logo
logo-text

Download this book within the app

Chapter 4

Sekumpulan babi ngepet mulai menyeruduk ke Hendra. Laki-laki itu menghindar ke samping kiri. Bersiap untuk membacok mereka. Sayangnya, pergerakan mereka cukup gesit. Para babi tersebut memutar arah belok kiri. Menatap tajam pada laki-laki memegang clurit tersebut. Hendra terus menghindar tanpa henti. Namun bukan berarti dia memilih bertahan. Hendra mencari cara untuk menyerang balik.
Hentakan kaki para babi ngepet menggetarkan tanah di area sekitarnya. Heni dan Rudi yang baru saja merasakannya, berlari menuju ruang kamar tidur anak-anak. Heni mencari sesuatu di dalam lemari Kinan dan Syarifah. Akhirnya, dia berhasil menemukannya. Sebuah piringan hitam tanpa judul masih dalam kondisi baik-baik saja. Kemudian, sebuah benda yang terbungkus jimat dan lain-lain, dirobek oleh Heni. Piringan hitam tersebut dimasukkan ke dalam sebuah player. Lalu bagian catridge headshell diangkat dan digeser ke kiri. Piringan hitam berputar pelan. Suara lagu nyanyian Bing Crosby berjudul Swinging on a Star diputar. Rudi tidak mengerti kenapa Heni memutar lagu tahun 1940an. Namun, suara getaran tanah mulai berkurang.
“Sayang, tolong ambilkan headphone di kamar dan taruh di telinga anak-anak. Kalau bisa, headphone tanpa kabel yang diambil.”
“Tapi—”
“Cepatlah!”
Rudi menaruh Kinan dan Syarifah yang masih tertidur pulas. Dia pergi menuju ruang kamar tidur mereka,menggeledah lemarinya dengan cepat. Rudi menemukan headphone tanpa kabel berwarna putih dan hitam. Di bagian pengiring telinga, terbuat dari kulit bulu tebal. Rudi bergegas ke ruang kamar tidur anak-anak. Memasangkannya ke telinga mereka masing-masing. Setelah dipasangkan dengan hati-hati, Rudi menghampiri Heni.
“Tapi kenapa lagu lama yang diputar?”
“Maksudmu lagu yang dinyanyikan Bill Cosby? Lagu ini kesukaanku sejak kecil. Serta kakak menaburkan sesuatu di balik lirikan lagu, sehingga menghasilkan unsur sihir penenang. Akibatnya, mereka akan lupa dengan kejadian ini. Ditambah lagi, gempa yang dihasilkan bukan berasal dari alam. Melainkan makhluk halus yang menyerang kakak.”
“Babi ngepet ya? Aku melihatnya menggunakan ini,” akui Rudi mencolek permukaan kacamata khusus.
“Ya. Makanya itu, kakak mempersiapkan ini semua untuk perlindungan kita. Setidaknya, dunia roh harus terpisah dengan dunia manusia, apapun yang terjadi!”
Walau demikian, Heni memiliki firasat buruk soal keadaan di luar. Dia berharap Hendra baik-baik saja menghadapi sekumpulan babi ngepet.
~o0o~
Hendra berkali-kali menghindar. Akan tetapi, kedua kakinya mulai kesakitan karena terlalu banyak lompat. Sialnya, para babi ngepet itu tidak mau menyerah begitu saja. Hentakan kaki terus mengarah padanya. Bura yang merasakannya, mencoba menggerakkan clurit yang digenggam Hendra. Ujung clurit menarik tubuh Hendra ke samping kiri. Nyaris terjerembab selokan separuh kakinya. Namun yang dilihat malah melayang di udara.
“Oi, apa yang kau lakukan?” tanya Hendra.
“Aku berusaha menggerakkan clurit milikmu. Kedua kakimu masih belum sembuh total karena luka di Bali itu, ‘kan?”
Ekspresi Hendra menegang. Dia telah mengetahui ketakutan terbesar saat menerima permintaan dari pak Edi. Yaitu kakinya belum sembuh total. Jika dibiarkan, akan mengalami cedera dan tidak bisa bergerak untuk sementara waktu. Hendra melirik pada sekumpulan babi ngepet yang tidak melihat dirinya di atas. Mereka sibuk bergerombol di depan rumah dia. Kepala babi ngepet sibuk menoleh ke mana perginya Hendra. Saat itulah, dia melancarkan serangan balasan. Ayuanan clurit dari atas. Mengeluarkan energi api hitam membara, meluncur ke tanah. Seketika, para babi ngepet menerima serangan oleh Hendra. Mereka terhempas ke tanah. Beberapa lainnya melayang di udara sebelum Bura mengambil jiwa para babi ngepet. Mulutnya dibuka, menghirup sebanyak-banyaknya. Sedangkan tangan kanan Hendra terus diayunkan tanpa henti. Salah satu babi ngepet berusaha terbang dan menyeruduk kepala Hendra. Dengan sigap, Hendra memotong kepalanya hingga terbelah jadi dua bagian.
“Huh! Tidak kusangka kau begitu mahir dalam menggunakan clurit!”
“Berisik dan selesaikan pekerjaan kita yang merepotkan,” cemooh Hendra bernada sarkas.
Akhirnya, mereka telah membereskan para babi ngepet yang bergerombol. Walau demikian, ada dua ekor babi yang tidak mau menyerah. Keduanya menyatukan diri hingga ukuran tubuhnya menjadi raksasa. Belum lagi tingginya sama seperti orang dewasa. Serta bisa berdiri layaknya manusia. Hendra menelan ludah. Bura terkejut bukan kepalang karena yang dihadapi bukanlah babi ngepet sembarangan.
“Apa kau bisa mengalahkannya?” bisik Bura.
Namun Hendra tidak mengindahkan kata-kata Bura. Dia berlari sambil mengayunkan clurit ke arahnya. Namun babi ngepet itu melancarkan pukulan ke perut Hendra. Laki-laki itu batuk darah darah dan air ludah hingga menghancurkan pagar beton. Tubuhnya mengalami luka-luka di bagian dalam tubuhnya. Hendra bangkit berdiri tertatih-tatih. Bura merasuki senjata clurit, mengawasi pergerakan babi ngepet.
“Kau baik-baik saja, bocah?”
“Jangan pedulikan aku. Situasinya bagaimana? Mataku tidak bisa mengantisipasi pergerakannya.”
“Tentu saja. Kau barusan terkena hantaman dari babi ngepet ukuran manusia,” jelas Bura.
“Huh? Babi ngepet berubah wujud katamu?”
“Tidak salah lagi. Kedua ekor babi ngepet bersatu dan menjadi sosok tangguh dari sebelumnya. Kita harus berhati-hati!” kata Bura pada Hendra.
Gosokan lengan kiri Hendra pada kelopak matanya berkali-kali. Di bagian keningnya, terdapat darah bercucuran. Mendongak pada seekor babi seukuran manusia. Anggota tubuhnya tidak berubah kecuali bisa berdiri tegak dan memancarkan aura intimidasi.
“Ayo kita selesaikan, babi sialan!” kata Hendra berlari sekencang-kencangnya. “bura, kuserahkan pergerakan ini padamu. Kau punya kemampuan bertahan terkuat di dunia, ‘kan?”
“Serahkan padaku!”
Babi ngepet melancarkan pukulan ke wajah Hendra. Laki-laki itu dapat menangkis serangannya. Kaki kanan menendang dari kiri. Mengarahkan tendangan ke pipi babi ngepet hingga tersungkur di tanah. Gesekan pasir mengotori kulit babi ngepet. Ekspresinya mulai berubah. Kedua matanya melotot tajam pada Hendra. Clurit yang diayunkan olehnya mengeluarkan api hitam membara. Nyaris mengenai babi ngepet. Namun, serangan Hendra dipatahkan melalui genggaman kaki babi ngepet. Menendang menukik ke atas. Dagu Hendra terangkat. Tubuhnya fokus pada pendaratan kaki. Meski cedera sekalipun, dia tidak akan membiarkan makhluk itu berkeliaran sesukanya. Ayunan clurit memperlihatkan dari ujung lengan hingga tangan kanannya. Sabitan clurit berhasil menggorok leher babi ngepet. Seketika, tubuhnya tersungkur ke tanah. Tubuh babi ngepet kejang-kejang lantaran sayatan clurit terlalu cepat. Belum lagi energi api hitamnya semakin membesar.
Kedua kaki Hendra mendarat dengan baik meski berlumuran darah. Dia berjalan pelan, mencoba mencari tahu kebenaran sebelum babi ngepet itu menghilang. Hendra mengacungkan ujung cluritnya ke sisi leher satu lagi. Tangan kanannya gemetaran. Mencoba sebisanya untuk terus memegang.
“Beritahu padaku. Siapa orang yang menyantet bu Ruminah?”
Namun babi ngepet membungkam mulutnya. Rahang gigi Hendra menegang, mulai mencekik lehernya hingga babi ngepet menguik keras.
“Beritahu, babi sialan! Atau akan kucincang kau sampai tulang-tulangmu tidak kusisakan sedikitpun!” ancam Hendra bernada tinggi.
“Rosita … Dwi.”
“Bu Rosita? Apa kesalahan bu Ruminah padanya? Cepat katakan!”
Akan tetapi, babi ngepet itu menghembuskan napas terakhirnya. Jiwa eksistensinya melayang di udara. Bura yang melihatnya, langsung menghisap tanpa pikir panjang. Setelah memakannya, api hitam tersebut mulai mengecil. Bura menyadari tenaga Hendra sudah mulai habis. Kedua kakinya lemas. Matanya mulai berat untuk melihat. Perlahan-lahan, tubuh dan kedua kelopak matanya mulai ambruk serta berat untuk membuka. Kedipan matanya untuk melek, tidak mampu bertahan lebih lama, kecuali terdengar suara dari luar.
“Hendra!” teriak Heni dan Rudi serempak.
Hendra bersyukur, yang memanggil namanya adalah Heni dan Rudi. Dia tersenyum memejamkan kedua matanya. Pandangan mulai mengabur, berubah gelap gulita.
###

Book Comment (43)

  • avatar
    BatrisyaNuha

    bagus

    12/03/2023

      0
  • avatar
    FitraAidil

    saya suka ceritanya

    07/02/2023

      0
  • avatar
    MailiniHema

    Mantap

    08/01/2023

      0
  • View All

Related Chapters

Latest Chapters