logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

Dikejar Harimau

Tanpa menjawab pertanyaan Alex, gadis itu sudah memijat kakinya.
Kreteek….
"Mamaaa…." Terdengar jeritan panjang saat kaki Alex dipijat.
Burung-burung yang ada di sekitarnya kaget dan beterbangan.
"Nah, sudah selesai," ucap gadis itu setelah menyelesaikan aksinya.
"Hey, apa kamu sudah gil*? Kamu bisa saja membuat kakiku bertambah parah, apakah kamu mau bertanggung jawab jika terjadi sesuatu kepadaku? Asal kamu tahu saja ya, aku ini adalah orang penting yang punya kuasa dan uang, aku akan memenjarakanmu jika sesuatu terjadi padaku nanti, awas saja kamu."
"Hallo tuan yang suka marah-marah dan mulutnya seperti perempuan…."
"A-apa? Seperti perempuan kamu bilang?"
"Iya, lalu apa sebutan untuk lelaki yang cerewet sepertimu?"
"Aku cerewet katamu?"
"Iya, bahkan melebihi Bundaku yang ada di rumah cerewetnya. Oh ya, coba kamu gerakkan kakimu dulu sebelum ngomel-ngomel tidak jelas."
Alex masih bergeming dari tempat duduknya, dia enggan menggerakkan kakinya karena rasa sakit yang baru saja dia alami.
"Tidak, aku tidak mau, pasti sakit sekali."
"Ayolah Bung, jangan cemen seperti anak kecil. Cobalah dulu baru komentar."
"Apa katamu? Aku cemen? Dasar cewek rese."
"Iya, aku akan meninggalkanmu sendirian di sini kalau kamu tidak segera beranjak dari sana."
Alex masih merasa ragu untuk menggerakkan kakinya.
"Ok, aku akan pergi, selamat menjadi santapan binatang buas, weekk," ucap gadis itu berlalu menuju ke sepeda motornya sambil menjulurkan lidah ke arah Alex dan menggoyangkan b*k*ngnya ke kiri dan ke kanan.
"Tunggu, jangan tinggalkan aku sendirian." 
Alex berusaha berdiri dan mulai berjalan mendekati gadis itu.
"Wow, kakiku sudah tidak sakit sama sekali, ternyata kamu hebat juga ya."
"Tentu saja, kamu bisa percaya padaku untuk masalah sekecil ini," ucap gadis itu sambil membusungkan dada.
"Hey, jangan sombong dulu, aku jadi begini juga karena ulahmu, memang sudah seharusnya kamu menolongku kan? Aku korban di sini, dan kamu pelaku utamanya."
"Ah, malas sekali ngomong sama kamu, aku pergi dulu," ucap gadis itu sambil memakai helmnya.
"Hey, tunggu dulu, kamu benar-benar akan meninggalkanku sendirian di sini?"
"Tentu saja."
"Kamu tidak lihat keadaan sepeda motorku?"
"Memangnya kenapa dengan sepeda motormu?"
"Ish, memang susah ya ngomong sama cewek b*go."
"Oh, ya sudah, cewek b*go mau pergi dulu."
"Hey, aku bilang tunggu dulu."
"Apaan sih? Cepat katakan apa maksud mu."
"Dengan kakiku yang masih sakit ini, mana bisa aku berkendara. Lagipula motorku butuh di servis dulu takut ada yang rusak. Aku tidak mau mengambil resiko dengan mengendarai motor rusak."
"Lalu?"
"Aku butuh menelepon bengkel agar motorku bisa diperbaiki dulu."
"Oh, yasudah, segeralah hubungi bengkel."
"Hapeku kehabisan batre dan sekarang mati, Nona."
"To the point saja, sebenarnya apa yang ingin kamu katakan, jangan bertele-tele seperti itu."
"Aku butuh tumpangan."
"Ngomong dari tadi dong."
Pada saat itu ada mobil pick-up yang dikendarai oleh orang yang dikenal gadis itu.
"Mang." Gadis itu berteriak menghentikan mobil pick-up yang dikendarai Mang Asep.
"Iya Neng, ada yang bisa saya bantu?" jawab pengendara mobil tersebut.
"Bisa minta tolong bawa sepeda motor ini ke atas?"
"Bisa Neng. Jang, ayo bantu naikkan sepedanya," ucap si pengendara memanggil temannya.
"Tunggu-tunggu, kenapa kita ke atas? Ke atas itu ke mana?"
"Ke desaku lah."
"Aku butuh bengkel resmi Yimihi untuk servis sepeda motorku, bukan bengkel murahan. Memangnya di atas ada bengkel bagus?"
"Tuan cerewet yang terhormat, jarak ke kota lebih jauh dari pada ke atas, ini sudah malam, tidak mungkin kami akan mengantarmu ke kota. Lagipula, Mang Asep pasti keberatan untuk mengantarmu karena dia pastinya punya pekerjaan lain."
"Lalu aku harus tidur di mana kalau ke desamu?"
"Gampang, kandang sapiku masih cukup luas untuk kamu tempati."
"Hey, apa-apaan kamu? Masak aku disuruh tidur sama sapi sih."
"Cuma itu tempat yang kosong kok."
"Kamu ini…."
"Kamu mau atau tidak? Aku buru-buru atau kamu mau aku tinggal di sini biar dimakan harimau?"
"Memangnya beneran ada harimau di sini?"
"Tentu saja, ini di pegunungan, kadang harimau turun gunung untuk mencari makanan."
"Ok ok, aku mau." Alex terpaksa menyetujui usul gadis tersebut.
"Bagus. Mang, naikkan ke mobil sepedanya ya."
"Siap Neng." Asep mulai menaikkan sepedanya dan mengikatnya dengan erat.
"Tolong jangan diikat terlalu erat Mang, nanti sepeda saya bisa rusak," protes Alex.
"Heh, tuan cerewet, bukannya sepedamu memang sudah rusak? Protes saja dari tadi. Cepat jalan, Mang."
"Iya tapi kan…."
"Sudahlah, ayo cepat naik. Nanti keburu kabut turun."
"Iya, iya bawel."
Gadis itu mulai naik ke sepeda motornya.
"Tunggu-tunggu…."
"Ada apa lagi sih?"
"Jadi kamu yang mengendarai sepedanya dan aku harus membonceng di belakang?"
"Tentu saja, memang kamu maunya bagaimana?"
"Aku cowok hlo, masak aku di belakang sih, seharusnya aku di depan dong."
"Memangnya kakimu kuat untuk berkendara?"
"Eh, iya juga sih."
"Cepetan naik tuan cerewet, atau mau saya tinggal."
"Iya, iya nona bawel."
"Ish…."
Alex mulai membonceng di belakang, dia memberikan jarak agar tidak menempel pada punggung gadis itu, sepeda motor melaju dengan perlahan membelah kesunyian malam.
"Lucu sekali, baru sekali ini aku dibonceng cewek pakai sepeda motor."
"Memangnya sebelumnya bagaimana?"
"Tentu saja aku yang menyetir dan mereka yang membonceng. Lihatlah, aku terlihat tinggi sekali dan kamu, pendek sekali, hahaha."
"Hey, stop bodyshamming. Bagaimanapun juga si pendek ini lah yang telah menyelamatkanmu."
"Iya iya, terimakasih ya pendek karena telah menyelamatku, hahaha." Alex tertawa dengan keras.
Cieeet….
Tiba-tiba saja gadis itu mengerem mendadak menyebabkan Alex maju dan menempel di punggung gadis itu.
"Hey, bisakah kamu lebih berhati-hati, atau jangan-jangan kamu sengaja agar bisa berdekatan denganku?"
"Idih, amit-amit, jijay bawang bombay deh. Tuan cerewet, coba kamu lihat di depan ada apa?"
"Memangnya ada apa sih?"
"Liat dulu napa?"
Alex mencoba melihat apa yang ada di depan mereka.
"I-itu, wuaaa…." Alex menjerit dan mulutnya terbuka lebar melihat benda tersebut.
"Sttt … jangan berisik!" Gadis itu buru-buru menutup mulut Alex.
Di depan mereka, terlihat seekor harimau sedang melahap mangsanya tepat di pinggir jalan, sepertinya itu seekor ayam hutan. Sangat tenang dan tidak merasa terganggu oleh kedatangan mereka berdua.
"Hey, pendek, apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Tentu saja pergi dari sini, memangnya kamu mau menjadi makanan pencuci mulutnya? Kalau iya, kamu bisa turun di sini."
"Sembarangan, melihatnya makan saja sudah membuatku begidik ngeri."
"Kalau begitu, ayo pergi, pada hitungan ketiga aku akan melajukan sepeda motorku dengan kecepatan penuh."
"Ok, baiklah."
"Tiga…." 
"Wuaaaa…." Alex kaget karena tiba-tiba saja sepeda motor dijalankan, reflek dia memeluk pinggang gadis itu.
"Kamu bisa berhitung tidak sih?" protes Alex.
"Diam! cerewet."
Gadis itu masih terus melajukan sepedanya sambil sesekali melirik ke spion.
"Aduh, kenapa dia ngejar sih?"
"Apa? Mana?" Alex menoleh ke segala arah mencari harimau tersebut.
"Lihat di belakangmu, cerewet."
"Hah? Ayo cepat, kenapa lambat sekali sih." Alex melihat ke belakang dan kaget melihat harimau tersebut masih terus mengejar dengan mulut berlumuran darah.
"Ini sudah cepat, lihat ini jalan tanjakan, terlalu berat tahu,mana kuat menahan beban tubuhmu yang besar itu."
"Berisik, buruan gas, dia sudah semakin dekat."
"Aku masih berusaha, cerewet."
"Ini gigi berapa? Kenapa malah melambat sih?"
"Gigi dua."
"Dasar pendek, cepat alihkan ke gigi satu, mana kuat jalan tanjakan begini dengan gigi dua."
"Iya, iya, dasar cerewet."
"Begini nih kalau cewek yang nyetir."
"Bisa diam tidak?"
"Iya, iya, cepetan, dia sudah semakin mendekat."
Gadis itu langsung mengalihkan ke gigi satu dan melaju dengan cepat.
Akhirnya mereka sampai di dekat perumahan warga.
"Apakah dia masih mengejar kita?"
"Tidak, dia sudah tidak terlihat."
"Fyuuh, syukurlah, selamat kita. Heh, jangan peluk-peluk pinggangku gini dong, dasar mesum."
Tanpa Alex sadari, tangannya masih melingkar di pinggang gadis itu.

Book Comment (422)

  • avatar
    PopiriaRebeca

    Cerita nya sangat menarik. Dari awal membaca saya sama sekali tidak merasa bosan dengan alurnya. Semangat terus menulis cerita ini, saya sangat menyukai cara penulisan anda🥰🥰

    08/08/2022

      2
  • avatar
    saputraIndri

    alur ceritanya bagus, tapi ada perbicangan yang absurd jadii gak jelas gto.. semangat terus Thor menulisnya🤗🤗

    19/04/2022

      0
  • avatar
    balqisSuria

    good.

    1d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters