      0
  • avatar
    ZahroFatimatul

    iyo

    20/08

      0
  • avatar
    SAFITRINABILAH

    🙃🙃

    19/08

      0
  • ดูทั้งหมด

บทที่เกี่ยวข้อง

บทล่าสุด