ทั้งหมด : 18บทที่ 1 Mencurigakan
"Diah pergi dulu, Mas. Assalamu'alaikum!" Aku berpamitan kepada Mas Yoga, suamiku, yang sedang merok
readmore บทที่ 2 Tak Tahu Malu
Mas Yoga tampak sangat salah tingkah. Aku masih menatapnya tajam. Tak tahan, langsung saja kutanyaka
readmore บทที่ 3 Hutang
"Ayah belum makan? Kalau gitu masuk dulu, Yah! Makan bareng Mas Yoga!" ajakku seketika. Hatiku rasan
readmore บทที่ 4 Sungguh Terlalu
"Hu–hutang?" Terbata-bata aku mengucap satu kata itu. "Iya, hutang! Sudah seminggu ini Yoga selalu ja
readmore บทที่ 5 Firasat
Aku mendekati Utari. Ia sudah terisak-isak. Air matanya mengalir di kedua belah pipi. Ada apa sebena
readmore บทที่ 6 Suara Dari Kamar
Kugenggam erat benda merah bundar itu. Entah apa yang akan kulakukan. Untuk saat ini harus tenang, s
readmore บทที่ 7 Hukuman
Memahami apa yang sedang terjadi, aku perlahan mundur lalu berjalan sepelan mungkin meninggalkan rum
readmore บทที่ 8 PoV Yoga
Perasaanku tak karuan. Kejadian tadi siang masih membuatku syok bukan kepalang. Bagaimana tidak, saa
readmore บทที่ 9 Hari Yang Aneh
Kesempatan kedua, kurasa siapa pun berhak mendapatkan itu. Kesalahan yang dilakukan Mas Yoga sangat
readmore บทที่ 10 Bercerailah, Di!
"Mas, ada apa?" tanyaku kepada Mas Azka yang tampak sedikit menakutkan. Rahangnya mengeras. Aku berge
readmore บทที่ 11 Mas Yoga Sakit?
Perjalanan pulang kami lalui tanpa suara sedikit pun. Hanya deru mesin motor yang sudah tua ini saja
readmore บทที่ 12 Bohong
Gamang langkahku terasa. Tak sadar, aku sudah berdiri di samping tubuh Mas Yoga yang terbaring di at
readmore บทที่ 13 Tabungan
Hah, bohong? “Ma-maksud Bapak, apa?” tanyaku tergagap. Aku betul-betul tak menangkap arah pembicaraan
readmore บทที่ 14 Mogok
“Bu Widya, boleh saya bicara sebentar?” tanyaku kepada omanya Angel setelah kami selesai belajar. “Bo
readmore บทที่ 15 Kejutan Manis
Sesampainya di kediaman Angel, gerbang terbuka lebar. Setelah membayar ongkos ojek, aku segera masuk
readmore บทที่ 16 Pengecut
Hampir terjatuh rasanya ponsel di genggaman setelah menerima telepon itu. CS bank yang baru saja men
readmore บทที่ 17 Bertengkar
“Gimana motornya, sudah tidak mogok lagi?” Pertanyaan Pak Prima mengejutkan aku yang baru saja samp
readmore บทที่ 18 Trauma Masa Lalu
(Dua Puluh Tahun yang Lalu) “Di, Bapak ke ladang dulu, ya. Kamu di rumah saja sama Bulik Atun dan Ma
readmore
Best ceritanya
12/08
0Sangat bagus
11/08
0tooo
16/06
0bagus banget
19/05
0bagus banget
11/05
0bagus
28/04
0👍 oke
07/04
0saya suka dengan cerita ini
06/03
0mantap
26/01
0dgn membaca novel ini saya banyak dapat wawasan dan pengalaman hidup
01/01
0