logo text
Add to Library
logo
logo-text

Download this book within the app

24. Pertemuan

Ada perasaan tak tega saat melihat wajah pucat sang istri. Tapi tampaknya Gio sudah kehabisan cara untuk menghadapi betapa keras kepalanya sang istri. Gio tampak putus asa memaksa Nadia untuk segara makan, karena sudah memasuki waktu untuk minum obat. Dia ingin istrinya segera sembuh dan pulih seperti sedia kala, sehingga mereka bisa memperbaiki rumah tangganya agar kembali harmonis seperti dulu. 
"Makanlah! Lalu minum obatnya, agar kau cepat pulih." Perintah Gio yang masih terus berusaha menyuapi Nadia.
Gio baru sadar, ternyata meyakinkan istri untuk menuruti keinginannya lebih sulit dari pada menyakinkan klien untuk menandatangi kontrak kerja. Gio hanya butuh membuat proposal dan melakukan presentasi yang menyakinkan kliennya, lalu kesepakatan terjadi dan mereka menandatangani kontrak. Sedangkan menghadapi Nadia istrinya, Gio bingung harus menggunakan jurus apa. Dirayu, istrinya melengos, dimanja malah sepertinya merasa jijik menghadapi suaminya. Kalau dibiarkan saja, tentu kesehatan istrinya akan membutuhkan waktu lama untuk bisa pulih.
Gio tidak meminta yang berlebihan pada Nadia istrinya. Apa yang diminta Gio adalah sesuatu untuk kebaikan Nadia juga, hanya makan dan minum obat tepat waktu, itu saja.
"Ada banyak orang di luar sana harus bekerja keras terlebih dahulu hanya untuk bisa mendapat sesuap nasi, apa pun keadaanmu saat ini aku harap kau masih bisa mensyukuri apa yang ada di depanmu." Gio terus berusaha menyuapkan makanan ke mulut Nadia.
"Aku bisa makan sendiri Gio." Bukan karena ingin membantah atau tidak patuh pada suaminya, tetapi Nadia justru merasa risih dengan perhatian Gio yang dia rasa terlalu berlebihan.
Terdengar suara pintu terbuka, Noorma muncul dari bali pintu dengan perlahan diayunkan kaki melangkah mendekati brankar Nadia. Nadia dan Gio segera mengalihkan pandangan mereka ke Noorma.
"Maafkan saya!" Kata yang terucap dari mulut Noorma, Nadia dan Gio saling memandang karena tidak tahu alasan Noorma minta maaf.
"Saya tidak akan mengganggu kebahagiaan kalian lagi, meskipun saya sangat berharap Gio bersedia menemui papanya, tapi saya tidak akan memaksanya lagi. Seperti di saat sehatnya Mas Surya, dia selalu bertanggung jawab sebagai suami. Sebagai istri, mungkin sekaranglah waktunya saya berbakti pada Mas Surya, suami saya. Saya akan merawatnya dengan ikhlas." 
Noorma merasa sangat bersalah kepada Nadia. Dia tak pernah menduga kehadirannya akan berakibat buruk pada rumah tangga Nadia dan Gio. Perasaan Noorma sudah tidak tenang sejak ia meninggalkan rumah Gio, apalagi saat itu Gio dalam keadaan marah. Awalnya dia hanya ingin menghubungi Nadia, bermaksud untuk menanyakan kabar, tetapi karena setelah berulang kali tak diangkat, Noorma memberanikan diri menghubungi ke telepon rumah. Betapa terkejutnya dia saat mendengar penjelasan dari Bi Asih, jika sejak kehadirannya rumah tangga Nadia dan Gio menjadi tidak harmonis, dan puncaknya terjadinya pertengkaran yang mengakibatkan Nadia keguguran.
Setelah mengetahui rumah sakit tempat Nadia dirawat, Noorma bergegas ke sana untuk melihat keadaan Nadia dan meminta maaf padanya. Dia sudah menyiapkan mental jika dirinya harus menerima umpatan dan cacian dari Nadia ataupun Gio. Bahkan Noorma sudah berjanji pada dirinya sendiri tidak akan lagi meminta Gio menemui Surya, tetapi dia selalu berdoa dan berharap jika suatu saat hati Gio akan terbuka dan menemui papanya dengan sendirinya atas kesadaran dan tanpa adanya paksaan.
"Gio, tak apa kalau kau tak ingin menemui papamu, tapi tolong maafkan dia! Saya permisi, semoga kalian bahagia, dan segera mendapat momongan." Noorma segera berbalik sambil menyeka air matanya.
"Sungguh tidak bertanggung jawab!" hardik Gio, membuat Noorma menghentikan langkahnya. "Setelah membuat kekacauan kau hanya bilang maaf dan pergi begitu saja." Lagi ucap Gio dengan nada sinis.
"Sudah Gio!" Nadia mengusap tangan Gio, agar lelaki yang berstatus sebagai suaminya itu tidak meluapkan emosinya di rumah sakit, Nadia tidak ingin ada keributan yang akan mengganggu pasien lainnya di rumah sakit tempat ia dirawat.
"Apa yang kau inginkan, Gio? Jika aku bisa memberikan atau melakukan yang kau inginkan, akan aku penuhi saat ini juga." Noorma membalikkan tubuhnya, dia akan menerima apapun perlakuan Gio padanya. "Saya tahu kesalahan saya sangat besar, saya akan berusaha semampu saya untuk menebus semua kesalahan yang telah saya lakukan."
Gio segera berdiri lalu berjalan menghampiri Noorma. Nadia berusaha meraih tangan Gio tetapi tidak berhasil.
"Gio, aku mohon! Sudahlah, tak perlu diperpanjang lagi." Lirih suara Nadia mengiba.
"Kau harus turut bertanggung jawab atas kesehatan Nadia, dari tadi dia belum makan dan belum minum obat. Kau harus bisa membuatnya segera makan dan minum obatnya, sebelum itu semua kau lakukan, kau tidak boleh pergi dari sini," ucap Gio di depan Noorma.
Nadia mengalihkan pandangannya, jengah dengan sikap suaminya tersebut. Sedangkan Noorma, tampak ada kelegaan di wajah wanita paruh baya itu, hingga senyum terukir manis di bibirnya. Tanpa membuang waktu Noorma segera menghampiri Nadia yang masih terduduk di brankarnya. Noorma segera menjatuhkan pantatnya duduk di kursi dekat brankar Nadia. Diraihnya sendok makan agar bisa segera menyuapi Nadia.
"Saya bisa sendiri, Bu Noorma tidak perlu repot-repot." Nadia bergegas menjejalkan suap demi suap makanan ke dalam mulutnya, meskipun sebenarnya dia sedang tidak bernafsu untuk menyantap hidangan di depannya.
Melihat makanan di depan Nadia sudah hampir habis, Noorma bergegas mengambil obat Nadia dalam box kecil di atas nakas yang sudah disiapkan oleh perawat. Nadia terlihat hanya pasrah saat menerima obat-obatan dan segelas air putih yang disodorkan Noorma. Akhirnya Gio bisa tersenyum lega melihat Nadia bersedia makan dan meminum obatnya.
"Kamu harus segera pulih, ibu ingin bisa membuatkanmu jus lemon yang lebih sehat dan lebih enak dari pada yang di kafe kemarin." Ucap Noorma sambil merapikan perlengkapan makan Nadia. "Bahkan ibu sudah mengabarkan pada papanya Gio kalau dia akan mendapat cucu ..."
"Apa maksud Bu Noorma?" sergah Nadia, yang tidak tahu arah pembicaraan Noorma.
"Mengapa kau menutupi semuanya dariku Dia?" Gio segera menghampiri Nadia. "Mengapa kau bisa mengatakan kehamilanmu padanya orang yang baru kau kenal, tapi tidak padaku? Aku suamimu Dia." Gio tak bisa menutupi perasaan kecewanya pada Nadia istrinya.
"Aku juga baru mengetahui kehamilanku setelah aku keguguran Gio," sanggah Nadia sambil meneteskan air mata.
"Oh Tuhan! Jadi kalian belum mengetahui kehamilan ini sebelumnya?" Noorma menjeda kalimatnya menyaksikan raut kesedihan di wajah Nadia dan Gio. "Nadia tidak mengatakan apapun pada ibu, Gio. Waktu ibu menemui Nadia dan melihatnya memesan jus lemon, ibu hanya menebak mungkin Nadia sering mual karena sedang hamil muda." Noorma menjelaskan dugaannya kala itu.
Nadia mengelengkan kepalanya, menyesal tidak menyadari jika dirinya sedang mengandung. Sedangkan orang lain saja bisa langsung mengetahui keadaannya.
"Aku ibu yang bodoh, benar-benar bodoh." Amarah Gio yang hampir meledak berubah menjadi kesedihan kala melihat Nadia menangis, dia pun bergegas memeluk dan menenangkan istrinya. "Bagaimana mungkin aku tidak menyadari kehadirannya di rahimku?" Nadia menangis tergugu dipelukan Gio.
"Dia, kumohon tenanglah. Semua akan baik-baik saja, kita akan memiliki anak lagi."
Gio segera menekan tombol nurse call di dekatnya. Noorma pun tak kalah paniknya, dia segera berlari keluar ruangan dan berteriak-teriak memanggil perawat agar Nadia segera mendapat penanganan.
***
Gio terlihat sangat terpukul saat harus menyaksikan Nadia kembali terlelap di atas brankarnya. Dengan terpaksa akhirnya dokter memberikan obat penenang untuk Nadia setelah dia kembali mengalami histeris. Dokter yang menangani Nadia menjelaskan bahwa secara fisik Nadia baik-baik saja, tetapi ada trauma karena mengalami keguguran yang berulang, sehingga Nadia membutuhkan konsultasi dengan psikiater untuk memulihkan kejiwaanya.
Beberapa kali Noorma melihat ke arah jam yang melingkar di tangan kirinya. Niat awalnya memang tidak akan lama menjenguk Nadia di rumah sakit. Sebenarnya dia masih ingin menemani Nadia dan Gio melewati masa-masa sulit pasangan muda itu, tetapi Noorma masih punya tanggung jawab yang besar yang tidak bisa dia tinggalkan, yaitu merawat Surya, suaminya yang sedang sakit.
Suara pintu terbuka memecahkan keheningan, Permadi bersama Yunita memasuki ruang perawatan Nadia. Langkah Permadi dan Yunita menjadi pelan dan akhirnya mereka menghentikan langkahnya saat pandangan mereka menangkap sosok Noorma di dekat Nadia.
Yunita segera mengenggam erat lengan Permadi saat melihat keberadaan Noorma. Yunita memindai penampilan Noorma, meskipun usia mereka tidak jauh berbeda tetapi Noorma terlihat jauh lebih muda. Wajah Noorma terlihat masih tetap cantik di usianya yang sudah tak muda lagi, busana yang ia kenakan membuatnya terlihat anggun dan tambahan asesoris yang pas membuat penampilannya semakin terlihat elegan. Semua yang ditangkap oleh netra Yunita, apa saja yang melekat di badan Noorma bukanlah barang murahan.
Permadi dan Noorma saling berpandangan, ada luka dan kerinduan dari sorot mata mereka berdua. Dengan segera Noorma mengalihkan pandangannya ke Nadia. Kembali ia mendekati Nadia dan diraihnya tangan Nadia, meskipun ada jarum infus yang masih menancap.
"Lepaskan! Jangan sakiti dia!" Gio berusaha melepaskan tangan Noorma dari lengan Nadia.
Noorma terus memaksa, hingga ia berhasil membuka lengan baju Nadia. Tangis Noorma pecah saat melihat tahi lalat yang berada di lengan kiri Nadia.
Noorma ingin merengkuh tubuh Nadia ke dalam pelukannya, tetapi dengan segera Gio menarik tubuh wanita paruh baya yang berstatus ibu tirinya itu.
"Ijinkan ibu memeluknya, Gio." Noorma memohon pada Gio dengan bulir-bulir bening berderaian membasahi pipinya.

Book Comment (305)

  • avatar
    WindrianiKartika

    iiiihhhhh..... seru.... mo cari tau alasan kenapa orang tua nya ngelakuin itu. kalo memang saling mencintai kenapa nikah sahnya ama Nadia. kenapa gak dari awal aja sama Nabila. pengen liat mereka pada nyesel. semangat terus wahai penulis^^

    18/03/2022

      1
  • avatar
    IbnatuSalmaibnatu

    baguss

    1d

      0
  • avatar
    Uda Hendra

    bagus

    2d

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters